NovelToon NovelToon
Kembalinya Sang Penguasa

Kembalinya Sang Penguasa

Status: tamat
Genre:Action / Tamat / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Raja Tentara/Dewa Perang
Popularitas:4.7M
Nilai: 4.8
Nama Author: Edane Sintink

Rey Clifford, tuan muda yang terusir dari keluarganya terpaksa menjadi gelandangan hingga dipungut dan direkrut kedalam pasukan tentara. Siapa sangka bahwa di ketentaraan, nasibnya berubah drastis. dari yang tidak pandai menggunakan senjata, sampai menjadi dewa perang bintang lima termuda di negaranya. setelah peperangan usai, dia kembali dari perbatasan dan di sinilah kisahnya bermula.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edane Sintink, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Berangkat

...Bab 18...

Rey baru saja tiba di bandara Utara. Setelah menyelesaikan prosedur keberangkatan, kini tibalah saatnya dimana dirinya harus menjalani pemeriksaan. Hanya saya, ketika dirinya melewati alat pendeteksi, tiba-tiba saja alat tersebut mengeluarkan bunyi menandakan bahwa dirinya membawa sesuatu.

"Tuan. Maafkan saya. Tolong lepaskan jam tangan anda!" Pinta petugas pemeriksaan tadi dengan sopan.

Rey menuruti perkataan dari petugas tadi. Dia pun segera melepaskan jam tangan yang dia kenakan. Kemudian, dia kembali melewati alat pemeriksaan. Hanya saja sama seperti tadi, alat detektor tersebut tetap mengeluarkan bunyi sehingga membuat petugas tadi kembali mengernyitkan dahinya.

"Tuan, tolong lepaskan ikat pinggang Anda!"

Rey pun menurutinya. Dia segera melepas ikat pinggangnya yang berlambang kepala naga tersebut kemudian menyerahkannya kepada petugas tadi.

"Silahkan lewat sekali lagi, Tuan!"

Rey kembali melangkahkan kakinya. Namun sialnya, alat detektor tadi masih tetap mengeluarkan suara peringatan.

"Sial. Ada apa ini?" Tanya petugas tadi dalam hati. Sementara itu orang lain sudah mulai protes karena mereka terlambat hanya karena Rey.

"Tuan. Saya dapat memastikan bahwa memang tidak ada apa-apa lagi di tubuh anda. Hanya saja, saya masih tidak habis pikir mengapa alat pendeteksi ini masih saja mengeluarkan suara peringatan. Begini saja Tuan. Harap anda mengikuti saya ke ruangan X-ray. Masalah ini menurut saya sangat serius. Harap anda memberikan kerjasamanya!"

"Silahkan!" Ujar Rey mempersilahkan. Dia tidak mau mempersulit petugas tadi. Karena walau bagaimanapun, dia mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya.

Ketika tiba di ruangan khusus X-ray, petugas tadi pun segera menceritakan kejadian kepada petugas bandara. Bahkan, karena ini adalah satu-satunya masalah yang pernah dihadapi oleh pihak petugas tersebut, sampai-sampai dirinya pun menelepon kepala kepolisian untuk ikut serta dalam pemeriksaan tersebut. Setelah itu, beberapa anggota kepolisian pun segera bergegas menuju ke bandara dan langsung menemui petugas tadi.

Bersama-sama mereka memasuki ruangan khusus tadi kemudian segera melakukan pemindaian terhadap tubuh Rey.

Sejak awal Rey terus memberikan kerjasamanya terhadap petugas bandara serta petugas kepolisian tanpa protes sedikitpun. Baginya, itu tidak dibutuhkan. Kemungkinan terbesar yang dapat dia bayangkan adalah, orang-orang ini akan segera berlutut dihadapannya andai mengetahui identitas dirinya.

Beberapa orang tampak melihat ke arah layar dimana hasil dari pemindaian pada tubuh Rey.

Alangkah terkejutnya pihak kepolisian ketika melihat dibeberapa bagian pada tubuh Rey terdapat beberapa peluru yang masih bersarang di sana. Bahkan di bagian kepalanya sedikit lagi hendak mencapai otak, ada terselip sebutir peluru. Andai peluru tersebut sepersekian Mili lagi lebih dalam, mungkin otaknya akan bocor.

Polisi tersebut menjadi sangat gugup. Antara terkejut dan memasang sikap waspada, dirinya menghampiri Rey kemudian mulai menanyakan ini dan itu.

Rey tersenyum kepada petugas kepolisian tadi. Kemudian memberikan isyarat agar hanya dirinya dan kepala polisi tadi sana yang tinggal di ruangan tersebut.

Setelah kepala kepolisian tadi memberikan isyarat agar semua orang meninggalkan ruangan tadi, kini Rey pun melepaskan cincin berbentuk naga yang sedang melingkar dari jari tangannya dan menyerahkan kepada kepala petugas kepolisian tersebut, seketika polisi tadi gemetar seluruh tubuhnya.

"Pa pang.., Panglima," ujarnya sambil jatuh berlutut.

"Bangunlah!" Rey mengibaskan tangannya memerintahkan kepada polisi tadi untuk bangun.

Polisi tadi pun segera bangkit dari berlutut nya. Hanya saja, postur tubuhnya sama sekali tidak berani tegak.

"Tutup mulut mu rapat-rapat. Apa kau mengerti?"

"Saya mengerti, Yang Mulia," jawab polisi tadi dengan keringat mulai membasahi keningnya.

"Apa yang kau lihat, dan apa yang kau ketahui?" Tanya Rey lagi. Tatapannya serius walaupun tanpa mengintimidasi. Hanya saja, polisi tadi sudah merasakan nyawanya sudah sampai di kerongkongan.

"Saya tidak melihat apa-apa. Saya tidak tau apa-apa, Tuan!" Jawab polisi tadi. Dia tidak tau apakah ini adalah hari mujur atau kesialan baginya. Mujur karena bisa melihat secara langsung wajah panglima pelindung kekaisaran yang selama ini namanya sangat melegenda. Seluruh rakyat di kekaisaran menganggapnya sebagai dewa. Dalam benak mereka, mereka selalu berimajinasi bahwa Panglima tertinggi kekaisaran ini bagaikan dewa, duduk di ketinggian dan menatap seluruh rakyat dengan kewibawaan. Hanya saja, tidak ada yang mengira bahwa panglima itu ternyata masih sangat muda. Sekilas terlihat seperti seorang pelajar yang belum lulus pendidikan. Sedangkan kesialan yang dirasakan oleh polisi tadi, mengapa dirinya bisa bertemu dengan tukang jagal dari Utara ini dalam keadaan seperti ini? Untung saja dirinya tadi tidak bersikap kasar. Atau jika tidak, dia tidak tau seperti apa kematian yang akan dia terima.

"Bagus!" Rey menepuk pundak kepala petugas kepolisian tadi dengan lembut. Kemudian dia mengenakan kembali jam tangan serta ikat pinggangnya yang tadi dia lepaskan.

Sekali lagi polisi tadi gemetar seluruh tubuhnya melihat kepala naga pada ikat pinggang tersebut. Dalam hati polisi itu, entah peperangan seperti apa yang telah dilalui oleh Rey sampai-sampai di tubuhnya tidak kurang dari empat peluru yang bersarang dan masih belum dikeluarkan. Sedangkan dari setiap inci kulit tubuhnya, berbagai macam bekas luka terdapat di sana. Membayangkannya saja membuat kulit kepala petugas kepolisian itu merasakan mati rasa pada kulit kepalanya. Apa lagi jika dirinya yang berada di posisi panglima tersebut.

"Tuanku. Apakah ada perintah? Mohon beri instruksi anda, Tuan!"

"Tidak dibutuhkan. Kau bisa membantu ku untuk memperlancar proses keberangkatan ku. Kau tau apa akibatnya jika sampai aku terlambat? Mungkin kaisar akan membunuh sembilan keturunan mu!" Ancam Rey main-main. Akan tetapi dia segera menahan tawanya ketika melihat wajah polisi tadi memucat seperti tidak ada lagi darah yang mengalir di pembuluh darahnya.

"Segera saya laksanakan, Tuanku!" Ujar kepala petugas kepolisian tadi kelabakan. Dia segera keluar, kemudian memerintahkan kepada bawahannya untuk mengawal Rey menuju pesawat. Bahkan, dia tidak sungkan-sungkan menendang siapa saja yang menghalangi langkah mereka. Hal ini tentu membuat mulut seluruh petugas pemeriksaan tadi ternganga.

Setelah Rey menaiki pesawat tanpa ada halangan yang berarti, polisi tadi berulang kali menarik nafas lega. Kemudian dengan lengan baju seragam yang dia kenakan, dia mengusap keringat yang terus mengalir membasahi keningnya.

"Huhft. Jangan sampai aku bertemu lagi dengan tukang jagal dari Utara itu dalam keadaan seperti ini," katanya dalam hati. Sebenarnya dirinya merasa sangat bangga bisa bertemu dengan manusia yang telah menjadi legenda di hati rakyat tersebut. Apa lagi bisa mengawalnya secara langsung. Ada ramai orang yang bermimpi untuk bisa melihat wajah ksatria tersebut dari dekat. Dirinya bisa bangga dan menceritakannya kepada anak cucunya kelak bahwa dirinya pernah menjadi pengawal dewa perang tersebut di bandara sampai menaiki pesawat. Hanya saja, momen nya yang tidak tepat.

"Chief, siapakah orang tadi. Mengapa anda begitu gugup?" Tanya bawahannya yang merasa penasaran.

"Tutup mulutmu. Jangan menanyakan sesuatu yang tidak layak untuk kau ketahui. Ingat! Tutup mulut mu,"

"Baik pak!" Jawab bawahan tersebut.

"Apa yang kau lihat tadi?" Tanya kepala kepolisian itu mengulanginya.

"Mata saya tadi kemasukan debu. Jadi saya tidak melihat apa-apa. Bukan begitu teman-teman?"

"Benar chief. Tadi mata kami kemasukan debu sebesar kerikil. Jadi, kami menjadi buta sesaat. Kami tidak melihat apa-apa," jawab yang lainnya serentak.

"Bagus. Mari kembali ke kantor!"

Kemudian, setelah pesawat lepas landas, petugas kepolisian tadi barulah menyalakan mesin mobil dan berlalu meninggalkan bandara Utara tersebut.

1
Mas Goen's
tujuan kuliah utk mendapatkan diana sudah terwujud ngapain masih kuliah terus
juli Syaputra
🥰🥰🥰🥰
Awall Pohan
begitulah sebelum rey dan diana main bola.
MR. LaLe
Luar biasa
Cinta Setia
wkwk
Edison Damanik
bangga pula kau Thor babi liat si lion itu dapat peta,, dasar taik babi kau😡😡
Edison Damanik
outhor laknat taik
Edison Damanik
penulis kau ntol
Edison Damanik
makan taik itu Thor laknat, klo gk sekalian mati saja kau
Edison Damanik
mati saja kau penulis babi
Edison Damanik
tilandem Thor babi
Edison Damanik
raja taik,,, sama dgn outhor taik
Okto Mulya D.
terimakasih Author .
Okto Mulya D.
akhirnya Leon harus diadili di Utara
Okto Mulya D.
Yahhh pertarungan berat sebelah nihhh
Okto Mulya D.
sekuat itukah Thoor si Genus, jangan ngadi-ngadi lahhh
Okto Mulya D.
istri Sholehah dari Hongkong, kayaknya tak ada yang sholat perasaan di cerita ini, ntar agamanya apa..hehehehe
Okto Mulya D.
mantab Thor, pertarungan Genus Vs Penguasa Utara yang ke-2 terjadi untuk bebaskan kutukan desa misterius
Okto Mulya D.
Thorrr tidak seruuuu masak matinya para penjahat perang hanya dimakan ular raksasa...ngga serrrruuuuuuu
Okto Mulya D.
tangkap Philips dahulu...dan kasih makan buaya .
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!