Warning!!
Cerita ini untuk usia 21+, mohon bijak dalam memilih bacaan sesuai usia.
Menceritakan tentang wanita bernama Emma Fiorella (26) yang dimutasikan dari perusahaan cabang ke perusahaan pusat dan bertemu dengan seorang anak kecil yang menabraknya ketika dirinya sedang berada di salah satu pusat perbelanjaan dan membentak ayah anak kecil itu. Namun siapa sangka pria itu ternyata adalah pemilik perusahaan dimana ia bekerja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gelsomino, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6: Hari pertama bekerja
"Terima kasih Pak.." ujar Emma pada supir taxi yang membawanya. Emma lalu turun dari taxi.
"Wowww....perusahaannya besar sekali..Ini bahkan lebih besar dari yang kubayangkan," gumam Emma takjub melihat gedung perusahaan Maximiliano's Corp yang ada didepannya. Perusahaan tersebut bergerak di bidang furnitur dan sudah memiliki banyak cabang dan juga anak perusahaan yang bergerak dalam berbagai bidang seperti otomotif, real estate, ritel dan yang lainnya. Emma kemudian berjalan memasuki perusahaan dan menghampiri bagian administrasi.
"Ada yang bisa kami bantu?" tanya seorang wanita.
"Saya ingin bertanya ruangan Direktur Personalia Mrs Alice?" tanya Emma melihat name tag wanita didepannya.
"Kantor Direktur Personalia berada di lantai 8 Nona."
"Terimakasih.." ucap Emma tersenyum.
Saat ini Emma sudah berada di depan ruangan Manager Personalia. Ia lalu mengetuk pintu dan masuk.
"Selamat pagi Pak, saya Emma Fiorella yang di mutasi dari kantor cabang yang ada di kota D," ujar Emma sedikit gugup, apalagi pria yang ada di depannya saat ini sangat tampan.
"Silahkan duduk Nona Emma," ujar Carlos tersenyum.
Carlos kemudian menanyakan beberapa hal kepada Emma sebelum mengantarnya ke ruang kerjanya.
Carlos membawa Emma ke ruangan divisi pemasaran yang berada di lantai 5.
"Baiklah semuanya...perkenalkan, wanita yang ada di samping saya ini adalah kepala divisi pemasaran yang baru kalian. Mulai sekarang dia akan menggantikan kepala divisi yang lama," ujar Carlos. Semua karyawan disana mengangguk sembari menikmati ketampanan Carlos. Pria itu merupakan salah satu laki-laki incaran para karyawan wanita yang ada di perusahaan tersebut.
"Baiklah Nona Emma, silahkan perkenalkan dirimu kepada mereka. Saya tinggal dulu, karena sebentar lagi saya harus menemui direktur," ucap Carlos menampilkan senyuman manisnya yang bisa melelehkan hati para wanita.
"Baik Pak, terimakasih," ujar Emma.
****
"Gimana pekerjaannya hari ini?" tanya Stella melihat Emma yang sedang tiduran di sofa masih lengkap dengan pakaian kerjanya. Stella menaruh buah yang ada ditangannya ke atas meja lalu duduk bersandar di sofa.
"Huhh..." Emma mengubah posisinya duduk bersandar di sofa. Ia mengambil sepotong buah yang ada di meja.
"Hari ini pekerjaan ku cukup banyak, 2 hari lagi ada rapat dengan direksi perusahaan membahas kinerja dan program setiap divisi, mana aku masih baru lagi. Apalagi sebelumnya aku kerja di bagian keuangan," ujar Emma mengunyah semangkanya.
"Aku yakin kamu pasti bisa. Semangat dong......" Ujar Stella mencubit kedua pipi Emma dengan gemas.
"Stell...rumah kita kok bau gosong, kamu menciumnya tidak," pungkas Emma semakin menajamkan indera penciumannya.
"Astaga......Emma cake ku," pekik Stella panik berlari menuju dapur. Ia sampai lupa bahwa dirinya sedang memanggang cake di oven. Satu harian di rumah, Stella mencoba belajar memasak untuk menghilangkan rasa bosannya.
Stella mengeluarkan cake buatannya dari oven dan terkejut melihat cake miliknya yang sudah gosong. Bahkan tidak ada bagian yang bisa dimakan.
"Aishhh.....aku gagal lagi" gumam Stella kesak. Tiga kali sudah ia membuat cake namun tetap gagal.
"Tumben kamu buat ginian Stell," tanya Emma menepuk bahu Stella.
"Aku bosan dirumah, jadi Aku belajar memasak," ujar Stella dengan wajah masamnya.
"Ah iya, aku lupa...aku tadi membuat spaghetti. Kamu mau mencobanya tidak?" tawar Stella.
"Oke..." balas Emma. Stella lalu memberikan spaghetti buatannya untuk dicicipi oleh Emma. Sebenarnya dirinya tidak yakin dengan masakannya. Maklumlah, Ia tidak pintar memasak seperti Emma. Bahkan ini kali pertama dirinya memasak.