Bagaimana jika takdirMu telah diatur?
Akan kah kita bisa mengubahnya?
Arumi,,
Gadis muda yang berusaha untuk mengubah arah hidupnya setelah banyak mengalami sakit dan kerasnya hidup.
namun akankah arah yang dia tuju dapat dicapai atau malah harus menerima suratan takdir yang sudah digoreskan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nona yeppo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semua Sudah Berlalu
Ardian telah tiba dirumah mertuanya, dikarenakan Arumi belum sadar, ia akan menunggu disana sampai Arumi sadar kembali.
"Aku bingung dari mana memulai cerita, jadi aku belum bisa memberitahukannya, ternyata ia tahu dari orang lain"
"Aku sangat menyesalkan ketidak beranian ku, aku terlalu takut kalau-kalau ia bersedih lagi, setelah akhir-akhir ini ia terlihat ceria"
"Menantu, Terima kasih kamu sangat baik pada Rumi, " ucap Ibu.
"Rumi istriku bu, aku mencintainya, aku ingin selalu ada untuknya, dia orang yang sangat baik, dia pantas mendapatkan kebaikan" . jelas Ardian.
Sang mertua lalu pamit akan menyiapkan sesuatu di dapur, Ardian mengitari kamar tersebut yang bisa ditebak kalau kamar tersebut adalah kamar Arini.
Tidak ada satupun foto kebersamaan kakak beradik kandung itu, sungguh sangat miris. Lalu ia melihat Arumi yang melakukan pergerakan dari pingsannya.
" Arumi, kamu sudah sadar, apa yang sakit hm? apa masih pusing? " Ia bertanya sambil membantu Arumi bangun.
Alih-alih marah, Arumi sadar Ardian tidak memberitahunya kebenaran ini karena menghawatirkan keadaannya. "aku tidak apa-apa Ar, aku memang agak syok, namun sekarang sudah tidak apa-apa" jelas Arumi.
Sambil berkeliling melihat isi kamar, Arumi bertanya siapa yang menghubungi Ardian. "Ibu yang menelponku" sahut Ardian.
"Terimakasih Ar, aku sungguh bersyukur bertemu denganmu, ".
" kau terlalu baik, sampai aku tidak tahu bagaimana mengungkapkannya, kebaikan apa yang telah aku perbuat dimasa lalu sehingga Tuhan kirimkan manusia sebaik dirimu "
Arumi mengucapkan nya di dalam hati, ia khawatir jika diungkapkan, Ardian akan menceramahinya lagi.
Ardian lalu memberanikan diri memberikan surat yang dititipkan Arini padanya. ini surat dari Arini, aku baru bisa memberikannya padamu sekarang " jelas Ardian.
Arumi lalu membacanya,
Arumi, maaf kau harus menderita karena aku, jika surat ini sampai padamu, mungkin aku sudah tidak ada lagi didunia ini. Maaf karenaku ayah tidak pernah melihat mu, bahkan tidak pernah baik padamu, maaf karenaku ibu tidak berdaya, maaf lagi karenaku, kakak kita harus bekerja keras membanting tulang. Maaf untuk semua yang terjadi.
Aku ingin sekali bergandengan tangan bersamamu, seperti orang lain diluar sana, bermain bersama, aku ingin membelikan mu sebuah hadiah kecil, seperti kakak pada umumnya. Namun karena kelemahanku, aku tidak bisa melakukan apapun padamu, aku hanya bisa menambah penderitaanmu.
Sebenarnya ayah tidak seburuk itu, ia hanya tidak mampu berpikir jernih karena penyakit ku, tolong jangan terlalu membencinya Rumi, aku tidak ingin kau menyesal sama sepertiku.
Aku menyesal, kenapa dulu aku tidak membuang egoku, harusnya aku mendekati mu, mengajakmu tinggal bersama, aahh, semua sudah terlambat bukan?
Arumi, aku menyesal atas semua yang terjadi padamu, tolong hiduplah dengan baik. Tunjukkan cintamu pada orang-orang yang perduli padamu. Jangan memendam apapun lagi.
Setelah aku tiada, aku harap kamu bahagia, aku harap kamu melepaskan semua bebanmu, maaf kakak tidak bisa mengunjungi mu disaat kau terbaring lemah, padahal kau selalu menjenguk ku saat aku sakit.
Tolong lupakan semua ini, hiduplah dengan baik, jalanmu masih panjang. Lewati lah semua nya dengan senyum, akan ada orang yang mencintaimu. Aku yakin itu.
I love you adikku...
Air mata Arumi kembali luruh setelah membacanya, tidak mampu lagi berkata apapun, air matanya menjelaskan semua. Ardian hanya mengelus punggungnya.
"semua sudah berlalu, kau harus menata masa depan seperti yang dipinta oleh kakakmu" jelas Ardian.
***
Setelah menenangkan diri, Arumi dan suaminya lalu pamit kepada ibu, ibu menawarkan makan malam, akan tetapi Arumi dengan sopan menolaknya. Ibu mengerti,
"nanti jika kau sudah bisa memaafkan ibu, datanglah lagi jika ku undang" pintanya.
Arumi menganggukkan kepala, entah kapan itu akn terjadi, namun yang jelas ia belum bisa untuk saat ini.
Setelah berada dimobil, "besok kita akan mengunjungi kakakmu, bagaimana, kamu mau? "
tawar Ardian.
Arumi hanya menganggukkan kepalanya, ia lalu meraih tangan Ardian, dengan matanya yang masih memerah.
"aku akan semakin jatuh cinta padamu jika seperti ini terus" Arumi serius dengan perkataan nya.
Ardian hanya tersenyum, "itu hal yang bagus, aku sudah jatuh cinta duluan padamu, aku bahkan jatuh cinta dengan air matamu ini, "
Ia lalu mengecup kedua mata Arumi, "aku tahu kamu sedang bersedih, tapi aku juga ingin melihatmu tersenyum, harini ini aku belum melihat senyum mu, "jelas Ardian.
Arumi akhirnya tersenyum, demi cinta, demi orang yang disayanginya, ia bisa menekan kesedihannya dengan cinta yang ia miliki.
Cinta bukan hanya tentang memberi, tapi juga menerima cinta yang sama, itu akan sangat membahagiakan.
" kita pulang saja yuk, aku ingin memasak untukmu, aku pernah memasaknya di dalam mimpi panjangku" jelas Arumi.
"Benarkah? baiklah tuan putri" ucap Ardian
Senyum simpul muncul di bibir Arumi, "kamu aneh deh" katanya.
Mereka lalu melanjutkan menata kembali hati yang rapuh. Saling memberi dukungan dan kasih sayang.
***
Keesokan harinya, Arumi dan Ardian akan mendatangi kantor catatan sipil untuk menyerahkan berkas pernikahan mereka. Yang awalnya sudah di daftar kan oleh nenek, dan tanda tangan mereka dibutuhkan untuk pengesahan.
Setelah itu mereka lalu menuju makam Arini, ia membawa bunga dandelion, "sebenarnya bunga ini adalah bunga kesukaan kakakku, dan karena ia suka, aku juga jadi suka" jelas Arumi.
Ardian bisa melihat betapa Arumi sangat menyayangi kakaknya itu, namun keadaan membuat mereka menjadi seperti ini.
Arumi memandangi gundukan tanah yang dilapisi keramik tersebut, melihat wajah sehat kakaknya disana.
"kakak tidak lagi sakit sekarang, ini aku bawa bunga kesukaanmu, namun diam-diam aku juga menyukainya. Bahkan jika kau memiliki orang yang kau sukai, jika aku tahu mungkin aku akan menyukainya juga, hehe"
Ardian disampingnya hanya geleng-geleng kepala melihat kekonyolan Arumi, ia tahu Arumi hanya menghibur dirinya.
Walaupun ia tertawa, air matanya masih saja merembes keluar seperti penampungan air yang bocor saja.
Kini gantian Ardian yang akan menyampaikan kata-katanya. "Hai kakak ipar, hari ini kami mendaftarkan pernikahan kami, kakak ipar pasti merestui kami kan, aku akan melindungi adikmu dengan baik. Ia gadis yang penurut jadi aku suka" Arumi jelas tersenyum mendengar kata-kata Ardian.
Ardian memang anak yang ceria, segala tingkah lakunya selalu membuat Arumi tertawa, bagaimana tidak, Ardian mengucapkan kata-kata itu sambil mengelus-elus kepala Arumi seperti anak kecil saja.
***
Mereka melanjutkan perjalanan, kali ini mereka akan kembali mengunjungi villa dipantai.
Ardian yang sedang cuti begitu pun dengan Arumi, menikmati waktu yang langka ini. Mereka berlarian di atas pasir layaknya anak kecil, saling memercikkan air dan kejar-kejaran.
"kau sudah pernah melihat salju asli? " Ardian bertanya setelah mereka kini duduk sambil berpelukan.
"tidak pernah"
"nanti aku akan mencari waktu untuk membawamu liburan"
"itu akan sangat sulit mengingat kau sangat sibuk"
"apapun untukmu istriku"
Percakapan itu mengundang tawa dari keduanya. mereka berharap semesta akan melihat kesungguhan mereka.
bersambung...
""
s'moga berujung indah