Nuka, siswa ceria yang selalu memperhatikan Aile, gadis pendiam yang mencintai hujan. Setiap kali hujan turun, Nuka menawarkan payungnya, berharap bisa melindungi Aile dari dinginnya rintik air. Suatu hari, di bawah payung itu, Aile akhirnya berbagi kenangan masa lalunya yang penuh luka, dan hujan pun menjadi awal kedekatan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dina Aolia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teror di gudang sekolah
Rafa semakin berani mendekati Aile. Di berbagai kesempatan, dia mencari celah untuk memulai percakapan, menebar pesona yang dianggapnya ampuh untuk menaklukkan hati siapa saja. Tapi Aile bukanlah gadis yang mudah terpengaruh. Tiap kali Rafa mencoba merayunya, Aile hanya menanggapinya dengan sikap dingin, seakan dia tak lebih dari angin lalu.
Hari itu, Aile sedang duduk sendirian di perpustakaan, menyiapkan materi untuk olimpiade. Rafa sengaja menyusul, pura-pura ikut sibuk mencari buku, meski tatapan matanya jelas-jelas hanya tertuju pada Aile. Dia mendekat, mencondongkan tubuhnya ke arah meja Aile.
“Kamu nggak capek belajar terus?” Rafa mulai bicara dengan nada lembut, tetapi senyum di wajahnya penuh maksud tersembunyi.
Aile mendongak sebentar, matanya menatap dingin sebelum kembali fokus pada buku di hadapannya. “Kalau nggak ada urusan, jangan ganggu aku, Rafa.”
Jawaban singkat itu cukup membuat Rafa kesal. Selama ini, tak ada gadis yang berani menolak dirinya sekeras itu. Kebanyakan malah senang jika diberi perhatian. Tapi Aile berbeda, dan perbedaan itulah yang membuat Rafa semakin terobsesi.
"Kenapa sih selalu jutek gitu sama gue? Apa salahnya sih sekali-kali kita ngobrol santai?"
Aile tetap diam, tak menggubris. Kesabarannya pada Rafa sudah habis. Ia tahu tipe cowok seperti Rafa, selalu merasa berhak mendapatkan apa yang diinginkannya. Tapi kali ini, Rafa takkan mendapatkan apa-apa.
**
Setelah jam sekolah selesai, suasana mulai sepi. Aile masih punya les tambahan untuk persiapan olimpiade, jadi dia memilih tinggal di sekolah sementara Nuka pulang lebih dulu karena ada urusan keluarga. Rafa, yang sejak awal memperhatikan gerak-gerik Aile, diam-diam menunggu kesempatan itu.
Ketika Aile selesai les dan menuju kelas untuk mengambil bukunya, Rafa muncul dari balik koridor yang gelap. Ia menunggu hingga Aile masuk ke kelas, lalu dengan langkah cepat dan pasti, Rafa mengikutinya. Tanpa disadari, Rafa mengarahkannya ke sebuah gudang kosong di dekat kelas itu—tempat yang sepi dan jarang dilewati orang setelah jam sekolah usai.
"Aile!" panggil Rafa tiba-tiba, membuat Aile berhenti dan berbalik dengan wajah datar.
“Apa lagi sekarang?” Aile mengerutkan keningnya, mulai merasa tak nyaman.
Senyum miring muncul di bibir Rafa. "Gue udah capek lo nolak terus."
Aile menghela napas, lalu berbalik hendak pergi. Tapi Rafa dengan cepat menghadangnya, memojokkan Aile ke dinding. "Mau ke mana? Gue belum selesai."
Aile mencoba mendorong Rafa, tetapi tenaga cowok itu jauh lebih kuat. "Jangan sentuh aku, Rafa!" Aile menghardik, matanya menyala penuh kemarahan.
Namun Rafa tidak peduli. Dengan kasar, dia mendorong tubuh Aile ke sudut ruangan, memaksa gadis itu tak bisa bergerak. "Gue nggak peduli lo suka gue atau nggak. Gue mau lo sekarang!" Rafa menekan tubuh Aile, satu tangannya mulai menarik kerah baju seragam gadis itu, membuka dua kancingnya.
Aile meronta, mencoba melawan, tetapi sia-sia. Rafa terlalu kuat. "Lepasin gue!" Aile menjerit, suaranya mulai bergetar antara marah dan takut.
Rafa hanya terkekeh. "Lo pikir bisa kabur? Lo udah kelewatan sok suci!"
Aile mencoba menendang kaki Rafa, tapi tenaganya kalah. Air mata mulai menggenang di sudut matanya, rasa takut dan putus asa menjalar di seluruh tubuhnya. Namun di dalam hati, ia terus berjuang, berusaha mencari cara untuk lepas dari situasi ini.