Keyz tanpa sengaja menelan Kristal Kehidupan milik Gabrielle dan Lucifer sehingga dia memiliki dua kekuatan dahsyat pada dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ady Irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cursed. 2
“Ada apa ini?” tanyaku kepada Eru saat situasi sudah sedikit tenang.
“Ada saksi lain.” Jawabnya.
“Maksudnya?”
“Ada orang lain yang di serang oleh Tecacha ketika dia sedang kesurupan.” Eru menghela nafas. “Nona Tiffa sekarang mencari cara untuk menyelamatkan Tecacha. Tapi, dia sekarang di bebas tugaskan.”
“Aku ada ide.” Tante Tiffa muncul di belakang kami. Dia sudah tidak memakai baju zirah kebanggaannya. Hanya memakai gaun biasa. Kesan angkernya jadi hilang.
“Ide?” tanya Eru.
“Benar. Kalian mau mendengarkan?”
Nex
Dia membuat skenario pelarian palsu Tecacha. Tecacha di kabarkan melarikan diri entah kemana. Dan Tiffa melakukan pengejaran untuk memulihkan nama baiknya.
Caranya?
Tecacha bisa melakukan sihir ‘Synthetic’ dan ‘Transform’ seperti Tania. Dia merubah dirinya menjadi sebuah aksesoris berupa sayap. Dan Eru akan memakainya.
Lalu, Eru berpura-pura mengejar Tecacha kesana-kemari, padahal dia sedang melindungi Tecacha.
Kami semua setuju. Dan di malam eksekusi. Tecacha dan yang lain melakukan aksinya.
Nex
Sehari setelahnya. Ada quest dari Pino dan Tiffa. Isinya, mencari dan memburu keberadaan Tecacha.
Yang mengambil quest tersebut adalah Eru. Dan Tiffa sendiri.
Dan perburuan fiktif pun di mulai.
Nex
Seminggu kemudian...
“Keyz. Eru dan Tiffa masih belum ada kabarnya.” Dewi Pino memanggilku ke tempat yang biasanya. “Ada kabar kalau Tiffa terluka saat melawan Tecacha.”
“Tiffa melawan Tecacha?” aku bertanya.
“Ya. Kabarnya, Tecacha terlihat di gua kutukan yang ada di sebelah utaranya gunung Merapi. Dia menculik anak kecil, dan....”
“Dan?”
“Dia melakukan ritual dengan mengorbankan anak kecil. Keyz, mau kah kamu memeriksa tempat itu?”
Nex
‘Di tanah terbakar, ada jalan ke Utara. Lewatlah sana, di sana akan ada Padang rumput. Dan di tengah-tengah Padang rumput, akan ada sebuah gua yang tersembunyi.
Berhati-hatilah, walaupun monster disana terlihat lucu. Tapi, mereka sangat pemarah.’
Seperti itulah kata-kata Pinokio tadi... Setelah itu, aku membuka portal menuju tanah terbakar, menuju arah yang dia maksud.
Ok, aku sampai di Padang rumput ini. Tapi.... Luas buanget anjir!!!
Tapi, sepertinya ini tempat cocok untuk dibuat latihan terbang dan mendarat.
Eemm. Terbang bisah sih, mendaratnya itu lho... Nyungsep mulu. -_-‘
Berputar-putar di angkasa luas.. mengepakkan sayap.. di terpa angin sejuk... Tempat ini sangat damai... Benarkah ada orang jahat yang mengorbankan anak kecil di sekitar sini?
Tecacha? Mana mungkin, dia sekarang sedang menjadi sayapnya Eru kan? Pasti ada orang lain yang memakai nama Tecacha. Untuk apa? Tujuannya apa? I don't know guys..
Menjelang petang. Cahaya matahari meninggalkan cakrawala dunia. Meninggalkan bekas sinarnya di atas langit. Langit yang biru, sekarang seolah terbakar oleh api. Begitu aneh dan terasa sangat tidak nyata.
Sang mentari, telah bersembunyi di....
Apaan tuh? Gunung? Tidak... Gunung tidak setinggi itu!! Dari ujung ke ujung, terlihat datar, terlihat rata. Tebing? Setinggi itu? Tambah tidak mungkin!!!
Aku terbang secepat mungkin ke arah barat. Menuju pemandangan aneh itu... Devil’s Steb’s ratusan kali sambil terbang. Sehingga dalam hitungan menit. Aku sudah berada di ujung Padang rumput.
Sekarang aku berdiri di atas sebuah bukit. Di bawah sana tidak terlihat apapun kecuali awan hitam yang menutupi dasar lembah. Seolah aku sekarang berdiri di ujung dunia.
Sedangkan tebing tinggi yang terlihat dari kejauhan tadi. Kini semakin terlihat sangat jelas... Itu tidak seperti terlihat sebagai gunung maupun bukit. Itu terlihat seperti dinding.
Dekat kah itu?
Tidak. Sangat jauh. Tapi, begitu terlihat begitu tinggi, sampai menembus ‘langit’?
Lembah di bawahku begitu dalam dan sangat lebar. Tidak terlihat ujungnya. Seolah tanpa batas.
Nex
Hari sudah mulai gelap. Dinding tadi sudah hilang di telan sang kegelapan malam.
Ribuan bintang di langit muncul menggantikan sang mentari. Hari ini, bulan Cuma muncul yang berwarna biru. Cahaya semakin membuat suasana menjadi tidak nyata.
Padang rumput kini terlihat semakin cantik dengan ribuan cahaya dari tanaman-tanaman aneh yang tumbuh di sela-sela bebatuan.
Aku mengambil salah satu bunga bercahaya di dekatku. Saat aku petik, bunga itu langsung memuai menjadi butiran debu bercahaya dan terbang terbawa angin malam.
Bunga itu menyisakan sebutir biji. Oh, seperti ini kah Alice dan Suki mencari tanaman-tanaman aneh yang mereka tanam di pulau itu?
Nanggung lah. Aku mengambil biji bunga itu sebanyak-banyaknya.
Nex
Tanpa terasa. Aku berjalan sambil mengumpulkan biji-biji dari bunga bercahaya itu sampai ke tengah-tengah Padang rumput.
Kali ini. Ada lagi pemandangan yang sangat aneh.
Ada cahaya bersinar dari balik sela-sela bebatuan. Cahaya itu berwarna hijau kekuningan. Itu...
Jalan menuju gua!!
Akhirnya ketemu!!
Nex
Baru masuk saja, gua itu sudah terlihat begitu indah. Stalaktit dan stalakmit menyambut ku dengan warna-warna yang tiada Tara.
Warna hijau kekuningan mendominasi nya.
Batu-batu kapur pun tak kalah indahnya. Dan tetesan air menggema di gua bagaikan nada musik yang dimainkan.
Benar, seperti kata Pino. Monster disini sangat lucu. Berupa kelinci tapi dia berjalan. Tidak melompat layaknya kelinci pada umumnya. Dia bernama Bunny Bun.
Aku tidak tega untuk memburu mereka.
Masuk lebih dalam lagi. Disini ada Nemico juga, tapi lebih kecil, dan lebih berisik. Mereka tidak menyerang. Jadi aku skip juga.
Dan di lantai bawahnya lagi. Disini pemandangan jauh lebih hebat ketimbang di dua lantai atasnya.
Batu-batu permata berwarna hijau bersinar bagaikan di negri dongeng. Air sejernih kristal mengalir di antaranya. Aku mengambil beberapa buah kristal yang kebetulan terlepas dari tempatnya.
Jalanan semakin menurun. Di sinilah ada tanda-tanda seorang tinggal. Ada bekas-bekas api unggun, dan kain-kain robek di sana-sini.
Ada beberapa senjata yang sudah karatan. Dan juga.....
Tulang belulang manusia... Punya anak-anak!!! Dari kelihatannya, itu tidak Cuma satu anak saja. Tapi puluhan!!
Darahku kembali berdesir seperti saat aku mendengar omongan para bandit sebelumnya.
Kenapa ada orang setega itu membunuh anak-anak tidak berdosa?
Gila... Mereka gila!!!
Ada lubang gua lagi di ujung jalan sana. Tapi, aku harus melewati jalan yang bisa di sebut sebagai jembatan.
Kenapa?
Karena di kedua sisinya adalah jurang!!!
Ayolah, seterang apapun di dalam gua. Itu hanya bagaikan temaram saja.
Jadi... Dasar jurang itu sama sekali tidak terlihat.
Setelah menyebrangi jalan yang bisa di sebut sebagai jembatan itu, kini aku sembunyi di balik mulut gua. Karena, dari luar, aku mendengar suara seseorang yang sedang melantunkan nada.
Aku mengintip...
Dan yang aku lihat sekarang adalah. Ruangan besar, dengan latar belakang air terjun besar. Namun, anehnya aku sama sekali tidak mendengar deru air terjun itu.
Dan di tengah-tengah ruangan itu, ada sosok wanita berkerudung hitam sedang menari-nari di tengah-tengah lingkaran sihir.
Rambutnya merah!! Tecacha?
Benarkah dia Tecacha?
Nex
Bukan... Dia bukan Tecacha!!!
“Keyz?”
“Monyong!!” duh bikin kaget saja! Eru tiba-tiba muncul dan berbisik di telingaku. “Kau!!! Uugh. Kenapa kau disini?” dia tidak sendirian, ada Tante girang juga!!! Dia menatapku dengan..... Ah, lupakan...
“Kami memeriksa sesuatu. Ada penyihir....”
“Siiihhht.. diem...” aku menyuruh dia diam karena mendengar kata-kata yang di ucapkan oleh penyihir wanita merah itu.
“Wahai roh suci. Dengan semua yang kumiliki ini. Keluarlah!!! Dengarkan permintaanku.. keluarlah!!!” itu kata-kata yang terdengar oleh telingaku. Suara wanita itu bergetar. Seolah-seolah sedang menangis, tapi nadanya penuh kesedihan.
“Wahai pemilik dunia kematian...” lanjut wanita itu. “Bebaskanlah dia!! Kembalikan lah Dia ke dunia ini?!”
Tak lama kemudian, dari tengah-tengah lingkaran sihir itu muncullah seseorang? Badannya transparan... Dia memiliki dua sayap hitam. Berambut merah.. memakai baju zirah warna hitam... Dia
Satan!!
Tubuhku tiba-tiba bergerak sendiri, dan langsung menerjang sosok itu. “Fire Slash!!”
Satan terbakar dengan hebatnya. Dia melolong panjang, suaranya bergema di seluruh gua.
“Tidaakkk!!!” teriak penyihir wanita merah itu. “Apa yang kamu lakukan???? Suamiku!!!!! Suamiku!!!!”
Sosok yang aku kira tadi adalah Satan. Ternyata bukan. Dia hanya pria berambut merah. Memakai baju hitam longgar. Bajunya berkibar, sehingga aku menyangka nya sebagai sayap.
“Tiidaaakkkk!!!! Tidddaaaakkkk!!! Suamiku!!!! Ooh tidddaaaakkkk!!!” wanita itu menoleh ke arahku. Matanya nanar, penuh amarah. “Aku sudah janji kepada anakku untuk membawa ayahnya kembali!!! Dia... Dia!!!”
Wanita itu menerjang ke arahku. Memukul dadaku sekuat tenaga. Tapi, tidak sakit... Dia hanya wanita lemah. “Anakku rindu dengan ayahnya. Dia bahkan belum pernah melihat ayahnya semenjak dia lahir. Ini ritual ku yang kesekian kalinya dan berhasil. Tapi kamu!!! Kamu!! Kamu merusaknya!!!”
“Kamu mengorbankan banyak anak kecil...” kata-kata ku terpotong oleh kehadiran sosok anak kecil. Dia perempuan berambut merah juga. Wajahnya.... Mirip Tiffany...
“Siapa bilang aku mengorbankan anak kecil? Siapa?”
“Aku lihat di luar banyak sekali tulang-belulang anak-anak....”
“Bodoh!!! Itu tulang belulang goblin!!!” jawab wanita merah itu.
“Mustahil. Karena biasanya kalau mereka mati mereka langsung lenyap begitu saja.”
“Mereka tumbal ku. Jadi, itu menjadi pengecualian!!” wanita itu terus saja memukul dadaku. “Sialan!!! Kamu siapa?? Kamu siapa?? Kamu harus bertanggung jawab!!!”
“Mama?” gadis kecil itu menghampiri kami. “Kenapa mama menangis?”
Si mama berpaling ke arah anak kecil itu. “Tidak apa-apa sayang. Mama baik-baik saja. Mama Cuma....”
“Papa?” kata anak kecil itu saat melihatku.
“Ehh?? Lha? Bu... Bukaan..”
“Papa...?? Kamu papa aku?” mata anak kecil itu berbinar-binar penuh kebahagiaan.
“A.. aku...” aku tidak bisa menemukan jawaban apa yang harus aku keluarkan.
Saat itulah. Wanita Merah itu memelukku dan... Mencium bibirku... Lama... Sangat lama... Lalu. “Benar... Ini papa kamu sayang.”
“e... EHH??” Eru dan Tante girang muncul dan berteriak sekeras-kerasnya....
“Kamu harus bertanggung jawab...” bisik wanita merah itu. “Panggil aku sayang juga!! Cepat!!”
“Papa?”
Waahhhhhh!!!! Sialan!!!! Kenapa sih aku ini? Kenapa tidak aku pastikan dulu keadaannya!????
“Sayang..” wanita itu berkata lagi. “Itu anak kita. Dia bernama ‘Nana.’ Dia merindukan kamu. Peluk dia sayang.”
“Wahh.. papa pulang!!!” Nana berlari dan memeluk kakiku. Dia setinggi pinggangku. Dia berusia sekitar lima tahunan. “Papaa.. Nana kangen papa...” lalu, dia menangis cukup kencang.
Aku yang dari tadi tidak bisa berpikir. Tiba-tiba saja bergerak sendiri, dan meraih anak kecil itu memeluknya, dan menggendongnya. Wanita merah pun ikut menempel pada diriku.
Jadi.. dari jauh, kami terlihat seperti keluarga kecil yang berbahagia...
Oh, inikah kutukan?
TT.TT
Why is this all happening to me? Mak.. help me... T.T