NovelToon NovelToon
Penjaga Gerbang Semesta

Penjaga Gerbang Semesta

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Mengubah Takdir / Dokter Ajaib / Kultivasi Modern
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: ansus tri

**Meskipun cerita ini beberapa diantaranya ada berlatar di kota dan daerah yang nyata, namun semua karakter, kejadian, dan cerita dalam buku ini adalah hasil imajinasi penulis. Nama-nama tempat yang digunakan adalah *fiksi* dan tidak berkaitan dengan kejadian nyata.**

Di tengah kepanikan akibat wabah penyakit yang menyerang Desa Batu, Larasati dan Harry, dua anak belia, harus menelan pil pahit kehilangan orang tua dan kampung halaman. Keduanya terpisah dari keluarga saat mengungsi dan terjebak dalam kesendirian di hutan lebat.

Takdir mempertemukan mereka dalam balutan rasa takut dan kehilangan. Saling menguatkan, Larasati dan Harry memutuskan untuk bersama-sama menghadapi masa depan yang tak pasti.

Namun, takdir memiliki rencana besar bagi mereka. Pertemuan mereka bukanlah kebetulan, karena keduanya ditakdirkan untuk memikul tanggung jawab yang jauh lebih besar. Menjadi Penjaga Gerbang Semesta. Dan pelindung dunia dari kehancuran!. Selamat menikmati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ansus tri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

31. Klan Bangsawan

“Dalam tiga hari, aku akan pergi ke Klan Huang secara pribadi, jadi beri tahu mereka untuk bersiap-siap.” Ucapan Harry bagai percikan api yang menyulut kobaran kemarahan di antara pendukung Robert.

“Beraninya kau!” teriak seorang pria dengan wajah merah padam. “Kau pikir kau bisa seenaknya menyuruh Tuan Muda Robert?” “Kau tahu siapa di balik Tuan Muda Robert, hah?” gertak yang lain, suaranya bergetar penuh amarah.

“Tuan Monte, jangan biarkan bocah ini hidup! Bunuh dia!” “Bunuh dia! Bunuh dia!” bergema di udara, menciptakan gelombang kemarahan yang mengancam menelan Harry.

Wajah-wajah penuh kebencian itu, mata yang menyala-nyala dendam, semuanya tertuju pada Harry, menginginkan kematiannya.

Harry tetap tenang di tengah amukan badai itu. Perlahan, dia melepaskan cengkeramannya pada Heydar.

“Mereka ingin kau membunuhku,” katanya, menatap mata Heydar dengan tatapan tajam. “Lakukan jika kau berani.”

Udara terasa menebal, setiap pasang mata tertuju pada Heydar, menanti reaksinya. Tak seorang pun yang menduga apa yang terjadi selanjutnya.

Heydar, sang Master Tahap Inti, menundukkan kepalanya dengan tubuh bergetar. “Tidak, Tuan Harry,” bisik Heydar, suaranya tercekat. “Saya tidak berani.”

Dia membungkuk dalam-dalam, hampir menyentuh lututnya ke tanah. “Maafkan saya, Tuan Harry. Saya telah lancang menyinggung Anda.”

Tanpa berani mengangkat kepalanya, Heydar mundur dengan tergesa-gesa, menyeret tubuh Robert yang tak bernyawa bersamanya.

Dalam sekejap mata, dia menghilang dari pandangan, meninggalkan kerumunan yang tercengang dan kebingungan.

 Keheningan mencekam menyelimuti kerumunan yang tertinggal. Mata mereka mengikuti kepergian Heydar dengan tatapan tak percaya.

“Sejak kapan Tuan Monte menjadi pengecut seperti itu?” bisik seseorang, memecah keheningan. “Sialan!” gerutu yang lain. “Apa yang terjadi? Kenapa dia menyerah begitu saja?”

Mereka telah menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana Heydar, seorang Master Tahap Inti yang ditakuti, tunduk pada Harry seperti seekor anjing penurut.

Kekuatan Harry dalam membunuh Robert memang mengejutkan, tetapi tidak masuk akal jika Heydar menyerah tanpa perlawanan sedikit pun.

Terlebih lagi, Klan Huang yang berada di balik Robert bukanlah kekuatan yang bisa dianggap remeh. Billy, yang masih terduduk lemas di tanah, merasakan jantungnya berdebar

kencang.

Dia pikir hidupnya akan berakhir di tangan Heydar, tetapi keajaiban terjadi. Harry, pemuda yang baru dikenalnya, telah menyelamatkannya.

Namun, pertanyaan besar kini menghantuinya: siapakah sebenarnya Harry? Kekuatan apa yang ia miliki hingga mampu membuat seorang Master Tahap Inti gemetar ketakutan?

“Tuan Harry…” panggil Billy, suaranya lemah. Harry menoleh, matanya yang tajam kini terlihat lembut. Dia mengulurkan tangannya dan membantu Billy berdiri. “Ayo pergi dari sini,” katanya, suaranya tenang namun penuh wibawa.

Harry dan Li Hua memapah Billy keluar dari kerumunan yang masih terpaku. Mereka berjalan menyusuri jalan setapak yang sepi, meninggalkan hiruk-pikuk dan pertanyaan yang tak terjawab di belakang mereka.

“Kau tidak apa-apa?” tanya Harry, matanya mengamati wajah Billy yang pucat. Billy menggelengkan kepala, merasakan sakit yang menusuk di bahunya. “Hanya sedikit luka. Aku butuh perawatan.”

Di bawah bimbingan Billy, mereka tiba di sebuah vila sederhana. Li Hua segera menyiapkan air hangat dan perban, sementara Harry membantu Billy membersihkan lukanya. Gerakan Harry terampil dan lembut, menunjukkan kepeduliannya yang tulus.

 “Kenapa kau membantuku?” tanya Billy tiba-tiba, matanya menatap Harry dengan intens. “Kau bahkan

mempertaruhkan nyawamu untukku.”

Harry tersenyum tipis. “Kau orang baik, Billy. Kau pantas diselamatkan.” Jawaban Harry sederhana, tetapi terasa begitu tulus. Billy merasakan kehangatan menjalari hatinya. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dia merasa

dihargai, dilindungi.

Sosok Harry, yang awalnya tampak asing, kini terasa seperti saudara yang selalu melindunginya. “Istirahatlah,” kata Harry, setelah selesai membalut luka Billy. “Kita akan pergi ke Klan Huang besok pagi.”

Pernyataan Harry yang tenang bagai sambaran petir di siang bolong bagi Billy, yang baru saja akan merebahkan diri di tempat tidur, terlonjak kaget. “Apa? Kau serius akan pergi ke sana? Itu terlalu berbahaya!”

Li Hua, yang sedari tadi diam menyaksikan, tak dapat lagi membendung kecemasannya. “Harry, tolong pikirkan lagi! Klan Huang bukanlah tempat yang bisa kau datangi dan pergi sesukamu! Mereka adalah Klan yang sangat berpengaruh dan disegani di sini.”

Harry menatap mereka berdua dengan tatapan tenang namun penuh tekad. “Aku tahu apa yang kulakukan.

Klan Huang harus bertanggung jawab atas perbuatan mereka. Robert mungkin arogan, tapi orang-orang di baliknya, mereka yang membiarkannya bertindak semena-mena, merekalah yang harus bertanggung jawab.”

“Tapi Tuan Harry…” Billy mencoba mencari kata-kata yang tepat. “Statusku di Klan itu sangat rendah. Kedatanganku tidak akan berarti apa-apa. Malah, mereka mungkin akan…” Billy tidak sanggup menyelesaikan kalimatnya.

Bayangan mengerikan tentang apa yang mungkin dilakukan Klan Huang padanya membuat tubuhnya gemetar. Klan itu dikenal kejam, dan dendam bukanlah hal yang asing bagi mereka.

Harry meletakkan tangannya di bahu Billy, memberinya ketenangan. “Jangan khawatir, Billy. Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu lagi. Aku berjanji.”

“Tapi Harry,” Li Hua masih berusaha membujuk, “Klan Huang memiliki banyak ahli. Mereka bahkan mungkin memiliki…”

“Cukup, Li Hua,” potong Harry lembut, namun ketegasan dalam suaranya membuat Li Hua terdiam. “Aku tahu risikonya. Tapi aku tidak akan mundur. Klan Huang harus belajar bahwa mereka tidak bisa bertindak semena-mena.”

Aura kekuatan terpancar dari diri Harry, membuat Li Hua dan Billy terkesiap. Mereka baru menyadari bahwa di balik penampilan Harry yang tenang dan bersahabat, tersembunyi kekuatan yang luar biasa. Kekuatan yang bahkan mampu menantang Klan sekuat Huang.

Ketegasan Harry membuat udara di ruangan itu terasa berat. Li Hua menunduk, menyembunyikan kekhawatirannya di balik rambut hitamnya yang legam. Billy, meskipun masih diliputi rasa takut, merasakan secercah harapan dari tekad Harry.

“Lagipula,” lanjut Harry, senyuman tipis terukir di bibirnya, “Bukankah lebih baik kita yang mendatangi mereka daripada mereka yang mencari kita? Klan Huang pasti akan membalas dendam. Lebih baik kita yang menentukan kapan dan di mana pertempuran itu terjadi.”

Kata-kata Harry mengandung kebenaran yang tak terbantahkan. Klan Huang tidak akan tinggal diam mengetahui kematian Robert. Mereka pasti akan memburu Harry dan orang-orang di sekitarnya. Lebih baik menghadapi badai daripada menunggunya datang dan memporak-porandakan mereka tanpa ampun.

Malam menyelimuti kediaman Klan Huang dengan kegelapan yang pekat, namun tak mampu meredam aura duka dan amarah yang menggantung berat di udara.

Bangunan utama dari kediaman ini adalah sebuah mansion yang megah dengan arsitektur klasik yang telah dipertahankan dengan cermat. Dinding-dindingnya terbuat dari batu hitam yang dipoles halus, dihiasi dengan ukiran rumit yang menggambarkan simbol-simbol kekuasaan dan kehormatan Klan.

Di sekitar mansion, terdapat taman-taman luas yang dirawat dengan baik, dengan tanaman-tanaman langka yang memberi kesan mistis dan agung.

Patung-patung perunggu dan kolam-kolam kecil dengan air jernih mengalir memberikan suasana tenang dan damai.

Kediaman ini juga memiliki sebuah menara tinggi yang berfungsi sebagai ruang observasi dan meditasi. Dari menara ini, penghuni dapat menikmati pemandangan kota yang gemerlap sambil meresapi keheningan dan kedamaian yang diberikan oleh desain yang menggabungkan estetika zaman kuno dengan kenyamanan teknologi masa kini.

Kediaman Klan Bangsawan Kuno bukan hanya sekadar tempat tinggal, melainkan sebuah simbol dari kekuatan dan tradisi yang mampu menjembatani kesenjangan antara masa lalu yang megah dan masa depan yang canggih.

Di ruang utama, peti mati Robert terbaring dingin, dikelilingi karangan bunga yang layu. Bau dupa dan air mata menggantung berat di udara.

Yeni Lin mencengkeram erat kain sutra di tangannya, buku-buku jarinya memutih. Sudah tiga hari sejak Robert, putranya, terbaring dingin dan tak bernyawa di ruangan ini.

Tiga hari dipenuhi isak tangis yang tak kunjung henti, tiga hari dipenuhi tatapan kosong dan pertanyaan yang tak terjawab.

Wajahnya yang dulu cantik kini tampak lelah, guratan kesedihan terukir dalam di sekitar matanya. Jemarinya gemetar saat menyentuh pipi Robert yang dingin, bekas tamparan merah membara masih membekas di kulit pucatnya.

“Anakku…” bisiknya, suaranya serak dan parau. “Siapa yang tega melakukan ini padamu?” Di dekatnya, Charles Huang, ayah Robert, berdiri tegak dengan wajah keras dan rahang terkatup rapat.

Kesedihannya terpendam di balik topeng kemarahan dan dendam. Kematian Robert adalah tamparan keras bagi harga dirinya, noda yang tak termaafkan bagi nama baik Klan Huang.

Di sekeliling mereka, para tetua dan kerabat Klan Huang berbisik-bisik, wajah mereka dipenuhi campuran kesedihan, amarah, dan kecemasan.

Kematian Robert bukanlah sekadar tragedi keluarga, tetapi juga ancaman bagi stabilitas dan kekuasaan Klan Huang. Bisikan-bisikan tentang pembalasan dendam mulai terdengar, bagai api yang siap membakar siapa saja yang berani mengusik mereka.

Di ruang pertemuan yang luas dan megah, para petinggi Klan Huang berkumpul. Suasana tegang dan mencekam menyelimuti ruangan, hanya terdengar bisikan-bisikan pelan dan derap langkah kaki yang tergesa-gesa.

Han Huang, kepala Klan Huang, duduk tegak di kursi kebesarannya. Wajahnya yang dipenuhi kerutan tampak dingin dan tak terbaca, seperti patung batu yang dipahat dengan teliti.

Matanya yang tajam menyapu ruangan, mengamati setiap ekspresi, setiap gerakan kecil dari orang-orang di hadapannya.

“Sudah tiga hari,” suaranya rendah dan berwibawa, memecah keheningan yang menyesakkan. “Dan kita masih belum tahu pasti siapa yang bertanggung jawab atas kematian Robert.” Setiap kata yang terucap menggema di ruangan itu, menebarkan gelombang ketegangan yang nyaris tak tertahankan.

“Heydar!” panggil Han Huang, suaranya menggelegar di ruangan itu, bagai petir yang menyambar di tengah keheningan. Heydar, yang berdiri gemetar di tengah ruangan, tersentak. Wajahnya yang pucat pasi dipenuhi keringat dingin, meskipun ruangan itu sejuk.

Ketakutan terpancar jelas dari sorot matanya, bagai binatang buas yang terjebak dalam perangkap. “Y-ya, Tuan,” jawabnya terbata-bata, suaranya nyaris tak terdengar di tengah kesunyian yang mencekam.

“Ceritakan lagi,” perintah Han Huang, tatapannya tajam menusuk mata Heydar. “Ceritakan semua yang kau ketahui tentang pemuda bernama Harry itu.”

Di bawah tatapan tajam Han Huang dan tekanan dari para tetua Klan Huang, Heydar menceritakan kembali peristiwa hari itu dengan suara gemetar.

Ia menggambarkan kekuatan Harry yang luar biasa, bagaimana pemuda itu dengan mudah melucuti dan mengalahkannya, seorang Master Tahap Inti tingkat ketiga, hanya dengan beberapa gerakan.

Para tetua Klan Huang mendengarkan dengan seksama, wajah mereka mengeras seiring cerita Heydar yang semakin menegangkan. Bisikan-bisikan kecil mulai kembali terdengar di antara mereka, dipenuhi ketidakpercayaan dan kekhawatiran.

Kekuatan yang digambarkan Heydar, kekuatan yang mampu mengalahkan seorang Master Tahap Inti dengan mudah, bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh.

“Pemuda itu…,” gumam salah seorang tetua, suaranya dipenuhi kekaguman yang terselubung, “Siapa sebenarnya dia?”

Pertanyaan itu menggantung berat di udara, tak terjawab. Tak seorang pun di ruangan itu, bahkan Han Huang sendiri, yang memiliki jawabannya.

Sosok Harry, pemuda misterius dengan kekuatan yang tak terduga, telah menjadi ancaman nyata bagi Klan Huang, bayangan gelap yang menyelimuti masa depan mereka.

“Kita harus menemukannya,” desis Han Huang, suaranya dingin dan penuh tekad. “Temukan pemuda itu, dan bawa dia kepadaku. Hidup atau mati, aku ingin dia membayar atas apa yang telah dia lakukan!”

Keheningan mencekam menyelimuti ruang pertemuan. Para tetua Klan Huang saling berpandangan, wajah mereka dipenuhi keraguan dan kecemasan. Ancaman Harry, meskipun terdengar mustahil, terasa begitu nyata dan mengancam.

“Kita tidak boleh meremehkannya,” ucap Han Huang akhirnya, suaranya berat dan penuh wibawa. “Jika pemuda itu benar-benar sekuat yang dikatakan Heydar, maka kita harus bersiap menghadapi segala  kemungkinan.”

“Tapi bagaimana mungkin kita melawannya?” tanya seorang tetua, suaranya bergetar. “Bahkan Heydar saja takluk di tangannya.”

“Tenang,” kata Han Huang, mengangkat tangannya untuk menenangkan mereka. “Klan Huang telah berdiri selama berabad-abad. Kita telah menghadapi badai yang lebih besar dari ini. Kita akan menemukan cara untuk mengatasi masalah ini.”

Di matanya yang tua dan bijaksana, terpancar tekad yang tak tergoyahkan. Klan Huang tidak akan menyerah tanpa perlawanan. Mereka akan mengerahkan seluruh kekuatan dan sumber daya mereka untuk melindungi nama baik dan kelangsungan keluarga.

1
Amelia
Harry dan Larasati god job...👍👍👍
ansus tri
terima kasih.
Neng Moy
lanjutkan ceritanya seru
ansus tri: tiap hari akan update tiga bab. terimakasih 🙏
total 1 replies
Amelia
semangat aku dukung per bab ya ❤️❤️❤️
ansus tri: terimakasih atas dukungan-nya 🙏
total 1 replies
Amelia
aku mampir Thor semangat ❤️👍
💟《Pink Blood》💟
Jantung berdegup kencang.
Levi Ackerman
Tolong update cepat, jangan biarkan aku mati penasaran 😩
Gassing Richies: itulah knp sy mlaas buka jika msih kurang stocknya....tungguin banyak dulu sekira 100an baru star
total 1 replies
yeqi_378
Gak sabar lanjut ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!