Kanaya terdiam terpaku melihat pemandangan yang ada di seberang dia. Galan - lelaki yang sudah menjalin hubungan selama dua tahun dengan dirinya tengah menggandeng mesra seorang perempuan. Galan Farrabi Altezza, dia adalah lelaki yang sama sekali tidak memiliki cacat dalam mengkhianati kepercayaan apalagi dia selalu menghargai perasaan yang dimiliki oleh Kanaya.
"Kita nikah tahun depan ya setelah kamu lulus kuliah." ucapan Galan masih terngiang jelas dalam pikiran Kanaya.
Masa depan yang selalu dia ungkapkan hanya untuk membahagiakan dirinya dan impian memiliki anak-anak yang lucu. Tapi rasanya semua itu menjadi petaka mimpi buruk untuk seorang Kanaya Shanifah Galianna Lubov.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon anyaaang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rainy Mood - part 1
Kanaya memperhatikan ekspresi Galan yang sempat terdiam. Peringatan tegas dari dirinya berhasil membekukan diri Galan di hadapan Kanaya. Seharusnya Galan memang tahu atas peringatan Kanaya sebelum dia lontarkan sekali pun. Tidak akan pernah ada ruang lagi di hatinya jika Galan berani mengkhianati dirinya. Apalagi pengalaman Kanaya yang sering dikhianati oleh mantan-mantan pacarnya. Kanaya sudah memperingatkan tegas dalam setiap hubungannya selama ini meski dia terus dikecewakan.
Dan berhubungan dengan Galan juga tidak menghilangkan peringatan tegas dari Kanaya. Dia pernah memberikan beberapa peraturan dan berharap Galan bisa menepatinya walau ternyata sekarang dia melanggarnya.
Galan tersenyum kecil dan duduk menghadap Kanaya. Dia memegang kedua bahu Kanaya dengan tatapan lekatnya.
"You know I love you so. I can't betray you, Kanaya. That's only you in my life."
"I really hope you keep your promise, Galan." tatap Kanaya dengan penuh harap. Harapan yang sudah rusak tapi dia berharap Galan bisa menebusnya dengan harga yang mahal.
Galan tersenyum dan mengusap-usap wajah Kanaya dengan lembut. Dia tahu bagaimana masa lalu Kanaya yang selalu membuat dirinya hancur dan dia yakin kalau dia tidak akan pernah menghancurkan perasaan perempuan yang akan menjadi istrinya kelak. Tidak akan juga membiarkan siapapun yang bisa menyakiti seorang Kanaya.
Galan sadar kalau mungkin Kanaya menjadi trauma dalam menjalani hubungan. Butuh pengorbanan besar agar Kanaya bisa memiliki rasa kepercayaan terhadap dirinya. Maka dari itu Galan tidak akan pernah membuang kesempatan yang sudah Kanaya berikan. Dia tidak mau menyiaka-nyiakan kesempatan itu. Lagian tidak ada perempuan yang berharga selain Kanaya saat ini.
"Sini." Galan memeluk Kanaya ke dalam sisinya. Pelukkan erat dengan segenap perasaan dia.
Pikiran Kanaya benar-benar masih memikirkan perempuan yang di datangi oleh Galan tadi. Rasanya kata-kata Galan yang begitu meyakinkan dan juga manis membuat dia semakin sakit karena telah mendapatkan rahasia Galan yang baru dia ketahui. Yakin sekali kalau Kanaya akan membuka rahasia Galan sekarang tentu dia akan langsung menyangkalnya.
Kanaya membalas pelukkan Galan. Dia meletakan dagu mungilnya ke dalam bahahu Galan.
Masih sangat tidak aku percayai lelaki yang begitu sangat manis ini mampu mengkhianati aku di belakang aku. Dan entah sudah berapa lama...
***
Kanaya membuka matanya. Suara gemercik hujan membuat dia masih meringkuk di dalam selimutnya. Selalu senang dengan suara hujan yang bisa membuat perasaannya lebih nyaman. Air hujan deras yang turun seakan menghilangkan semua penat dan kelelahan dalam pikiran. Kanaya benar-benar sangat suka dengan suara hujan.
Kanaya mengambil remote di atas meja kecil sebelah tempat tidurnya untuk membuka tirai kamarnya secara otomatis. Sehingga tampak jelas air hujan yang sedang turun membasahi kota Jakarta dari luar kamarnya. Dia menoleh ke arah belakang dan membalikkan badannya. Dilihatnya Galan yang masih memejamkan mata di atas tempat tidur sebelah Kanaya persis.
Semalam Galan mau pulang tapi Kanaya iseng bilang sama Galan untuk menyuruh dia menginap aja. Dan ternyata tanpa berat hati dengan senyuman sumringahnya Galan langsung setuju. Dia memang pernah beberapa kali menginap tapi semua atas kemauan sendiri dan baru kali ini Kanaya yang memintanya langsung.
Lagian Kanaya juga mau tahu bagaimana reaksi Galan saat dia meminta dirinya untuk menginap aja. Betapa sangat senangnya dia melihat Kanaya yang masih ingin bermanja dengan dirinya. Kanaya juga jadi mikir apa mungkin perempuan yang Galan temui hanya sebuah pelampiasan aja. Mengingat Kanaya yang sudah mulai sibuk skripsi dan sempat pulang ke rumah. Ah, rasanya tidak juga karena Kanaya sudah sempat melihat perempuan itu waktu di toko bakery.
Entah pelampiasan atau apapun rasanya Kanaya sama sekali tidak membenarkan apa yang dilakukan oleh Galan. Tapi melihat Galan yang selalu memenuhi permintaan Kanaya bikin dia sangat bingung menerka apa motif Galan melakukan semua ini. Meski Kanaya tahu betapa besarnya perasaan yang Galan miliki terhadap dirinya.
Galan mulai membuka matanya. Dia melihat hujan yang sangat deras di waktu yang masih sangat pagi. Sekitar pukul setengah enam dan cuaca diluar terlihat masih gelap. Galan menoleh ke arah Kanaya yang menatap dirinya.
"Cantik banget istri aku pagi ini." Galan tersenyum sambil mengecup bibir Kanaya dengan lembutnya.
"Belom jadi istri ya!" Kanaya mengingatkan Galan dengan setengah sewot. Walau dia sangat senang dianggap istri oleh Galan yang sangat dia harapkan dari lama.
Galan terkekeh geli. Dia mengacak-acak rambut Kanaya dengan gemasnya. Jadi semakin membayangkan kalau dia bangun pagi setiap hari dan ada Kanaya di sebelah dirinya. Apalagi kalau dia pulang dari kerja dan Kanaya yang berada di rumah menunggu dia pulang dengan segala masakan yang sangat lezat.
"Ya kan sebentar lagi udah jadi nyonya Galan sayang." Galan semakin tersenyum mengingat dia akan menikahi Kanaya dua bulan lagi.
"Terus mama sama papa kamu kapan kesininya?" tanya Kanaya teringat orang tua Galan yang belum sempat dia tahu secara detail tentang kedatangannya.
"Paling tiga hari sebelum hari pernikahan mereka udah ke Jakarta."
"Tiga hari? Nggak terlalu terburu-buru emangnya? Kenapa nggak dua minggu aja suruh ke Jakarta biar nanti aku ajak jalan-jalan pas disini." saran Kanaya dengan antusiasnya.
"Kamu kayak nggak tau aja kalo ibu sama ayah aku nggak betah buat lama-lama jauh dari rumah. Kalo bisa sehari sebelum acara mereka mau datang ke Jakartanya." Galan menggelengkan kepalanya sambil tertawa kecil.
Selalu lucu kalau mau membawa orang tua Galan untuk ke Jakarta. Sama sekali nggak pernah betah. Padahal Galan senang banget dan udah pengen bisa mengajak mereka buat keliling ke Jakarta. Waktu itu rencananya Galan mau ngajak ke Bali juga dan orang tua Galan sudah setuju. Mereka datang ke Jakarta dengan segala perlengkapan dan baju-bajunya. Tapi baru sehari tiba ke Jakarta, ibu Galan sudah meminta buat pulang. Galan hanya menggeleng-geleng kepala melihat tingkah orang tuanya yang sudah lanjut usia tapi selalu dia sayangi.
Mau nggak mau akhirnya Galan mengantarkan ibu dan ayahnya untuk pulang kembali Yogjakarta. Dan bisa-bisanya pas udah pulang mereka bernafas lega karena udah bisa tidur di tempat tidur mereka. Emang benar-benar susah mengajak mereka buat ke Jakarta. Tapi mengingat ini adalah hari spesial Galan jadi sudah pasti mau nggak mau kalau ibu dan ayah Galan akan datang tiga hari sebelum acara pernikahan berlangsung.
Galan juga berencana akan membuat pesta pernikahan kedua di Yogyakarta dan mungkin akan dilangsungkan setelah Kanaya lulus saja. Dan Kanaya sudah setuju begitu juga Natha dan sang suami. Kanaya menganggukan kepalanya sambil tertawa kecil mengingat ibu dan ayah Galan yang selalu dia ceritakan. Beberapa kali juga Kanaya video call sama mereka. Sangat beretika sopan santun dan begitu ramah dalam memperlakukan Kanaya meski dia berada di Jakarta. Kelihatan sekalu kalau dia juga menerima Kanaya dengan hati terbuka.
"Kamu off kan hari ini kerjanya?" tanya Kanaya kemudian. Jadi ingat kalau Galan libur hari ini karena jadwal off dia yang libur satu kali dalam seminggu. Lagian sudah satu minggu ini Galan sama sekali belum mengambil jatah libur.
"Harusnya sih ..."
"Harusnya? Kenapa harusnya?" tanya Kanaya dengan kecurigaan yang kembali menjelma.
Galan ini kenapa sih? Selalu ada sikap yang membuat berbagai pertanyaan timbul di benak Kanaya.
***