Arabella adalah gadis yang selalu mendapat julukan gadis apatis, gadis batu, gadis sombong, gadis angkuh dan masih banyak lagi julukan yang melekat padanya karena sikapnya yang antipati, dingin dan acuh tak acuh pada apapun disekitarnya.
Karena sikapnya itu membuat orang-orang di sekitarnya menjauh dan membencinya bahkan banyak yang mencacinya. Hal itu pula yang membuat seorang Elang Bahuwirya sangat membencinya.
Lalu apa jadinya jika Bella menjadikan sikapnya itu hanya sebagai topeng belaka. Topeng yang ia gunakan untuk menutupi segala luka di hatinya.
Dan bagaimana permainan takdir akan membawa Elang yang sangat membenci Bella malah saling terikat sebuah benang merah karena jebakan dari Bella.
"Walau di dunia ini hanya tersisa satu wanita, aku tetap tidak sudi mencintai gadis angkuh dan sombong sepertimu!!" ~Elang~
"Aku juga tidak mengharapkan itu!!" ~Arab
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25
"Hay!!"
"Kau yang mengundang dia kemari?" Tanya Elang setelah melihat kemunculan Rayan.
"Memangnya kenapa?" Bella mengedikkan bahunya acuh.
"Hay bro!!" Wah asik nih kayaknya. Makan malam di temani kekasih hatinya" Ucap Rayan yang baru saja datang. Seperti sengaja memancing keributan.
"B*cot lo!! Ngapain ke sini malam-malam?" Tanya Elang sinis.
"Soalnya ada yang nawarin gue makan malam dengan masakannya sendiri. Masa gue tolak sih, dia kan udah capek masakin buat gue. Iya kan Bell?"
"Tentu!!" Jawab Bella dengan seulas senyumnya yang manis.
"Kita makan di sana aja yuk Yan??" Bella menunjuk taman belakang rumah dengan dagunya karena ke dua tangannya ia gunakan untuk membawa dua piring yang sudah terisi nasi dan lauk pauk.
"Terserah mau dimana, yang penting sama kamu!!" Bella tak menggubris gombalan Rayan itu.
"Apa benar Bella yang masak?" Batin Elang bertanya-tanya.
"Mereka dekat banget ya Lang?" Marisa dan Elang memperhatikan Bella dan Rayan yang saling melempar tawa.
"Hemm, sepertinya!!" Gumam Elang.
Elang terus saja mencuri pandang ke arah Bella. Ditangkapnya dua orang di luar sana yang sedang menikmati makan malamnya.
"Resto kamu udah siap kan Bell? Kapan mulai buka?" Tanya Rayan sambil menikmati makan malamnya.
"Tiga hari lagi!!"
"Aku boleh datang kan?"
"Ya jelas boleh lah Yan, semua temen kamu juga boleh datang kok" Acara pembukaan restoran milik Bea memang di buka untuk umum, jadi siapapun boleh datang ke sana.
"Tapi aku maunya sama kamu!!" Jawaban serius dari Rayan hanya di anggap guyonan oleh Bella.
"Kan kita bisa ketemu di sana" Bella menyuap satu sendok terakhir makanannya. Milik Rayan juga sudah ludes tak tersisa sedari tadi.
"Iya deh, aku tinggu kamu di sana aja ya? Btw masakan kamu enak banget Bell. Kapan-kapan mau dong makan masakan kamu lagi.
"Makasih pujiannya. Setelah ini kamu bisa kok makan masakan kaya gini, tinggal datang ke resto aja. Kan sama" Bella cekikikan melihat reaksi Rayan yang seperti tidak terima dengan ucapannya.
"Ya kan beda yang masak Bella cantik. Ampun dah!!" Rayan gemas dengan tingkah Bella. Bila yang lain melihat Bella dengan tatapan benci justru Rayan sebaliknya, dia tidak pernah melihat Bella seperti apa yang orang katakan. Bella di hadapannya adalah Bella yang baik hati dan mudah tersenyum.
"Bella aku pulang dulu ya, aku titip Elang" Suara tak tau diri Marisa mengganggu ketenangan Bella dan Rayan.
"Titip? Nggak salah lo Ca? Bella kan istrinya ya sudah kewajibannya lah menjaga suaminya. Termasuk dari mantan pacar nggak bisa move on kaya lo!!" Sindir Rayan.
"Maaf kalau aku salah ngomong" Marisa menundukkan kepalanya.
"Apaan sih Yan, nggak usah kasar gitu sama Marisa. Lebih baik lo pulang sono, udah malem nggak baik ngapeli istri orang!!" Balasan Elang membuat Rayan ingin memukul hidup mancung itu jika di hadapannya saat ini tidak ada Bella.
"Ya udah aku pulang dulu Bell, makasih ya makan malamnya. Masakan kamu enak banget" Rayan memberikan dua jempolnya untuk Bella.
"Iya sama-sama. Kamu hati-hati ya!!" Ucap Bella.
Rayan meninggalkan taman belakang tanpa di antar Bella ke depan. Bella terlalu malas karena Elang juga akan mengantar Marisa ke depan. Bella lebih memilih masuk ke kamarnya dan bersiap untuk tidur.
-
-
-
Elang masuk kembali ke dalam rumah ia sudah tak melihat Bella di tempat yang tadi lagi.
"Bi!!"
"Bi Wati!!" Panggil Elang.
"Iya den?" Bi Wati mendekat dari kamar belakang.
"Bi, apa benar tadi yang masak semua itu Bella?" Elang melirik masakan yang masih tersisa sedikit.
"I iya Den" Bi Wati menunduk takut.
"Kenapa nggak bilang?" Elang melebarkan matanya.
"Bibi tadi sudah mau bilang tapi Non Bella yang melarang Den" Ucap Bi Wati ketakutan.
Elang melirik ke meja makan, di sana juga masih ada sisa makanan dari Marisa. Mata milik Elang menajam ketika melihat sesuatu di kantong plastik yang sedikit terbuka. Elang mengambilnya lalu melihatnya sekejap. Tangan yang berotot di bagian punggung tangannya itu meremas kertas uang ia baca lalu melemparnya ke tempat sampah.
"Kau bohong Marisa. Bahkan aku sudah menyakiti Bella hanya demi makanan yang kau bawa!!" Umpat Elang di dalam hatinya.
Ternyata kertas yang di temukan Elang adalah kertas catatan pembelian makanan yang di bawa Marisa. Mungkin gadis itu lupa membuangnya hingga ditemukan Elang.
"Di mana Bella sekarang Bi?" Bi Wati masih menunduk karena tak berani melihat wajah Elang yang menakutkan.
"Sepertinya sudah naik ke kamar Den" Kaki Elang membawanya ke atas menyusul Bella.
Tepat saat Elang membuka pintu kamar, Bella juga keluar dari kamar mandi. Bella hanya melirik Elang malas.
"Kakimu sudah sembuh?" Elang melihat Bella sudah berjalan dengan normal lagi setelah satu minggu mereka tidak bertemu.
"Kau tidak punya mata?" Jawab Bella dengan ketus. Untuk apa Elang menanyakan itu jika dia sudah bisa melihatnya sendiri.
"Ayolah Bella!! Aku tanya baik-baik, apa selamanya kau akan seperti ini?" Elang sudah malas sebenarnya selalu berdebat dengan Bella. Perseteruan mereka seperti tiada akhir.
"Bukankah kau yang mau?" Sinis Bella.
Elang bungkam tak bisa menjawab pertanyaan balik dari Bella.
Dreettt Drettt..
Bella melirik ponselnya yang bergetar. Ia memilih pergi ke balkon untuk mengangkat panggilan dari seseorang bernama D di ponselnya.
"Halo?" Bella menahan suaranya agar tidak terlalu keras.
"Aku sudah menemukan target. Aku akan membawamu menemuinya besok. Jadi bersiaplah, tujuan kita akan segera tercapai!!"
Suara seorang laki-laki yang sudah sering Bella dengar memberikan kabar bahagia itu hingga membuat Bella berkaca-kaca.
"Benarkah, aku senang sekali!!" Bella membekap mulutnya untuk mengurangi suaranya yang lepas kendali karena terlalu senang.
"Baiklah besok pagi aku akan menghubungimu lagi!!"
"Iya, tapi jangan hubungi aku lagi saat ini. Aku sedang tidak di rumah!!" Bisik Bella.
"Baiklah!!"
Tut...
Panggilan sudah di akhiri oleh si penelepon. Bella mencoba untuk menetralkan perasaannya. Mengontrol mimik wajahnya agar kembali datar seperti biasanya. Karena saat ini bibirnya susah sekali di kendalikan, bibir itu berulang kali melengkung membentuk senyuman.
Bella tidak menyadari jika segala gerak-geriknya tak luput dari perhatian Elang. Melihat sikap Bella yang seolah tak ingin Elang mendengar percakapannya tentu saja membuat Elang semakin curiga. Elang tak melepaskan pandangannya Mulai dari Bella mengangkat telepon hingga terlihat kegirangan sendiri. Sayangnya telinga milik Elang tak setajam matanya, jadi ia tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. Yang lewat di telinga Elang hanya si penelepon itu bersuara laki-laki.
"Apa yang membuatmu sebahagia itu Ara?"
-
-
-
-
-
-
Happy reading, jangan lupa tinggal kan jejak mu ya😘