Menikah dengan tukang ojek membuat kakak iparku selalu membencinya, bahkan dia mempengaruhi kakak ku yang selalu melindungi ku kini membenciku dan suamiku. begitu juga kakak laki-lakiku.
namun semua akan terkejut atau tidak ketika mereka tau siapa suamiku?. simak ceritanya di DIKIRA TUKANG OJEK TERNYATA PENGUSAHA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 23. Keterkejutan Arsen
Tidak lama kemudian mobil yang di setir oleh Arsen sudah berada di depan pintu gerbang.
Karena asyik bercerita hingga tidak menyadari kalau mereka sudah sampai. Di depan rumah arkan.
Arsen menurunkan kaca mobil dan menekan klakson.Pak Danang yang sedang berjaga mendekati pintu gerbang, saat melihat Mama Ratih berada di dalam mobil, Pak Danang Segera membuka pintu gerbang tersebut.
mobil Arsen pun masuk dan berhenti di depan rumah Arkan, Mama Ratih dan Arsen turun setelah mobil berhenti.
Arsen lagi -lagi tercengang, mulutnya menganga saat melihat rumah mewah tiga lantai yang begitu besar. mata nya membulat sempurna, kemudian dia menatap Mama Ratih seolah matanya mengisyaratkan pertanyaan pada Mamanya.
"Ma, ini rumah siapa, kenapa kita kesini?bukan nya Mama mau pulang?" tanya Arsen pada Mamanya. Arsen tidak tau kalau rumah yang ada di depan matanya sekarang adalah rumah adik iparnya.
"Kamu gimana sih? ini kan Mama udah pulang, memang Mama harus pulang kemana lagi?" Mama Ratih balik bertanya, dia heran dengan Putranya ini.
"Tapi Ma..." Belum selesai Arsen berkata, Mama Ratih udah menyahut.
"Kenapa malah bengong di situ ayo masuk." Mama Ratih langsung merangkul tangan anak sulungnya dan membawanya masuk.
Arsen tanpa berkata apa-apa lagi, dia mengikuti langkah Mama nya masuk kedalam rumah mewah itu. Arsen menatap kagum pada bangunan mewah itu, lelaki itu lagi-lagi menyimpan pertanyaan yang hampir penuh di kepalanya.
Bik Yati yang sudah tau Mama ratih pulang, dia langsung membuka pintu utama rumah majikannya.
"Nyonya udah pulang, bagaimana kondisi tuan Handoko? Tanya Bik Yati khawatir.
"Bapak tidak apa-apa Bik, cuma luka ringan saja," jawab Mama Ratih.
"Alhamdulillah kalau begitu, kami semua di rumah sangat cemas dan khawatir." Ucap Bik Yati dengan tulus.
"Terimakasih Bik karena sudah mengkhawatirkan dan perhatian sama kami." Mama Ratih sangat menyukai ART menantunya itu, Bik Yati dan Bik Inah sudah seperti keluarga di rumah ini.
"Sama sama nyonya," sahut Bik Ratih lagi.
"Oh ya Bik, ini Arsen anak sulung ku Kakak nya Senja." Mama Ratih mengenalkan Arsen pada Bik yati. Arsen langsung menyalami Bik Yati dengan sopan.
"Aku Arsen Bik," Arsen menyebut namanya sembari menjabat tangan Bik Yati.
"Bik, tolong buatkan minum untuk Arsen, saya ingin mandi dan ganti baju dulu." Ucap Mama Ratih sembari melangkah ke kamarnya.
"Baik, nyonya." Jawab Bik Yati, Bik Yati pun berlalu pergi dari ruang tv itu.
Setelah Bik Yati pergi, kini Arsen hanya tinggal seorang diri di ruang tv, mata Arsen melirik ke seluruh ruangan itu, di dinding Arsen melihat ada beberapa figura yang di pasang di dinding itu.
Arkan mendekati satu persatu figura itu, pertama adalah Foto pernikahan Arsen dan Senja yang di pajang begitu besar di dinding itu, dan di sebelahnya ada foto seorang Kakek, dan juga seorang wanita cantik dan lelaki tampan sedang menggendong seorang bayi.
Di sebelahnya lagi, ada foto Arkan di masa kecil dan beberapa figura lainnya.
Begitu banyak foto di sana, namun yang menarik perhatian Arsen hanya pada satu figura saja, yaitu foto seorang Kakek dan wanita cantik, juga pemuda tampan yang menggendong seorang bayi.
Arsen memperhatikan foto di depannya dengan seksama, foto itu terasa tidak asing baginya, foto itu begitu familiar di matanya. Arsen mencoba mengingat dimana dia pernah melihat foto seperti itu.
Di saat Arsen mencoba mengingat, Bik Yati datang membawa minum untuk Arsen.
"Den, ini minumnya." Setelah meletakkan minuman di meja, Bik Yati langsung kembali ke dapur lagi.
Arsen, kembali duduk di sofa, dia menikmati minuman yang di sajikan oleh Bik Yati tadi. Mata Arsen terus saja menatap bingkai foto di dinding itu.
Tidak lama kemudian Mama Ratih keluar, dan duduk di sebelah Anak sulungnya itu. Arsen yang sudah sangat penasaran dan juga sudah menyimpan pertanyaan dalam benaknya, akhirnya dia bertanya pada Mamanya.
"Ma, ini rumah siapa, kenapa Mama tinggal disini?" tanya Arsen berharap mendapat jawaban yang memuaskan pada wanita yang melahirkannya itu.
"Ini rumah Arkan, Selama ini Mama dan Papa tinggal disini." Jawab Mama Ratih apa adanya.
"Apa?" Arsen sangat terkejut dengan jawaban Mamanya. Keterkejutan Arsen membuat Mama Ratih juga tersentak.
"Kamu kenapa sih, kenapa kamu terkejut begitu?" tanya Mama Ratih kesal karena Arsen hampir saja membuat jantungnya copot.
"Aku tidak salah dengar 'kan, Mama tidak lagi menghayal 'kan?" tanya Arsen tidak percaya dengan jawaban Mamanya tadi.
"Ma, Mama jangan bohong, Arkan hanya tukang ojek jadi tidak mungkin dia punya rumah sebesar ini dan juga punya Art." Arsen benar-benar tidak percaya.
Percaya atau tidak, ini lah kenyataan nya. Arkan bukan tukang ojek, dia hanya menyamar jadi tukang ojek untuk menguji gadis-gadis yang mau dengan nya, dan ke betulan adik kamu lah yang bisa menerima dia dan mau menikah dengan dia tanpa memandang harta dan tahta."
Mama Ratih menceritakan semuanya yang dia tau,seperti yang sudah di beri tau oleh Arkan waktu hari pertama mereka pindah ke rumah ini, termasuk tentang perusahaan tempat Arsen bekerja dan butik tempat Desi istrinya arsen bekerja, semu itu milik arkan. Mendapatkan penjelasan dan satu kenyataan mulut Arsen terbuka, otak nya sudah tak mampu berfikir lagi, dia tidak menyangka kalau adik iparnya kaya raya bahkan bos di kantor tempat nya bekerja.
Arsen juga ingat foto yang dia lihat tadi, itu foto yang sama dengan yang ada di butik tempat Desi bekerja.
"Berarti Kakek Tara adalah Kakeknya Arsen." Gumam Arsen dalam hatinya.
Arsen membeku seperti patung, kenyataan ini sungguh membuat dirinya shock, lelaki yang dia anggapnya hanya tukang ojek ternyata pengusaha yang sukses, Arsen sangat malu seakan tidak mampu lagi bertemu dengan Arkan.
Untuk saja Arsen sudah meminta maaf pada Arkan dan sekarang hubungannya dengan Arkan sudah sangat akrab, kalau tidak mungkin dia bisa di pecat. Pikir Arsen.
"Adik kamu di rumah ini jadi ratu, Arkan memperlakukan adik kamu seperti cinderella tidak boleh melakukan pekerjaan sekecil apapun." Tambah Mama Ratih lagi.
Arsen yang mendengar cerita mamanya dia jadi terharu, dalam hati dia sangat bersyukur kalau adik dan kedua orang tuanya sangat di istimewakan oleh arkan, bahkan dia yang anak nya belum bisa membahagiakan orang tuanya.
"Ma, aku pulang dulu, udah lama di sini takut nanti Desi lelah menunggu, nanti aku kesini lagi jemput Mama, kita ke rumah sakit nanti bersama Desi." Arsen pamit, dia segera keluar dari rumah Arkan.
Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan bagi Arsen, bukan hanya lelah tenaga tapi otak juga. Kenyataan yang menghampirinya hari ini sungguh sangat mengguncang jiwa raganya.
Arsen benar-benar tidak pernah berpikir kalau Arkan si tukang ojek adalah Bos nya sendiri, CEO di perusahan nya bekerja.
Di rumah sakit sepasang suami istri sedang duduk di taman rumah sakit, keduanya terlihat begitu mesra.
"Mas, Aku bosan kalau di rumah terus tidak bekerja, izinkan aku bekerja lagi ya? Rengek Senja bergelayut manja di lengan Arkan.
"Tidak, tidak bisa, mas tidak mau kalau kamu kelelahan." Tolak Arkan tetap tidak mengizinkan Senja bekerja
"Mas, aku mohon." Senja tetap merayu suaminya agar di izinkan bekerja lagi.
"Senja Aprilia, kalau mas bilang tidak ya tidak, titik." Tegas Arkan tetap pad pendiriannya.
"Kerja tidak boleh, masak tidak boleh, aku bosan,bosan," kesal Senja dengan tangan menonjol angin.
"Mas, kalau tidak boleh bekerja, aku akan membantu Bibi memasak di rumah agar aku punya aktivitas, titik." Putus Senja menampakkan muka datarnya pada Arkan.
Arkan tertawa melihat tingkah istri tercintanya itu.
"Baiklah, tapi jangan sampai kamu kelelahan, dan aku akan tanya sama Bibi setiap hari apa yang kamu kerjakan." akhirnya Arkan mengalah, lebih baik dia mengizinkan istrinya membantu Bibi memasak dari pada harus bekerja di luar rumah.
Setelah lama di taman keduanya kembali masuk ke kamar rawat Pak Handoko.
Bersambung.