Namira Syahra kembali dipertemukan dengan anak yang 6 tahun lalu dia serahkan pada pria yang sudah membayarnya untuk memberikan nya seorang keturunan karena istrinya dinyatakan mandul.
Karena keterbatasan ekonomi dan dililit begitu banyak hutang,akhirnya Namira pun menerima tawaran dari seorang pengusaha sukses bernama Abraham Adhijaya untuk mengandung anaknya.
Dan setelah 6 tahun berlalu,Namira kembali bertemu dengan Darren.Putra yang 6 tahun lalu dia lahirkan lalu dia serahkan kepada ayah kandungnya.
Namira kembali dipertemukan dengan putranya dalam keadaan yang tidak baik baik saja.Darren mengalami siksaan secara verbal dan non verbal oleh wanita yang selama ini dianggap ibu oleh anak itu.
Akankah Namira diam saja dan membiarkan putranya menerima semua siksaan dari ibu sambung nya??
Atau,akankah Namira kembali memperjuangkan agar anaknya kembali kedalam pelukkan nya??
Yukkk simak kisahnya disini...
🌸.Jadwal up :
🌸.Selasa
🌸.Kamis
🌸.Sabtu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Triyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22.Kepergian Namira
"Tolong siapkan dokumen yang dibutuhkan untuk meresmikan pernikahan ku dengan Namira,"
Ucapan Abra terus saja terngiang ngiang ditelinga Alma saat tidak sengaja mendengar perbincangan Abra dengan Marsel.
Alma sengaja datang kerumah sakit dimana Namira melahirkan setelah mendapat kabar dari orang suruhan nya.
Dan tentu saja hal itu tanpa sepengetahuan Abra.Namun alangkah terkejutnya Alma saat mendengar percakapan Abra dengan sang asisten yang tengah menghirup udara segar disebuah bangku taman rumah sakit sembari menunggu waktu sang bayi bisa dibawa ke ruangan dimana Namira berada saat ini.
Dengan segera Alma pun mendatangi Namira lebih dulu sebelum Abra menemui gadis itu.Alma menggunakan kesempatan saat Abra menunggui putra kecilnya diruangan perawatan bayi.
Dan setelah memastikan Namira sudah pergi dari rumah sakit, Alma pun kembali kerumah nya dan bersikap seolah olah tidak tahu apa apa prihal kepergian Namira.
***
***
Sementara disebuah ruangan rawat inap, Abra menatap nyalang sebuah ranjang yang tadinya tempati oleh Namira kini tempak kosong.
Abra melangkah maju mendekati ranjang saat melihat secarik kertas yang tersimpan diatas bantal yang ada diatas ranjang itu.
Dengan tangan kiri yang terbebas dari apapu Abra mengabil kertas itu dan membaca isi surat yang ditinggalkan oleh Namira untuknya.
Sementara tangan kanan nya menggendong putra kecilnya yang baru saja keluar dari ruangan perawatan bayi.
Niat hati ingin mempertemukan buah hatinya itu dengan sang ibu pupus sudah saat Namira sudah menghilang, bahkan sebelum dirinya memberilan ASI pertama nya pada bayi mungil itu.
Abra meremas kertas putih itu dengan sekuat tenaga saat tahu jika Namira pergi setelah memenuhi janji nya melahirkan anak buat seorang Abraham Adhijaya.
Rahang nya mengeras dengan tangan yang terkepal Abra keluar dari ruangan itu dan bergegas menuju ke ruangan kontrol yang ada dirumah sakit itu.
Dengan menggunakan kekuasaan yang dia miliki, Abra pun akhirnya bisa masuk dan memeriksa kegiatan yang ada diruangan Namira selama dirinya tidak disana.
Abra mengerutkan dahinya saat ada seseorang masuk namun wajahnya terhalang oleh sebuah topi lebar yang orang itu kenakan.
Tidak berapa lama, tampak dua orang keluar dari ruangan itu secara beriringan. Dan yang membuat Abra merasa heran adalah.
Darimana datang nya pria yang saat ini tengah berjalan bersama dengan wanita misterius itu? Perasaan tadi Abra hanya melihat wanita itu sendirian masuk kesana.
Namun saat keluar kenapa menjadi berdua dengan seorang pria bertubuh kecil tapi cukup berisi.
Hingga detik berikutnya, Abra bau menyadari jika orang yang berpakaia laki laki itu mungkin saja Namira.
Namun siapa wanita yang datang itu? Kenapa aneh sekali dengan tingkahnya itu? Benar benar mencurigakan.
Abra pun kembali menghubungi Marsel yang baru saja menapakan kakinya diruangan kerja nya dikantor.
Helaan nafas panjang terlihat dilakukan oleh pria muda itu saat ponselnya kembali berdering dan memunculkan nama sang atasan dilayar ponsel dengan harga yang cukup fantastis itu.
"Halo tuan, apa ada yang bisa saya bantu?"ucapnya sesaat setelah menekan tombol warna hijau.
"Pergi ke alamat dimana Namira dan ibunya tinggal, pastikan mereka tidak pergi dari sana, aku akan segera menyusul kesana."
Tanpa menunggu Marsel menjawab, Abra pun langsung menutup sambungan telpon itu dan lalu bergegas pergi menuju keruangan dokter untuk memastikan apakah bayinya bisa dibawa pulang sekarang atau belum.
Sayang sekali, berhubung sang bayi baru saja dilahirkan dan masih dalam pengawasan dokter anak maka dengan berat hati Abra masih harus menunggu hingga esok hari untuk membawa putranya pulang kerumah.
Abra pun segera menghubungi Mbok Minah, wanita paruh baya yang sudah bekerja dengan nya selama bertahun tahun lamanya untuk meminta bantuan nya menjaga putra nya dirumah sakit.
Sementara dirinya akan mencari keberadaan Namira saat ini.
***
***
"Loh, siapa yang sakit Den?"tanya wanita paruh baya itu sesaat setelah tiba dirumah sakit.
"Tidak ada yang sakit Mbok, hanya saja, tolong jaga putraku sebentar aku ada urusann diluar dan tidak bisa membawanya,"jawab Abra yang membuat Mbok Minah tercengang.
Pasalnya, hampir setiap hari dirinya bertemu dan bersama dengan istri dari majikan nya itu, dan wanita yang berprofesi sebagai model itu tidak pernah terlihat hamil.
Lalu sekarang dirinya disuruh menjaga bayi, bayi siapa? Anak siapa? Batin Mbok Minah bertanya tanya.
"Nanti setelah urusan ku selesai aku akan menjelaskan semuanya sama Mbok. Karena mau tidak mau, Mbok harus tahu tentang putraku, karena mungkin setelah ini Mbok yang akan membantu merawat dan menjaganya,"jawab Abra saat melihat raut wajah Mbok Minah yang penuh dengan tanya.
"Baik Den, pergilah. Urusan Den muda biar si Mbok yang urus. Aden masih percayakan sama si Mbok?"
"Tentu Mbok, itulah kenapa aku memanggil Mbok kemari untuk menjaganya,"
"Baiklah kalau begitu aku pergi dulu MBok. Tolong titip dulu putraku, setelah urusanku selesai aku akan segera kemari lagi,"
"Baik Den, tenanglah. Aden muda aman bersama si Mbok,"
Abra pun langsung menuju ke alamat dimana rumah Namira dan sang ibunya tinggal selama ini.
Berharap jika ibu dari putranya itu masih ada disana untuk meluruskan semuanya.