Allea Hizka Zirah. Wanita polos nan lugu, telah bersepakat dengan pacar nya akan melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius lagi. Segala sesuatu yang di butuhkan untuk melangsungkan acara sudah beres, hanya tinggal menunggu hari dan tanggal yang di tentukan.
Namun tak di sangka, mempelai pria tidak menghadiri acara pernikahan yang akan di langsungkan. Sontak hal itu mengundang riuh di acara yang di gelar dengan besar-besaran. Begitu juga dengan keluarga wanita yang menanggung malu.
Apa yang menjadi penyebab mempelai pria tidak hadir? Apakah adanya selisih paham? Apakah setelah kejadian yang menimpah Allea akan menimbulkan trauma yang mendalam? Atau malah sebaliknya?
Mari kita ikuti keseruan cerita ini yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keycapp, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BOCIL CILIK.
Mungkin sudah waktu nya Allea akan pulang ke rumah, ia sudah merindukan anak jagoan nya. Sudah beberapa kali melakukan panggilan, namun tak kunjung di jawab oleh bocil cilik itu. Mampu membuat Allea terlihat gusar, karna memikirkan bocil nya. Walaupun sudah menanyakan kepada para pekerja di rumah nya, namun ia belum sepenuhnya puas karna belum berbicara secara langsung kepada anak nya.
" Ju. Apa hari ini ada meeting?" Tanya Allea ketika mereka sudah berada di perjalanan, kini hanya mereka berdua saja yang pulang. Karna anak buah nya, langsung pulang setelah urusan mereka selesai tadi malam.
" Ada. Kenapa Le?" Jawab Ju, kembali melemparkan pertanyaan.
" Kosong kan untuk hari ini, aku ingin menghabiskan waktu dengan jagoan ku. Sepertinya bocil ku sedang ngambek,"
" Baiklah."
" Le." Panggil Ju, setelah Allea sudah terdiam.
" Hm?" Dehem Allea, sebagai jawaban.
" Kamu gak ada niatan mau nikah?" Tanya Ju tiba-tiba, entah kenapa bisa pertanyaan maut seperti itu keluar dari mulut nya begitu saja.
" Belum nemu yang pas juga. Kamu juga Ju kenapa gak nikah-nikah, kasihan kamu tuh ganteng-ganteng tapi gak nikah. Apa spek lu kayak Lisa manoban, atau jennie?" Ucap Allea membalikkan pertanyaan itu kembali, kepada Ju.
" Spek saya melebihi mereka Le. Tapi gak mungkin bisa di dapetin," kekeh Ju, yang seperti nya cinta nya bertepuk sebelah tangan. Ingin memendam perasaan namun ia tak sanggup seperti ini terus, ingin mengungkapkan jantung nya lah yang menjadi lawan nya.
" Siapa tu Ju? Kasih tahu saya, siapa tahu bisa saya bantu. Biar bisa hadir di acara nikahan kamu," balas Allea, ia sedikit kepo dengan kehidupan Ju yang sangat privasi Jika mengenai perempuan. Namun Jika mengenai keluarga, Ju selalu bercerita kepada Allea. Namun jika mengenai seorang perempuan, Ju tidak pernah sama sekali. Paling-paling hanya sekedar seputaran pertanyaan sekilas, tentang cinta bertepuk sebelah tangan.
" Gimana kalau kita satu acara aja Le?" kekeh Ju menanggapi.
" Becanda kamu gak lucu Ju," elak Allea.
" Iya lah. Mana mungkin hal itu terjadi," ucap Ju lagi, membenarkan yang ada di benak nya.
Allea tak lagi menanggapi ucapan Ju, menurutnya hal itu sudah terlalu jauh untuk di lanjutkan.
Tanpa mereka sadari, mereka sudah tiba di gerbang mansion Allea. Allea langsung turun, sementara Ju akan melanjutkan perjalanan nya ke kantor. Sesuai dengan perkataan Allea, ia akan meluangkan waktu seharian untuk bocil kesayangan nya.
Hal yang pertama Allea lakukan adalah membersihkan diri, dan sarapan. Ia berencana akan menjemput Dareen ke sekolah nya, berhubung waktu sudah akan menunjukkan jam pulang. Allea sudah bergegas dari rumah nya, mengemudi sendiri tanpa menggunakan jasa sopir.
.
Setibanya Allea di sana, ia belum melihat anak-anak bubar. Akhirnya ia memilih berdiam diri di mobil sembari menunggu anak nya, ia mencek beberapa berkas yang ada di iPad nya.
Tring.... Tring....
Tanpa menunggu lama, akhirnya bel pulang sudah berbunyi. Allea mematikan iPad nya, keluar dari mobil untuk menyambut anak nya.
Banyak para ibu-ibu dan bapak-bapak, yang bertegur sapa dengan Allea karna banyak yang mengenalinya. Mengingat sekolah ini, khusus untuk orang kalangan atas. Jadi tidak heran jika banyak yang mengenali Allea.
" Dareen sayang!" Ucap Allea dengan melambai-lambai kan tangan nya, setelah ia melihat Darren berjalan dengan seorang guru perempuan muda.
" Bunda!" Balas Darren tak percaya, akan kedatangan bunda nya yang menjemput nya pulang sekolah. Ia langsung menghampiri bunda nya.
Hal yang pertama sekali ia lakukan, setelah ia sudah berhadapan dengan bunda nya adalah menyalim tangan bunda tersayang nya.
" Loh kamu Allea kan? Anak si paling ambisius,pacar Deniro kan?" Tanya perempuan, yang jadi berjalan bersama dengan Darren. Ya, itu adalah guru Darren.
Allea meneliti wajah dari si pemilik suara, ia yakin kalau perempuan ini adalah salah seorang teman satu angkatan. Karna ia mengetahui masa dulu nya.
" Iya bu, saya Allea." Jawab Allea, walaupun ia tak dapat mengenali si pemilik wajah.
" Wah. Sudah lama sekali kita tidak bertemu Allea, kamu makin sukses aja ya. Dengar-dengar kamu udah gak bareng Deniro lagi ya," ucap perempuan itu.
" Iya." Jawab Allea dengan singkat, ia tidak suka jika masa lalu nya di ungkit kembali.
" Saya pamit dulu ya. Kapan-kapan kita bicara lagi," pamit Allea karena tidak suka dengan suasana seperti ini. Mending ia pulang saja.
" Baik lah."
Akhirnya dengan cepat, Allea menuntun Darren ke dalam mobil. Segera meninggalkan kawasan itu.
" Bunda udah lama nyampe?" Tanya Darren membuka suara.
" Gak terlalu sayang. Kenapa kamu gak angkat telfon bunda? Bunda khawatir loh,"
" Dareen gak nyentuh handphone Bun,"
" Lain kali ga boleh gitu, terus gimana kalo bunda kenapa-kenapa. Daren gak bakalan bisa tahu dong keadaan bunda," peringat Allea.
" Maaf bunda."
Memang begitu lah Darren, ketika ia tahu salah. Ia tak segan-segan meminta maaf, jika hal itu benar-benar kesalahan nya.
" Tidak apa-apa sayang," balas Allea sembari mengelus-elus pucuk kepala anak nya.
" Bunda tau gak? Tadi kawan Daren nanya ayah Daren di mana. Daren gak bisa jawab mereka Bun," ucap Daren, mengingat teman nya yang mengejek nya karna tidak memiliki ayah.
Allea terdiam setelah mendengar penuturan anak nya, ini adalah titik terlemah nya ketika berbicara mengenai ayah atau suami nya. Bagi nya sendiri, suami itu tidak terlalu berpengaruh kepada nya. Namun yang ia pikirkan adalah Daren, hal ini lah yang Allea takut kan Jika teman nya mengejek nya karna hal ini.
" Kamu jawab aja om Ju ayah kamu sayang, gak papa kan? Bunda takut kalau kamu di ejek, om Ju juga gak bakalan marah kok nanti," akhirnya membawa-bawa nama Ju lah, yang menjadi sasaran Allea.
" Baik bunda." Jawab Daren mengiyakan, dengan nada lesu. Jujur saja di hatinya ia ingin sekali mengalami yang nama nya peran ayah, namun ia tidak bisa hanya memikirkan perasaan dan keinginan nya saja. Ia harus menjaga perasaan bunda nya, takut bunda nya tersinggung.
" Sudah-sudah. Dari pada bahas hal seperti itu, mending kita habisin waktu satu harian bersama. Bunda traktir Dareen sepuas nya," ucap Allea dengan sumringah, supaya anak nya tak kalah sumringah.
" Emang bunda gak sibuk kerja?" Tanya Daren memastikan, karna tidak biasanya bunda nya memiliki waktu seharian full untuk nya.
" Hari ini bunda kosong. Jadi kita berdua bersenang-senang dulu," jawab Allea.
" Yey!" Balas Darren walaupun di hatinya sebenarnya seperti ada yang mengganjal, namun ia harus menghargai bunda nya yang meluangkan waktu untuk mereka berdua.
...****************...
Halo guys... author mau minta Saran dong, serunya gimana nih Alur kisah Ju dan Allea? Kasih saran nya di komen dong para readers ku tersayang.