NovelToon NovelToon
Let'S Mess Up The Story Line

Let'S Mess Up The Story Line

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Transmigrasi ke Dalam Novel / Epik Petualangan / Masuk ke dalam novel / Fantasi Isekai / Summon
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Mobs Jinsei

Kisah seorang pemuda yang meninggal akibat terlalu lelah bekerja dan dia bereinkarnasi ke dalam novel favoritnya. Namun dia tidak berinkarnasi menjadi main character, heroine, villain atau bahkan mob sekalipun, dia menjadi korban pertama sang villain yang akan membuat sang villain menjadi villain terkejam dan menggerakkan seluruh alur di novelnya.

Tapi ketika dia baru bereinkarnasi, dia langsung melakukan plot twist yang sudah pasti akan mengubah jalan nya alur cerita atau malah menghancurkan alur cerita yang sudah tersusun rapi, dia tidak mati dan malah membunuh villain yang seharusnya membunuhnya. Jadi selanjutnya apa yang akan terjadi dengan alur cerita novel yang di sukainya itu ?


Genre : Fantasi, komedi, drama, action, sihir, petualangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 20

Setelah tenang, Ray melepaskan pelukannya dan duduk di atas ranjang, Charlotte menghapus air matanya kemudian duduk di sisi ranjang, tangannya memegang tangan Ray, Liam dan Laura yang memangku Ignesia juga duduk di sisi lain ranjang. Ray menoleh kepada Charlotte,

“Char, apa yang terjadi, kenapa kamu berubah seperti itu ? berapa lama aku tidur ?” tanya Ray.

Charlotte menunduk dan tidak menjawab, terlihat sekali dia menahan diri untuk tidak menjawab pertanyaan Ray, tiba tiba,

“Gara gara kamu kan ? trus kamu tidur sejak semalam sampai hampir sore sekarang,” celetuk Laura menjawab.

“Laura,” tegur Liam.

Ray sedikit kaget karena mendengar jawaban Laura, dia menoleh melihat Charlotte yang sedang melihatnya dan tersenyum dengan mata yang sembab.

“Gara...gara aku ?” tanya Ray perlahan.

“Bukan salah kamu Ray, tidak usah di pikirkan, aku tidak apa apa, hanya saja elemen ku berganti kata tante, cuma itu, bukan hal yang besar,” jawab Charlotte sambil memegang tangan Ray.

“Benar Ray, bukan salah mu, kamu semalam tidak sadar ketika melakukan nya, semuanya bisa mengerti kondisi kamu, jadi jangan salahkan dirimu,” tambah Liam sambil memegang pundak Ray.

“Maaf Ray, aku asal bicara saja,” balas Laura.

“Semalam.....aku ingat, sebelum aku sadarkan diri,”

Ingatan tentang kematian orang tua dan kakaknya saat kebakaran di kehidupan masa lalunya kembali muncul, dia ingat membuka kantung jenazah mereka dan tiba tiba, “urk,” tangan Ray langsung menutup mulutnya dan dia menunduk dengan nafas terengah engah.

“Ray,” teriak Liam, Laura dan Charlotte sambil berdiri.

“A...aku...tidak apa apa....urk...oeeeek,” Ray mengeluarkan semua isi perutnya melalui mulutnya di atas ranjang.

Charlotte langsung berdrii dan keluar untuk memanggil pelayan, Liam langsung mengusap punggung Ray dan Laura memegang keningnya.

“Ti...tidak mungkin....ptsd (post traumatic stress disorder) ? seharusnya aku sudah sembuh setelah ikut terapi waktu itu...kenapa...muncul sekarang, waktu aku melihat Desmond meninggal di hadapan ku...aku tidak apa apa,” ujar Ray dalam hati.

“Kamu kenapa Ray ?” tanya Laura.

“Ptsd,” jawab Ray.

“Ptsd ? apa itu ?” tanya Liam.

“Bu..bukan apa apa....aku harus berbaring...maaf...semua,” ujar Ray berbaring.

“Iya...aku bantu,” ujar Liam membantu Ray berbaring.

Beberapa pelayan datang bersama Charlotte dan mengambil selimut Ray yang kotor, kemudian menggantinya dengan selimut baru. Setelah para pelayan keluar, Charlotte mengambil pakaian tidur baru dan menggantikan pakaian tidur Ray yang kotor di tempat tidur. Setelah selesai dan memberikan pakaian kotornya kepada Albert yang berada di belakangnya,

“Maaf Char, gara gara aku dia jadi begini lagi,” ujar Laura menunduk.

“Tidak apa apa Laura, biarkan saja dia istirahat dulu,” balas Charlotte.

Ignesia naik ke atas ranjang dan masuk ke dalam selimut, dia tidur di sebelah Ray kemudian memejamkan matanya dan terlelap. Liam menatap wajah Ray yang tertidur lagi,

“Masa depan apa yang dia lihat....kalau melihat dia jadi seperti ini...pasti masa depan itu sangat mengerikan,” ujar Liam.

“Benar, aku tidak mau bertanya padanya, biar dia menceritakannya sendiri nanti,” balas Charlotte.

“Maaf Ray...maaf...hik...hik,” ujar Laura terisak.

“Tidak apa apa Laura, tidak usah di pikirkan, dia memang harus tahu kebenarannya juga kok kenapa Charlotte bisa berubah menjadi sama seperti kita bertiga,” balas Liam sambil mengelus kepala adiknya.

“Tapi....harusnya aku diam, harusnya aku tunggu dia pulih dulu...maaf Ray,” ujar Laura.

“Ray tidak apa apa Laura, kita memang tidak bisa melihat apa yang dia lihat, tapi kita kan selalu bersama dia dan dia tahu itu,” balas Charlotte.

Laura terdiam, dia melipat kedua kakinya dan memeluk kedua kakinya, wajahnya di benamkan di depan lututnya. “Tok..tok,” terdengar pintu di ketuk, Charlotte dan Liam menoleh melihat ke arah pintu, mereka melihat Edward berdiri di depan pintu yang memang sudah terbuka. Edward berjalan masuk ke dalam,

“Bagaimana Ray ?” tanya Edward kepada Charlotte dan Liam.

“Dia tadi sempat bangun sebentar paman, tapi kemudian dia muntah dan tidur lagi,” jawab Liam.

“Gara gara aku,” tambah Laura perlahan.

“Sewaktu bangun, dia mengatakan sesuatu ?” tanya Edward.

Charlotte dan Liam menggelengkan kepala, “ptsd,” Laura menjawab pertanyaan Edward dengan perlahan. Mendengar jawaban Laura, Edward langsung berpikir,

“Hmm..apa itu artinya ? semacam kode ?” tanya Edward.

“Laura, kenapa kamu katakan, kita tidak tahu artinya kan, yang tahu hanya Ray dan kita tunggu saja dia menjelaskannya pada kita,” Liam menegur Laura perlahan dan mengelus kepalanya.

“Maaf, biar aku jelaskan, ptsd adalah gangguan emosional dan fisik akibat mengingat kejadian mengerikan di masa lalu, hanya saja dalam kasus ku yang ku lihat masa depan,” ujar Ray perlahan sambil menutup mata dan berbaring.

Edward, Liam, Charlotte dan Laura langsung menoleh melihat Ray yang terlihat seperti orang yang berbicara dalam tidurnya seperti sedang mengigau. Mereka langsung duduk perlahan di sisi Ray dan mendekatkan wajah mereka.

“Masa depan yang seperti apa Ray, boleh ceritakan pada kami ?” tanya Edward perlahan.

“Semua...terbakar...semua...hangus....hancur....monster....iblis...perang saudara....kekaisaran Agares jatuh ke tangan iblis.....umat manusia terjepit....pertahanan terakhir....akademi....kerajaan Liberius,” ujar Ray terbata bata.

Edward, Liam, Charlotte, Laura langsung menoleh melihat satu sama lain dengan wajah mereka yang tertegun, kemudian mereka berdiri menjauhi ranjang dan berjalan ke arah sofa di dalam kamar. Setelah duduk, ke empatnya langsung berpikir keras, Edward menoleh melihat Liam,

“Liam, bisa tolong panggil Jonah dan Elena kesini, ini penting,” ujar Edward.

“Baik paman,” balas Liam.

Liam berdiri kemudian berlari keluar kamar, Edward berdiri dan berjalan ke jendela, dia melihat keluar dan wajahnya nampak sangat cemas. Charlotte dan Laura berdiri di sebelah kanan dan kirinya,

“Paman...apa arti perkataan Ray barusan ?” tanya Laura.

“Dari yang aku dengar dan ku susun kata katanya, kekaisaran Agares akan jatuh ke tangan iblis dan umat manusia terjepit, pertahanan terakhir di kerajaan Liberius, itu artinya, kerajaan kita, kerajaan Farness akan hancur menjadi abu dan yang tersisa hanyalah kerajaan Liberius bagi umat manusia,” jawab Edward.

Charlotte dan Laura terdiam, mereka melihat keluar jendela dan memandang desa yang masih penuh dengan aktifitas di sore hari dan membayangkan semua terbakar, mereka memejamkan matanya sejenak kemudian membukanya lagi,

“Jadi...pemandangan itu yang di lihat Ray ?” tanya Charlotte.

“Benar, sangat mengerikan, aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya melihat semua itu tanpa bisa bercerita pada siapapun,” ujar Edward sambil meletakkan telapaknya di kepala Charlotte dan Laura.

“Kalau saja....aku bisa melihat juga dan mengurangi bebannya, aku mau,” ujar Laura.

“Aku juga berpikiran sama....aku tidak tega melihat dia seperti ini,” tambah Charlotte.

“Aku mengerti perasaan kalian, kalian berdua dan Liam harus terus di sisinya untuk mengurangi beban nya,” ujar Edward.

“Iya papa (Charlotte) paman (Laura),” jawab keduanya bersamaan.

“Mengenai pembicaraan semalam....aku akan bicara lagi dengan Jonah dan Elena, ketika aku menterjemahkan penglihatan Ray barusan, aku tersadar, daripada menunggu dan diam disini bersama Tiana yang makamnya terancam hancur oleh peperangan, lebih baik keluar dan bertempur untuk menjaga seluruh kerajaan ini dan desa ini agar Tiana bisa beristirahat dengan tenang,” gumam Edward.

Charlotte dan Laura langsung menoleh melihat Edward di tengah setelah mendengar ucapannya, mereka kemudian saling melihat satu sama lain dan tersenyum lebar. Keduanya langsung berbalik dan berlari ke ranjang, mereka langsung menghampiri Ray yang terbaring bersama Ignesia yang memeluknya kemudian mengambil kedua tangannya.

“Kita berhasil Ray,” ujar Charlotte dan Laura bersamaan dengan ceria.

1
Vemas Ardian
semangat Thor, jangan buat Charlotte sebagai bebannn
Mobs Jinsei: siap kak, makasih dukungan nya
total 1 replies
Aryanti endah
wahahahaha.. lain sendiri senjatanya 😂😂😂
Mobs Jinsei: makasih dukungan nya ya kak
Mobs Jinsei: iya haha
total 2 replies
Eight
lanjut thorr
Mobs Jinsei: siap, makasih dukungan nya kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!