My Magic Secret

Shaqueena yang melihat para iblis itu pergi pun limbung, banyak mana yang ia gunakan saat bertarung tadi.

"Kami terlalu gegabah, mana yang kamu gunakan terlalu acak. " ucap seseorang di belakang shaqueena.

Orang itu menangkap shaqueena yang akan limbung, mereka saling menatap dalam diam.

Shaqueena tersenyum saat tau orang itu adalah tuan Ar, wajahnya yang tertutup topeng itu membuat nya seperti Dejavu akan sesuatu.

"Kamu tidak apa-apa. " tanya tuan Ar.

"Saya tidak apa apa tuan, Terima kasih. " ucap shaqueena tersenyum sambil melepaskan posisi mereka.

"Jangan terlalu mengeluarkan terlalu banyak mana, itu bisa membuat mu celaka. " ucap tuan Ar.

"Aku baru pertama kali melawan para iblis itu. " ucap shaqueena.

"Tak apa, yang penting kamu aman. " ucap tuan Ar.

"Terima kasih telah membantu ku. " ucap shaqueena tersenyum.

Entah sadar atau tidak, tapi ia sudah menggunakan kata aku kamu pada taun Ar menandakan jika ia sudah nyaman dengan itu.

Shaqueena pun teringat sesuatu, ia melihat ke arah Duke adya dan Duchess serene yang masih berada di dalam binner pelindung nya.

Shaqueena menghilang kan biner itu dan mendekati Duke adya dan Duchess serene di ikuti tuan Ar di Belakang nya.

"Apakah Duchess terkena racun Munthy. " tanya shaqueena pada Duke adya.

"Iya." ucap Duke adya sambil menatap shaqueena dalam diam.

Wajah yang tertutup cadar itu, tidak menghilangkan kecantikan shaqueena, wajah itu sedikit mirip dengan wajahnya dan istri nya.

Shaqueena pun merapalkan matra penyembuhan dan berusaha mengobati Duchess serene.

Namun ia gagal, beberapa mantra coba ia gunakan tapi selalu gagal, shaqueena merasa khawatir.

Ia merasakan sudah mempelajari semuanya tapi kenapa ia tidak tau apa obat dari racun itu.

Tuan Ar yang memperhatikan shaqueena yang merasa khawatir itu berdiri di belakang nya.

Ia berjongkok dan memegang tangan shaqueena dari Belakang, shaqueena dan Duke adya yang melihat itu kaget.

Ada perasaan tidak suka saat melihat gadis itu berpelukan seperti itu dengan pria itu.

"Apa yang kamu lakukan . " tanya shaqueena gugup.

"Ikuti mantra dan gerakan ku. " ucap tuan Ar sambil menggerakan jari nya di ikuti shaqueena.

Mereka pun mengucapkan mantra dan tubuh mereka bercahaya tubuh shaqueena memancarkan cahaya putih dan tuan Ar memancarkan cahaya hitam.

Kedua perpaduan cahaya yang kontras itu merambat ke arah tangan mereka berdua.

Cahaya itu seolah sedang bercampur menjadi satu, dan setelah itu merambat ke dalam tubuh Duchess serene.

Cukup lama hal itu berlangsung, hingga luka di lengan Duchess serene pun mengeluarkan cairan berwarna kuning dan perlahan tertutup rapat.

Setelah selesai shaqueena pun terengah, ia menjatuhkan dirinya ke arah tuan Ar.

Tenaga nya seolah terserap banyak sekali membuat nya merasa lelah, tuan Ar mengusap keringat yang mengalir dari kening shaqueena.

Duke adya melihat istri nya yang perlahan membuka matanya, duke adya tersenyum bahagia.

Ia memeluk Duchess serene dan mengecup wajah istri nya itu, ia mengucapkan syukur.

"Kami sudah aman. " ucap Duke adya sambil tersenyum bahagia.

"Maaf membuat mu khawatir. " ucap Duchess serene pada duke adya.

Shaqueena terengah-engah secara tiba-tiba membuat tuan Ar khawatir, mereka melakukan teleportasi sebelum duke adya mencegah mereka.

"Kemana mereka pergi. " lirih Duke adya.

"Apa yang terjadi. " lirih Duchess serene.

"Seseorang membantu kita. " ucap Duke adya.

"Tapi kemana mereka. " tanya Duchess serene.

"Aku tidak tau, aku tidak bisa merasakan aura mereka, tapi gadis itu, membuat ku merasakan sesuatu yang aneh. " ucap Duke adya.

"Apa maksud mu. " tanya Duchess serene.

"Tidak, kita kembali sekarang, kamu pasti merasa lemas. " ucap Duke adya sambil menggendong istri nya.

"Bagaimana dengan mereka. " tanya Duchess serene.

"Aku akan mencari tau nya nanti. " ucap Duke adya.

Mereka menaiki kuda dan melajukan kudanya menuju kediaman nya.

***

Pov shaqueena.

Aku tidak dapat merasakan apapun, semua nya terasa kebas dan hampa, Tidak ada rasa sakit tapi rasanya berbeda, seolah tubuh ku tidak dapat merasakan apapaun.

Tuan Ar melakukan teleportasi menuju suatu tempat, aku dapat merasakan nya tapi aku tidak mempermasalahkan hal itu.

Aku tidak bisa mencegah apapun, karena rasanya tubuh ku mulai merasa dingin, setiap detik rasanya berubah menjadi terbakar dan kembali dingin.

Ada apa sebenarnya.

"Bertahan lah. " ucap tuan Ar sambil memeluk ku.

Rasanya hangat, aku seperti pernah merasakan pelukan ini, aku teringat seseorang yang sangat ku cintai dulu.

Aku hanya diam, mata ku mulai tertutup namun mendengar suara tuan Ar yang menyuruh ku untuk tetap membuka mata.

Membuat ku sedikit sadar, aku merasakan tubuhnya di letakan di sebuah kasur yang lembut.

"Jangan tutup mata mu. " ucap tuan Ar kembali terdengar di telinga ku.

"Di mana. " ucap ku lirih.

"Kamu berada di tempat yang aman. " ucap tuan Ar terdengar di telinga ku.

"Tubuh ku sakit, dingin dan panas. " ucap ku tanpa sadar mengatakan apa yang ku rasakan.

Rasa sakit ini baru pertama kali ku rasakan, aku tidak tau kenapa, tapi rasanya aku ingin mengeluh pada nya.

"Bersabar lah, aku akan membantu mu. " ucap tuan Ar terdekat samar di telinga ku.

"Aku... Sakit... Sekali. " ucap ku lirih dan semua nya tiba-tiba gelap.

Pov end.

***

Tuan Ar yang melihat shaqueena pingsan pun, mengeluarkan mana nya dan mentransfer nya pada shaqueena.

"Bertahan lah sayang. " ucap tuan Ar pada shaqueena.

"Kamu harus tetap hidup, persetan dengan ramalan, karena aku tidak ingin kehilangan mu. " lirih tuan Ar sambil terus mentransfer mana milik nya.

Ia terbatuk darah begitu juga shaqueena, ia tau ini pasti akan menyakiti mereka berdua.

Shaqueena terlalu gegabah menggunakan mana milik nya yang belum sempurna, dan tuan Ar yang sudah bisa mengendalikan mana.

Mulai mengatur mana yang berantakan dalam aliran darah shaqueena, ia mencoba fokus walaupun ia juga merasa sakit.

"Aku tidak akan menyerah, sayang bertahan lah. " ucap tuan Ar.

Setelah setengah jam lamanya, tuan Ar berubah menjadi pucat seolah darah dalam tubuhnya tidak ada.

Ia tersenyum saat melihat mana shaqueena yang kembali teratur, ia terbatuk darah dengan nafas terenggah.

Tiba-tiba kamar itu bercahaya menampilkan sosok Harvi yang gagah, ia mendekati tuan Ar dan membungkuk an badannya.

"Tuan anda harus segera pergi ke danau dove, mana milik anda mulai lemah. " ucap Harvi itu dengan nada tegas namun tuan Ar yakin jika dia khawatir.

"Baiklah, tapi antar kan kami ke penginapannya. " ucap tuan Ar sambil menunjuk shaqueena yang masih pingsan.

Tuan Ar berdiri dan menggendong shaqueena, ia menaiki punggung Harvi itu dan mereka pun menghilang dari sana.

Dan dalam sekejap mata mereka sudah berada di kamar penginapan milik shaqueena.

Tuan Ar dengan langkah tertatih menempatkan shaqueena di kasur milik nya, dan menatap lamat wajahnya.

"Tunggu saat kita bersama nanti, akan ku berikan kebahagiaan untuk mu sayang. " ucap tuan Ar sambil mengecup pipi shaqueena.

***