Ditindas dan dibully, itu tak berlaku untuk Cinderella satu ini. Namanya Lisa. Tinggal bersama ibu dan saudara tirinya, tak membuat Lisa menjadi lemah dan penakut. Berbanding terbalik dengan kisah hidup Cinderella di masa lalu, dia menjelma menjadi gadis bar-bar dan tak pernah takut melawan ketidakadilan yang dilakukan oleh keluarga tirinya.
***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anim_Goh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan Untuk Hidup
(Sayembara?)
Richard tercengang heran saat tak sengaja membaca status di media sosial milik Nyonya Kinara. Keningnya mengernyit, bingung dengan apa yang ingin wanita itu lakukan.
"Apa mungkin Nyonya Kinara berniat mengadakan perlombaan?" Richard bergumam. "Tapi untuk apa? Bukankah ulang tahun perusahaan masih lama? Atau jangan-jangan ini hanya sebuah pancingan untuk mengetahui sesuatu?"
Lisa yang baru saja selesai minum obat, menoleh ke arah jendela saat mendengar Tuan Richard bergumam. Wajahnya masih pucat, tapi tak separah tadi. Pertolongan yang orang ini berikan sangat amat membantu. Lisa bersyukur kembali dipertemukan dengan orang baik meski hatinya tetap menaruh curiga.
"Hmm, selalu saja mengejutkan orang. Entah apalagi yang akan dia perbuat. Sayembara? Cihh, ini bukan lagi zaman kerajaan. Siapa yang akan peduli?"
"Tuan Richard, sayembara apa yang sedang kau bicarakan?"
"Hah?" Richard tersentak. Hampir saja ponselnya jatuh ke lantai kalau tak sigap menggenggamnya dengan erat. Sambil tersenyum canggung, dia berjalan menghampiri Lisa kemudian memperhatikan wajahnya. "Sepertinya membawamu kemari adalah keputusan terbaik. Wajahmu sudah tak sepucat mayat hidup."
Lisa menghela napas. Ingin bangun, tapi terlalu lemas untuknya banyak bergerak.
"Berbaring saja. Aku tahu kau tidak punya tenaga."
"Namanya juga sedang sakit. Kalau bisa bergerak bebas, itu namanya alibi."
"Alibi?"
Kepala Lisa berayun naik turun dengan pelan. Setelah itu dia menekan pinggiran kepalanya, agak pusing. Aneh. Kenapa setelah minum obat dia jadi merasa ngantuk? Apa jangan-jangan obat itu bukan obat biasa? Orang yang menolongnya sedikit misterius, Lisa takut diracun.
"Tuan?"
"Ya. Kau butuh sesuatu?"
"Obat yang barusan ku minum ... itu bukan obat tidur 'kan?" tanya Lisa to the point.
Geraham Richard seperti akan jatuh ke bawah mendengar pertanyaan Lisa yang terlampau jauh dari dugaan. Bisa-bisanya gadis ini mengira obat pemberian dokter merupakan obat tidur. Astaga. Kenapa sih wanita yang Richard temui selalu mempunyai sifat yang aneh? Dia sampai kehabisan kata-kata saking tak menyangka Lisa akan seterus-terang ini.
"Jangan syok begitu. Tinggal bilang tidak kalau memang itu bukan obat tidur," ucap Lisa sambil menatap datar Tuan Richard. Reaksi orang ini natural, itu tandanya dia tidak sedang dalam bahaya.
"A ... itu Lis, aku terlalu kaget sampai bingung mau menjawab apa." Richard menggaruk belakang telinganya yang tak gatal. Untuk menormalkan keterkejutan, dia berdehem sambil melihat ke arah lain.
"Ya atau tidak. Apa yang harus dibingungkan dengan salah satu dari jawaban ini? Sikapmu membuatku takut, Tuan. Kau terlihat seperti maling yang tertangkap basah sedang mencuri harta orang lain."
Glukk
Kalau tadi geraham Richard seperti akan jatuh ke bawah, kali ini nyawanya seperti melayang keluar saat disebut mirip maling yang tertangkap basah sedang mencuri harta orang. Otaknya blank. Bukan hanya bingung, tapi benar-benar tak bisa berpikir. Lisa sungguh tak tertebak.
Tak ada percakapan lagi setelah Lisa membuat Richard terkaget-kaget. Keduanya diam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Teringat akan sesuatu, Richard membuka pembicaraan lebih dulu.
"Oya, Lis. Kau masih belum memberitahuku kenapa bisa tiba-tiba berada di bagasi mobil. Dari arah mana kau menyelinap? Aku penasaran sekali," tanya Richard.
"Aku kabur dari neraka."
Singkat, padat, dan jelas. Lisa tak berniat memberitahu Tuan Richard kalau dia tinggal di rumah yang ditempati oleh Hanum. Malas. Pasti akan banyak pertanyaan yang harus dia jawab jika terlalu jujur.
"Seriuslah, Lisa. Aku tidak sedang bercanda denganmu."
"Memangnya aku terlihat seperti sedang bercanda ya?" Lisa menunjuk wajahnya. "Dengan kondisi mengenaskan begini mana mungkin aku keluar dari surga? Aku benar kabur dari neraka, Tuan. Sungguh."
"Neraka mana yang kau maksud?"
"Tempat di mana aku tak mendapat keadilan. Kekejaman dan juga penindasan, aku tinggal di sana. Tetapi untunglah Tuhan menciptakan aku lengkap dengan kuda-kuda baja yang kuat. Jadi aku mampu bertahan dari serangan mereka yang kejam itu."
Richard cengo. Apalagi ini? Otaknya tak bisa mencerna perkataan Lisa.
(Seseorang menyiksanyakah? Astaga, wanita kenapa rumit sekali. Apa susahnya sih bicara jujur. Membuat pusing kepala saja)
"Jangan menggerutu di dalam batin, Tuan. Orang akan lebih cepat meninggal jika mengidap penyakit hati."
"A-apa?"
"Ck, kau ini kenapa mudah sekali kaget sih? Heran," sungut Lisa. Tampangnya saja yang garang, giliran diajak bicara banyak kagetnya. Ada-ada saja.
"Ekhhmm!" Richard tersenyum tipis. Sabar. "Di mana alamat tempat tinggalmu? Aku perlu itu untuk berjaga-jaga jika suatu hari kau kembali melarikan diri dari tanggung jawab."
"Aku punya rumah, tapi sekarang rumah itu ditinggali oleh penjajah." Lisa masih enggan menyebut nama kedua nenek sihir itu. "Dan tentang tanggung jawab, apa itu ada hubungannya dengan pekerjaanku sebagai pelayan di rumah Tuan Lionel?"
"Ya."
"Tidak ada yang ingin melarikan diri. Tadi bukankah kau lihat sendiri seperti apa keadaanku? Aku dianiaya sampai demam tinggi dan mereka membiarkan aku begitu saja. Jadi tolong tarik kembali tuduhan itu karena aku bukan seorang pengecut. Usiaku memang masih muda, tapi aku tahu bagaimana cara untuk bertanggung jawab."
Ketegasan Lisa membuat Richard kembali terkejut. Gadis ini ... astaga. Bagaimana cara dia menjelaskan? Hidupnya cukup miris, tapi sama sekali tak terlihat ketidakberdayaan di sorot matanya. Ya, gadis ini sangat kuat. Juga sedikit menyebalkan.
"Tuan, aku lapar."
Kryuuukk
Perut Lisa berbunyi begitu dia selesai merengek kelaparan. "Kau dengar itu, bukan? Aku tidak makan apa-apa lagi sepulang dari rumah Tuan Lionel. Dan sekarang aku membutuhkannya. Itu tidak gratis. Nanti setelah kondisiku pulih, aku akan membersihkan tempat tinggalmu sebagai biaya ganti rugi. Boleh?"
"Apa kau tidak malu meminta makanan di rumah orang asing?" sindir Richard.
"Kata orang jika malu bertanya akan tersesat di jalan. Jika malu meminta makan pasti akan mati kelaparan. Aku bicara realita, Tuan. Aku lebih baik menahan malu daripada harus mati sia-sia. Dan tentu saja aku sangat sadar akan sangat terhina sekali jika hanya meminta tanpa memberi balasan. Makanya aku bilang akan membersihkan rumahmu sebagai bentuk ganti rugi atas makanan yang sudah masuk ke perutku. Juga untuk bantuan bertubi yang telah kau berikan padaku," sahut Lisa menjelaskan sedetail mungkin alasan kenapa dirinya tidak malu meminta makanan pada tuan rumah.
Seperti kerbau yang dicolok hidungnya, Richard langsung memesankan makanan lewat online untuk Lisa. Kalimat panjang yang diucapkan gadis ini bagai sihir yang membuatnya terbuai. Alasan yang Lisa ucapkan sangat logis dan Richard tak bisa menampiknya. Makan untuk hidup. Motto ini sangat masuk akal sekali.
"Tuan Richard, sayembara apa yang tadi kau sebutkan?"
Kedua rahang Richard saling mengerat saat Lisa menanyakan tentang sayembara. Dia tak suka.
"Apa hadiahnya besar?" tanya Lisa penuh harap. Di dalam dongeng, Cinderella bisa menemukan cinta sejatinya melalui sayembara yang diadakan oleh pihak kerajaan. Lisa berandai-andai bisa menemukan kebahagiaan lewat jalan ini juga. Siapa tahu.
"Hanya iklan tak penting. Bisa jadi hanya penipuan," jawab Richard beralasan.
"Penipuan kok kau terlihat panik."
"Jangan asal menuduh."
"Mana mungkin asal menuduh. Mataku tidak buta dan telingaku masih sangat normal. Aku bisa melihat jelas perubahan ekspresi di wajahmu setelah menyebut kata sayembara. Kau ... ingin ikut juga ya?"
Richard menengadahkan wajah. Terlalu speechless dengan sikap Lisa yang diluar dugaan.
***
Apa kau adalah saudara tirinya Lionel?
lisa adalah definisi pasrah yang sebenernya. udah gk takut mati lagi gara2 idup sengsara