Pernikahan kekasihnya dengan seorang Panglima membuat Letnan Abrileo Renzo merasakan sakit hati. Sakit hatinya membuatnya gelap mata hingga tanpa sengaja menjalin hubungan dengan putri Panglima yang santun dan sudah mendapat pinangan dari Letnan R. Trihara. R. Al-Ghazzi.
Disisi lain, Letnan Trihara yang begitu mencintai putri Panglima pun menjadi patah hati. Siapa sangka takdir malah mempertemukan dirinya dengan putri wakil panglima yang muncul di tengah rasa sakit hatinya yang tak terkira. Seorang gadis yang jauh dari kata santun dan kekanakan.
KONFLIK TINGGI, HINDARI jika tidak tahan dengan cerita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1. Gadis menyebalkan.
Senyum Letnan Trihara tersungging usai mengirim puisi cinta untuk kekasihnya. Dua bulan lagi mereka akan segera menikah, sungguh hatinya sudah tidak sabar membangun biduk rumah tangga bersama gadis jelita pujaan hatinya.
Setelah mengirim pesan tersebut, Bang Hara meninggalkan kamar khusus ajudan menuju warung tenda Pak Susilo, warung tenda favorit para bujangan di depan Batalyon.
Pak Susilo adalah pedagang kaki lima penyelamat perut para bujangan di kala lapar menyerang.
//
Renata tersenyum membaca puisi cinta dari kekasihnya, Letnan R. Trihara. Pria gagah itu selalu menghujaninya dengan kata cinta yang membuatnya terpesona. Entah darimana munculnya setiap kata indah tersebut.
"Renaa.." Pak Supri terdengar memanggil putrinya. Rena pun segera turun dari lantai atas masih dengan membawa rasa bahagia.
Senyum Rena pudar melihat Papanya menggandeng tangan seorang wanita muda, keningnya berkerut melihatnya.
"Mbak Karin??????"
"Mulai sekarang panggil Mama, Mbak Karin ini sudah menjadi Mamamu..!!" Kata Pak Supri.
Senyum bahagia Rena mendadak pudar. Ekor matanya terus menatap wajah ibu tirinya.
"Abriiii..!!!" Teriak Pak Supri memanggil salah seorang anggotanya. Letnan Abrileo.
"Siap.. Panglima..!!"
"Tolong ambil semua barang ibu di mobil."
Sungguh saat itu Bang Abri terkejut hingga rasanya nyaris mati berdiri melihat kekasihnya telah menikah dengan panglima. Bang Abri berbalik badan. Langkahnya terasa berat melihat kekasih hatinya telah bersama pria lain.
"Karin ikut ambil barang deh Mas. Nanti Om Abri tidak tau barang nya Karin." Kata Karin.
"Oke, cepat sana ikuti Abri. Segera masuk ke kamar. Mas tunggu..!!" Pinta Pak Supri.
~
"Karin lakukan hal ini demi masa depan kita, Bang. Setelah uang dua ratus juta itu terkumpul.. Karin akan minta cerai dan nikah sama kamu, Bang..!!"
"Seenteng itu kamu bicara, Karin??? Kenapa kamu tidak sabar menunggu Abang??? Kamu meremehkan Abang. Abang tidak diam saja untuk menghalalkan hubungan kita. Abang juga masih terus berjuang untuk melamarmu." Jawab Bang Abri.
"Tapi Abang terlalu lama. Orang tuaku memilih laki-laki yang punya uang dengan segera, bukan hanya diam dan menunggu sampai anaknya jadi perawan tua." Kata Karin.
"Kau pengen Abang jadi rampok???"
Karin menyambar tasnya lalu menatap wajah Bang Abri. "Pokoknya Karin sudah berjuang dan Abang harus membalas pengorbanan Karin."
"Okeeee.. kau lihat saja nanti."
//
ggrrpp..
Seorang gadis menyambar kantong plastik milik Letnan Hara lalu menyerahkan selembar uang pada Pak Susilo.
"Mbak Rintis, itu pecel lele punya Pak Hara." Kata Pak Susilo.
"Ladies first, Pakde." Jawab Rintis.
Bang Hara memberi kode pada Pak Susilo agar tidak memperpanjang masalah tersebut dan mengembalikan uang gadis 'penuh masalah' itu lalu segera menyerahkan uangnya sendiri untuk membayar pecel lele pada Pak Susilo.
"Apa??? Nggak usah sok ganteng." Celetuk Rintis padahal Letnan Hara sama sekali tidak mengatakan apapun. Namun Rintis tetap menyambar uang tersebut.
Si cantik Rintis melirik dengan gaya judesnya. "Nggak pernah lihat cewek cantik ya??"
"Ini bocah kenapa dah." Gumam Bang Hara heran. "Kamu siapa? Darimana??"
"Ya dari tadi." Jawab Rintis. "Om ini ajudan Papa yang baru, kan?"
Kening Bang Hara berkerut pasalnya dirinya memang diminta secara khusus untuk mengawal keluarga wakil panglima.
'Apakah nantinya aku akan jaga anak bebek macam ini??'
"Kenapa?? Terpesona ya lihat cantiknya anak komandan." Celetuk Rintis.
"Saya malah kaget, masa iya wakil panglima punya anak cerewetnya seperti pedagang obat pijet di pasar." Kata Bang Hara.
Rasa jengkel Rintis menjadi-jadi, baru kali ini ada laki-laki yang berani mengatainya seperti itu.
"Om mau di pindah tugaskan ulang?"
"Mbak Rintis tidak punya kewenangan apapun untuk memindah tugaskan saya. Semua itu adalah kewenangan Pak Ratanca." Jawab Bang Hara.
"Rintis..!!!! Jam berapa ini??? Kenapa kamu kelayapan????" Bentak Bang Rei tiba-tiba datang ke warung tenda pak Susilo.
"Abaaang??? Ini.. itu.. Bang. Om Hara paksa Rintis keluar."
Bang Samurai menatap wajah pria di hadapannya.
"Oohh.. pacarmu??? Tidak bisakah cari yang manis sedikit??" Ledek Bang Hara.
"Biarpun menjengkelkan begini, dia tetap adik ku..!!" Jawab Bang Rei.
Bang Hara menepuk dahinya. "Ku kira adikmu hanya Katana saja, ternyata masih ada ampas berkerak yang lainnya."
Lirikan Bang Rei beralih pada Rintis. "Pulang kau sekarang..!!"
"Rintis di paksa."
"Kalau di paksa ya lawan donk, Rin. Masa kamu mau aja. Apa memang kamu yang pengen di paksa????" Omel Bang Rei tak sabaran dengan adik bungsunya.
"Aahh.. Abang nih." Gerutu Rintis. "Rintis minta uang donk, Bang. Belum bayar pecel lele."
Tak banyak bicara, Bang Rei segera mengambil uang seratus ribu rupiah dari saku celananya.
Secepat kilat Rintis berlari sembari tertawa-tawa namun naas kakinya tersandung batu hingga dirinya terjungkal ke dalam parit.
bruugghh..
"Aawwhh.. sakiiit..!!!" Pekik Rintis.
"Kapoookk..!!" Ucap mantap Bang Rei saking jengkelnya.
"Inilah azab pengemis terhormat." Gumam Bang Hara kemudian berjalan bersama Bang Rei untuk menolong gadis kecil banyak tingkah itu.
...
"Jangan nangis...!!! Apa sekalian mulutmu Abang plester????" Bentak Bang Rei.
"Sakiiit.. ini sakiiiitt..!!"
Bang Rei semakin menekan luka adik kecilnya. "Rasakan ini..!!!"
"Sini biar aku saja..!!" Bang Hara mengambil obat lalu mengobati luka di lutut dan siku Rintis.
"Lhooo.. kamu kenapa Rin??" Papa Ranca turun dari lantai atas sembari membenahi sarungnya.
"Gara-gara Om Haraaa..!!" Jawab Rintis.
Papa Ranca berganti melirik ajudan barunya. "Ini kamu tabrak atau bagaimana Har??"
"Masuk parit Paaaa.."
"Di dorong Hara?????"
"Enggak.. ehh.. Iyaaaa." Jawab Rintis sembari sesenggukan.
"Yang benar yang mana, Riiiinn?????" Tanya Papa Ratanca seketika ikut jengkel.
"Iya Pa. Enggak."
"Alaaah terserah. Nggak Mama mu, nggak kamu.. buat Papa vertigo." Gerutu Papa Ratanca kemudian menuju dapur.
.
.
.
.
semoga lancar persalinan ya.. sehat ini dn baby ya.. 🤲🏼😍