Our Wedding Dream
Laki-laki muda dengan usia sekitar dua puluhan tersebut selalu merasa enggan berangkat ke kampus karena dirinya selalu di sambut tak biasa dengan teriakan yang dia dapatkan dari beberapa gadis di kampusnya. Biasanya dia akan di antar oleh iring-iringan mobil hanya untuk berangkat ke kampus tapi kali ini laki-laki yang bernama Nathan tersebut memilih untuk berangkat hanya dengan sopir pribadinya.
Bahkan dia memilih untuk lewat pintu belakang kampus. Dia sendiri juga meminta kepada sopirnya agar di turunkan di dekat gedung yang biasa digunakan para mahasiswa dan mahasiswi untuk melakukan kegiatan perkembangan bakat dan minat mahasiswa. Nathan sendiri kuliah di Universitas Baratayuda dengan usahanya belajar mulai matahari terbit sampai terbenam, karena memang UniBa juga tak membiarkan jika ada mahasiswa yang masuk dengan melalui jalur koneksi.
Nathan yang hari ini khusus datang ke kampus untuk melakukan ujian namun sebelum itu dia ingin mengunjungi seseorang. Setelah turun dari mobil, laki-laki tersebut menuju dimana ruang latihan piano berada. Sesampainya di gedung latihan piano, dengan perlahan pintu kaca ruang latihan tersebut ia buka menampilkan suara alunan keindahan dari tuts-tuts piano.
Hingga suara alunan piano itu berhenti dan tepukan tangan yang berasal dari arah Nathan menggema memenuhi seluruh ruangan. Perempuan yang duduk di dekat piano menoleh saat mendengar tepukan tersebut. Melihat siapa yang datang menemuinya membuat sudut bibir perempuan tersebut terangkat.
“Kapan kamu tiba?" tanya perempuan yang sedang duduk di dekat piano tengah berbinar memandang laki-laki yang mengunjunginya.
Nathan mendekat ke arah perempuan tersebut dan ikut duduk di sebelahnya. "Baru saja."
"Bagaimana penampilan pianoku barusan?"
"Sudah tidak di ragukan lagi sungguh luar biasa." Nathan mengarahkan kedua jempolnya pada Elea— kekasihnya.
Mendengar apa yang baru saja di dengar dari orang tercintanya membuat gadis bernama Elea tersebut bahagia bukan main. Elea dan Nathan merupakan sepasang kekasih, namun keduanya menjalin hubungan secara diam-diam walau memang ada beberapa orang yang sudah tahu mengenai hubungan keduanya.
"Kamu pasti sibuk akhir-akhir ini?" Tanya Nathan dengan tangannya yang mencoba memainkan tuts piano.
"Aku harus latihan sampai hari kompetisi tiba."
Nathan mengangguk dan tampak tidak senang melihat kekasihnya yang sibuk. Elea yang dapat menangkap raut wajah Nathan yang berubah bertanya. "Apa ada hal yang menganggumu?"
Sebelum berucap Nathan menarik nafas panjang, dia memilih membahas topik utama yang ingin dia sampaikan pada kekasihnya. "Papa ku sakit, kemarin aku mendengar pembicaraan Mama dan Nenek kalau mungkin mereka akan memintaku untuk menikah sebentar lagi."
"Menikah?" Elea menjeda ucapannya sejenak. "Aku tidak ingin menikah dalam waktu dekat, kamu tahu kan mimpiku menjadi pianis terkenal. Tapi, aku juga tidak mau kehilangan kamu." Elea memandang Nathan dengan mata sendunya.
"Aku juga tidak mau berpisah denganmu." Gumam Nathan dengan suara lirih.
“Hmm apa? Aku tidak dengar?”
“Tidak lupakan saja.”
Nathan memandang ke arah Elea intens, alhasil akan hal itu membuat Elea gugup. Suasana yang lenggang membuat keduanya hanyut hingga saat netra Elea memandang ke arah lain di wajah Nathan. Alhasil Nathan memajukan wajahnya begitu juga dengan Elea keduanya semakin mendekat dan hampir saja terjadi sesuatu.
Sesuatu tersebut tidak terjadi karena suara deringan ponsel terdengar, membuat Nathan dan Elea kembali tersadar. Di luar ruangan piano terdapat seorang perempuan yang merutuki kebodohannya sendiri dan buru-buru menekan tombol merah pada panggilan yang masuk ke ponselnya.
"Tunggu sebentar." Ucap Nathan sambil melangkah ke arah pintu mencoba melihat sosok mana yang menguping pembicaraannya bersama Elea.
Namanya Tiffani dia merupakan gadis yang tak sengaja mendengar percakapan antara Nathan dan Elea, gadis tersebut tampak bingung saat mendengar suara derap langkah yang mendekat ke arahnya, dengan segera dia kabur dan menjauh dari ruangan itu. Tapi langkah Nathan yang lebar tidak membiarkan Tiffani lolos begitu saja.
"Hei kamu tunggu!" Nathan ikut berlari mengejar perempuan yang tengah berusaha untuk kabur.
Berkat kaki panjangnya Nathan dapat meraih lengan dan menarik Tiffani gadis itu mendekat ke arahnya, alhasil perempuan itu gugup bukan main. Mata tajam Nathan melihat ke arah perempuan di hadapannya membuat Tiffani takut dan menjadi menundukan pandangannya.
Sadar akan posisi mereka yang cukup dekat, Tiffani memundurkan langkahnya menjauhi Nathan. Sedangkan Nathan tak henti-hentinya menatap tajam ke arah perempuan itu untung saja kampus belakang sepi tidak ada mahasiswa berlalu lalang dan melihat kejadian ini.
"Lepasin!" Tiffani yang berontak memaksa agar Nathan melepaskan genggaman tangan laki-laki tersebut pada lengannya, tapi tenaga Nathan lebih kuat dan tak membiarkan gadis di hadapannya lolos begitu saja.
"Kamu nguping kan?"
Mendapat tuduhan itu Tiffani tidak terima, dia mendongakkan kepalanya dan menggeleng. "Enak saja jangan salah sangka, aku tadi cuma lewat."
Mendengar apa yang Tiffani katakan membuat Nathan tersenyum menyeringai. "Pintar ya alasan kamu, awas aja kalau sampai kamu nyebarin apa yang kamu dengar ke semua orang di kampus!"
Tiffani yang merasa kesakitan dengan genggaman tangan Nathan pada lengannya, dengan tenaga yang kuat dia mencoba melepaskan genggaman itu dengan paksa. "Lepas dulu!"
"Janji! kamu tidak akan menyebarkan berita ini." Ucapan Nathan dengan nada meninggi, meminta persetujuan gadis di depannya.
Tatapan teduh Nathan yang biasa dia perlihatkan saat tebar pesona di kampus berubah menjadi tajam saat mempergoki ada seseorang yang mengetahui rahasianya. Sementara itu Elea keluar dari ruang piano untuk melihat keadaan di luar.
"Nathan, kamu apa disana?" Panggilnya saat dirinya menemukan kekasihnya itu tengah bersama dengan seorang perempuan.
Atensi Nathan teralih dia menoleh untuk menemukan Elea yang memanggilnya di ambang pintu. Melihat kesempatan emas ini Tiffani tidak ingin diam begitu saja dia segera balik badan dan lari secepat mungkin untuk kabur dari hadapan laki-laki yang mengintimidasi dirinya.
"Sial!" umpat Nathan saat mengetahui gadis yang tengah dia ancam tadi kabur.
Elea mendekat ke arah Nathan lantas menggandeng lengannya. "Sudah jangan di perduliin mana mungkin dia berani nyebarin gosip ini tanpa ada bukti." Perempuan itu yang mencoba menenangkan Nathan saat emosinya meletup-letup.
***
Tiffani mengatur napasnya saat dia tidak melihat tanda-tanda seorang laki-laki tadi yang mengejarnya. Dia kembali teralih kepada panggilan di ponselnya yang dia tolak tadi. Gadis tersebut teringat bahwa dia harus ke kantin untuk menemui kedua temannya.
"Kamu dari kamar mandi apa kemana sih, lama banget?" tanya teman Tiffani saat melihat kehadiran perempuan itu yang duduk dengan wajah ngos-ngosan.
Tiffani terduduk di bangku kantin dengan mengambil alih es kepemilikan temannya yaitu Sandra dan dia minum sampai tandas. Sementara yang punya es tersebut hanya terdiam membiarkan Tiffani untuk meminum tanpa protes.
"Sorry aku lama, kalian udah pesen makan?" Tanya Tiffani yang netranya hanya menemukan sepiring gorengan di meja.
"Belum kita nungguin kamu ini."
"Oke kalau gitu cepat kita mau makan apa?"
Suara teriakan kaum hawa terdengar dari arah luar. Perempuan yang berada di kantin ingin mengetahui sesuatu yang terjadi di luar ikut berteriak, mereka berbondong-bondong menyaksikan hal yang membuat mereka heboh.
Ketiga perempuan yang sedang bingung ingin membeli menu makan apa hanya bisa menoleh untuk memastikan apa yang sedang terjadi. Hingga seorang pria dengan memakai setelan casual simple berwarna coklat berjalan melewati arah luar kantin.
Melihat sosok tersebut Tiffani malah berusaha menutupi wajahnya berbeda dari mahasiswi lain yang heboh berteriak. Kedua temannya Sandra dan Talitha juga tidak melewatkan hal itu dengan memandang laki-laki tersebut untuk mengagumi ketampanan salah satu mahasiswa di kampus mereka.
"Ngapain mereka pakai teriak-teriak segala, emang dia siapa?"
Mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Tiffani, Sandra yang tadinya akan memasukkan gorengan ke mulutnya menjadi urung. "Tif kamu yang bener aja, kamu nggak tahu siapa dia?"
Sementara itu Talitha hanya bisa tepuk tangan mendengar celetukan temannnya yang memang sangat tidak update sama sekali walaupun setiap hari berada di kampus.
"Sini aku kasih tahu." Talitha meminta agar Tiffani mendekat ke arahnya dan berbisik.
"Dia namanya Nathan Airlangga, pewaris perusahaan terkenal SUN Group. Dia merupakan anak yang dilahirkan dengan menjadi sultan." Talitha menceritakan siapa seseorang yang menjadi agung-agungan kaum hawa di kampusnya dengan nada yang dilebih-lebihkan.
Tiffani kembali pada posisinya dia mengedipkan matanya berulang kali lantas berkata. "Oh."
Kedua temannya Sandra dan Talitha saling pandang satu sama lain karena geram dengan reaksi Tiffani. Bagaimana mungkin Tiffani tidak kaget ataupun sampai berteriak saat tahu siapa sebenarnya Nathan Airlangga cowok tampan dan populer di kampus mereka.
"Sudah ah buruan pesan makanan." Tiffani memilih bangkit dan tidak ingin membahas tentang Nathan terlalu jauh.
Semangkok soto sudah di sajikan hadapan mereka. Ketiga teman itu segera melahap makanan yang di sajikan dengan semangkuk nasi putih dengan lauk di atasnya berupa potongan sayur, suwiran ayam, telur dan kuah panas. Setelah memasukkan satu sendok ke dalam mulutnya, ia melamun pikirannya melayang pada seseorang yang mempunyai panggilan sultan tadi.
Baru saja Tiffani tahu bahwasannya cowok tersebut bernama Nathan. Laki-laki itu ternyata berasal dari keluarga kaya pantas saja saat Tiffani tadi di dekatnya aura laki-laki tersebut berbeda dari teman laki-lakinya yang biasa dia ajak main. Bahkan harum bodymist dengan aroma peach dan vanilla dapat tercium saat berada di dekatnya, wajahnya yang mulus menandakan juga bahwa laki-laki itu pasti setiap bulan selalu rutin melakukan facial.
Dan satu hal lagi yang mengejutkan bahwa sebenarnya Nathan sudah mempunyai pacar. Apalagi pacarnya juga merupakan salah satu perempuan yang juga banyak di gandrungi kaum adam di kampusnya dia adalah Elea Daviera, mahasiswi dari fakultas seni yaitu piano yang saat ini sedang berusaha mengejar mimpinya untuk menjadi seorang pianis terkenal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments