Siapa sangka, Veyra yang terkenal sebagai badgirl di SMA nya bisa menjadi ibu di usia muda. Bahkan teman-temannya pun tidak mempercayai hal itu. Di usia nya yang masih sangat muda, bukan mudah untuk menjalani hari-hari nya dengan kehadiran baby secara tiba-tiba. Veyra harus merubah masa mudanya yang harusnya bersenang-senang menjadi seorang ibu yang mengurus anaknya dengan kasih dan sayang dan menjadi CEO perusahaan yang rumit baginya. Akankah Veyra hamil di luar nikah? Lalu siapakah yang menghamilinya? Ataukah ada faktor lain yang menjadi penyebab Vee harus menjadi ibu di usia muda? Yukk langsung baca aja ceritanya✨ Happy readingg!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MayyChy-, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Twenty Nine : Veyra Hilang!
Veyra menangis terisak di ruang tamu rumahnya. Kebetulan Bi Yati, Bu Siti dan Reno sedang pergi keluar bersama pak Timo. Veyra duduk menangkup wajahnya dengan rambut yang sudah acak-acakan serta mata yang sembab tentunya.
"Lo semua gak pernah anggap gue ada apa? Gue disini anggap lo sebagai sahabat gue Lin, gue juga anggap lo sebagai pacar gue Ky tapi apa balesan lo ke gue? Lo sama Alin tega ninggalin gue disini. Setidaknya lo bilang ke gue, biar gue ngerasain rasanya di anggap. Gue gak pernah di anggap sama bokap gue maupun nyokap gue, sekarang lo pada juga gak anggap gue? Apa gue ini terlalu sampah buat lo?"
Tingtong!
Tingtong!
Tingtong!
Bel berbunyi secara bertubi-tubi. Veyra yang merasa terganggu segera melihat siapa yang datang. Tidak peduli dengan rambutnya yang sudah acak-acakan dan tampilannya yang berantakan.
Ceklek!
Dua pria berbadan kekar langsung mengunci tangan Veyra dan mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya. "SIAPA LO!"
"DIEM!" bentak pria itu.
"Emphhh....emphhh...." Veyra memberontak ketika pria itu membekap mulutnya. Ia mencium bau alkohol pada sapu tangan itu, ternyata sapu tangan itu sudah di beri obat bius. Tak lama kemudian Veyra pingsan.
Disisi lain, tepatnya di taman. Bi Yati dan Bu Siti yang habis berbelanja kebutuhan bulanan, sengaja mengajak Reno jalan-jalan di taman Kota.
Oekkk...oekkk...oekkk
Bu Siti panik melihat Reno yang tiba-tiba menangis tanpa sebab. "Duhh Dekk.. Jangan nangis. Cup cup cup" ia menepuk-nepuk pantat Reno pelan untuk menenangkannya.
"Kenapa Bu?" Bi Yati bertanya pada Bu Siti.
"Saya juga enggak tau Bi, tiba-tiba saja Reno menangis"
Beberapa menit berlalu, tangis Reno tak kunjung reda. Akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke rumah.
Sesampainya mereka di rumah, Bi Yati cukup terkejut dengan pintu utama yang terbuka lebar. Ia ingat bahwa saat ia pergi pintunya sudah ia kunci. Ia segera masuk ke dalam rumah bersama Bu Siti dan Reno.
"Non!" teriak Bi Yati ketika sudah memasuki rumah. Tetapi tidak ada tanda-tanda bahwa Veyra berada di dalam rumah.
"Kenapa Bi?" tanya Bu Siti.
"Saya bingung Bu, tadi sewaktu kita pergi, pintu sudah saya kunci tapi saat kita pulang pintu sudah terbuka lebar. Kemana non Vee ya Bu?"
"Mungkin mbak Vee keluar lagi Bi, tetapi dia lupa mengunci pintu" ucap Bu Siti dengan tenang.
Bi Yati mengangguk setuju. Perasaannya masih terasa ganjal, takut terjadi apa-apa. Ia mencoba setenang mungkin agar tidak membuat semua orang panik.
22.45
Rumah Veyra sudah sangat sepi, sepertinya Bu Siti sudah istirahat. Bi Yati senantiasa menunggu kedatangan Veyra. Ia berjalan mondar-mandir dengan perasaan tak tenang.
Bi Yati tidak bisa menunggu lagi, ini sudah hampir tengah malam tetapi majikannya itu belum pulang. Ia segera menghampiri pos satpam dimana pak Timo sedang melakukan pekerjaan nya.
"Pak!" panggil Bi Yati ketika sudah melihat pak Timo yang sedang menonton tv.
"Ada apa Bi?" pak Timo segera menghampiri Bi Yati.
"Non Vee pak" kini suara Bi Yati terdengar panik.
"Kenapa dengan non Vee, Bi?" pak Timo ikut panik.
"Jam segini belum pulang juga"
Pak Timo menghela napas. "Mungkin non Vee menginap di rumah temenya"
Tidak ada jawaban dari Bi Yati. Ia masih terlihat panik.
"Bibi tenang saja, besok jika non Vee belum pulang biar saya yang mencari"
"Makasih ya pak, saya masuk dulu" setelah itu Bi Yati masuk ke dalam rumah.
Bi Yati berjalan di sekitar lemari yang menjadi hiasan di ruang tamu. Terdapat beberapa foto keluarga disana termasuk foto Veyra. Bi Yati tidak sengaja menyenggol foto Veyra yang sendirian.
Pyarr!
Foto itu jatuh, kacanya pecah dan pecahan nya menyebar kemana-mana.
"Astagfirullah, ada apa ini?" ucap Bi Yati dengan menutup mulutnya.
...****************...
"Mphhh..mph..." Veyra duduk di kursi kayu dengan tangan yang diikat dan mulut yang tertutup lakban.
Veyra mencoba memberontak sekuat tenaga nya tetapi semakin memberontak tubuhnya semakin terasa sakit akibat ikatan nya yang terlalu kencang.
Veyra terus menggerakkan tubuhnya berserta kursi kayu tempat ia duduk.
Brak!brak!brak!
"DIAM KAMU!" bentak sang penjaga yang masuk melalui pintu gudang.
"Mphhh....mph..."
"SAYA SURUH DIAM YA DIAM! ATAU KAMU MAU SAYA BUNUH!" ancam pria itu.
"Siapa yang nyuruh kamu bunuh dia?" ucap seorang perempuan yang suaranya tak asing di telinga Veyra.
"Ampun bos" pria itu menunduk patuh.
"Hallo Vee!" ucap perempuan itu seraya membuka kacamata beserta masker yang ia pakai.
Veyra melotot ke arah orang itu. Ternyata orang itu adalah, Karin. Dan dua orang itu pasti suruhannya.
Veyra terus memberontak. "Mphhhh...mphh.."
Karin mendekat ke arah Veyra. Ia membungkuk untuk men-sejajarkan tubuhnya dengan tubuh Veyra. Ia menarik paksa lakban yang membungkam mulut Veyra.
Krekk!
"Awww!" pekik Veyra. "Anjing lo!" Veyra mengumpat di depan wajah Karin.
Karin kembali menegakkan tubuhnya. Ia berjalan menjauhi Veyra kemudian tertawa sumbang. "Hahahaha" tawa itu menggelegar di seluruh penjuru ruangan.
"Lepasin gue!" Veyra kembali memberontak. Ia tidak menangis sedikitpun, ia sudah lelah menangis. Veyra adalah orang yang kuat jadi ia yakin pasti bisa melewati ini semua.
"Enggak semudah itu sayang" ucap Karin mengejek.
"Kenapa lo ngusik hidup gue ha?! Apa gue pernah sedikitpun ngusik hidup lo?"
"..." Karin diam.
"JAWAB GUE!" Kini Veyra membentak.
Karin kembali mendekat ke arah Veyra. Ia menarik kuat rambut indah Veyra hingga sang empunya meringis kesakitan. "Awww, LEPAS!"
"Heh! Lo denger ya, lo itu udah ngerebut Risky dari gue"
"Hah? Apa lo bilang?" Veyra tertawa di tengah kesakitan yang menjalar di kepalanya akibat tarikan keras dari Karin. "Gue gak pernah sekalipun ngerebut Risky dari lo! Bahkan Risky yang pertama kali ngejar-ngejar gue, jadi lo gak berhak nuduh gue atas itu!"
Karin memperkuat tarikannya. "Terus gue harus percaya sama lo? JALANG!" Karin berucap penuh penekanan pada kata terakhir.
"Terserah lo mau percaya apa enggak sama gue, yang jelas gue lebih baik dari pada lo. Gue cinta sama Risky tulus dan gue gak akan pernah ninggalin dia, sedangkan lo?" Veyra menajamkan matanya pada Karin. "PENGECUT!"
Karin melepaskan jambakannya. Tangan nya terulur untuk menampar Veyra.
Plak!
"Kita lihat aja besok, siapa yang akan nolong lo atau mungkin lo bakal mati di tangan gue" Karin tersenyum miring kemudian meninggalkan Veyra disitu bersama dengan dua orang suruhannya.
Sebelum benar-benar pergi, Karin berpesan pada dua orang itu. "Jaga dia baik-baik, awas kalo sampek kabur"
"Siap bos" kedua bodyguard itu menunduk hormat. Setelahnya Karin pergi.
...----------------...
To be continued ….