Vernatha Aira Lexandra atau yang di panggil Natha, dia terlahir kembali.
Di kehidupan sebelumnya, Natha tidak pernah menyangka bahwa adik perempuannya mengambil suaminya dan mengambil semua yang Natha miliki.
Lalu, suami dan adik perempuannya itu yang selalu Natha percayai, mengkhianatinya. Mereka berhubungan di belakang Natha. Mereka juga bekerjasama untuk merebut warisan orang tua Natha sejak lama.
Natha merasa hidupnya selama 27 tahun di permainkan. Di detik-detik sebelum Natha mati, ia di tuntun mereka ke dalam sebuah jurang curam. Suaminya yang selalu Natha cintai dengan tulus, adiknya yang selalu Natha utamakan dalam segala hal, membunuh Natha dengan mendorongnya jatuh sehingga Natha mati di tempat dengan tubuh hancur.
Di sanalah hidup Natha berakhir dengan menyedihkan.
Natha bersumpah untuk membalas dendam.
Saat kelahirannya kembali, Natha mengubah semua takdirnya. Hal paling utama adalah Natha memilih suami pilihan pertamanya yang akan di jodohkan dengannya. Hanya saja dia mengalami cacat dan vegetatif. Pria itu tidak pernah bangun di kehidupan pertama Natha.
Namun suatu hari..
"Apakah kamu yang merawatku?"
Natha menoleh dan melotot kaget melihatnya bangun.
_______
Note;
• Konflik berputar-putar.
• Anti pelakor (Paling cuma pengganggu).
• Terdapat unsur dewasa 18+
• Bagi yang menderita uwuphobia, harap menjauh dari cerita ini!
• Harap Follow author sebelum membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febbfbrynt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 1
Di sebuah ruangan *VVIP* rumah sakit, terdapat gadis remaja yang tengah mengalami koma. Dahinya di lilit perban. Wajahnya sangat pucat. Tapi, sama sekali tidak mengurangi kecantikannya.
Sinar matahari sore menembus ke arah jendela di ruangan itu. Sehingga menyinari setengah badan gadis itu.
Beberapa menit kemudian, jari-jari yang diam kaku gadis itu tergerak. Bulu mata lentik hitam dan panjangnya bergetar. Kelopak matanya mulai terbuka.
Tangannya yang masih kaku terangkat untuk menutupi matanya yang silau karena sinar matahari.
Gadis di bangsal mencoba bangun untuk duduk. Setelah mengerjap beberapa kali, matanya terbuka sepenuhnya. Netra hitam dingin itu menatap sekeliling dengan pandangan bingung.
Aku belum mati? Kenapa aku ada di rumah sakit?
Natha melihat sekeliling ruangan rumah sakit itu. Lalu, Natha melihat tangannya yang terlihat lebih kecil. Tidak ada luka apapun. Badannya terasa beda dan aneh. Natha merasa, badannya tidak sekecil ini.
Meskipun merasa lemas, Natha tidak memiliki rasa sakit yang menyiksa, seperti saat berada di ruangan sempit yang beberapa tahun ia tempati.
"Kenapa ini?" gumamnya pelan dengan suara yang masih serak.
Natha menyentuh wajahnya sendiri. Sangat halus dan lembut. Tidak ada rasa sakit, tidak merasa ada bekas luka apapun.
Natha yakin, ia seharusnya sudah mati. Meskipun di selamatkan, Natha tidak akan pernah di layani semewah ini. Mereka akan menempatkannya di tempat mengerikan.
Natha melihat sebuah kalender mini di atas nakas. Ada yang aneh?
Natha segera mengambilnya. Melihatnya lebih jelas. Lalu, mata Natha membola tidak percaya.
Ada apa dengan tahun di kalender ini?! Tidak mungkin salah, kan? Seharusnya sekarang tahun 202*!
Natha terdiam. Mencoba mencerna sesuatu.
Tiba-tiba matanya berbinar.
"Apakah aku kembali ke 10 tahun yang lalu?" Natha bergumam bingung, namun juga senang.
Selain kalender, perubahan seluruh badannya menjadi bukti yang jelas. Sekarang, badan itu masih remaja dan lebih mungil. Keyakinan Natha mungkin sekitar 70%.
Oh Tuhan?! Apakah aku kembali ke masa lalu? Apakah do'aku terkabulkan? Natha hampir menjerit kesenangan. Namun, ia tahan untuk memastikan 30% nya.
Natha mencoba menurunkan kakinya menginjak lantai. Ia mencabut infus di tangannya. Natha mencari kaca untuk melihat wajahnya sendiri. Ia berjalan ke kamar mandi.
Setelah melangkahkan kakinya dengan beberapa langkah yang sulit, Natha mencapai pintunya dan masuk. Di sana terdapat kaca yang lumayan besar. Natha merasa senang. Ia langsung menghampiri kaca itu.
Natha melihat dirinya sendiri terperangah. Dengan wajah tercengang, Natha menyentuh wajahnya sendiri.
Gadis di cermin adalah dirinya saat berumur 17 tahun. Natha yang masih polos.
Wajahnya yang seharusnya lebam dengan begitu banyak bekas luka, menjadi mulus. Rambut hitamnya, kecantikannya yang selalu Natha banggakan, kembali dan terlihat jelas di hadapannya.
Natha benar-benar terlahir kembali.
Natha memperkirakan, dia rumah sakit ini karena tabrakan yang di sebabkan Nhita.
Nhita sendiri yang mengemudi. Namun, Natha yang terluka parah.
Nhita menabrak seorang pria yang sangat Nhita sendiri cintai, sehingga pria itu cacat dan koma.
Dan pria itulah yang sekarang menjadi tujuanku, batin Natha dengan tekad di matanya.
Seharusnya, Natha menikah dengan Galen sekitar satu minggu lagi.
Ya, nikah muda. Karena perjodohan dan kesepakatan oleh kakeknya dan kakek Galen.
Dulu, Natha di beri dua pilihan, yaitu antara memilih lelaki cacat untuk menanggung kesalahan Nhita atau lelaki yang hampir sempurna--yang tentunya cinta pertama Natha.
Tentu saja dulu Natha memilih yang kedua. Namun, berakhir dengan penyesalan.
Lalu saat ini, Natha akan lebih memilih dan merawat pria cacat itu. Aku tidak akan pernah sudi lagi mengulangi kesalahan yang sama.
Mengingat mereka di masa lalu, Natha tersenyum miring. "Lihat saja, aku akan membalaskan semua penderitaanku. Aku tidak akan membiarkan kau mengambil milikku lagi. Dan aku tidak akan membiarkan kalian memiliki takdir yang sama di kehidupan ini." Natha tertawa dingin.
Setelah puas berkaca, Natha kembali ke bangsal. Merebahkan kembali badannya yang belum pulih.
Pikiran Natha menerawang merencanakan berbagai rencana untuk pembalasan dan hidup selanjutnya.
Ceklek
Suara pintu terbuka membuyarkan lamunan Natha.
Natha menoleh melihat tiga orang keluarganya. Keluarga palsu.
Ayahnya, ibunya dan adik perempuannya yang sangat baik. Mereka tengah memerankan perannya.
Jika di lihat sekilas, wajah khawatir mereka terlihat tulus. Natha selalu mempercayainya di masa lalu. Padahal jika di amati lebih lama, wajah khawatir mereka adalah kepura-puraan.
Natha menutupi wajah dinginnya menjadi polos.
"Ya Tuhan, Nak! Apakah kamu sudah tidak apa-apa? Apakah masih ada yang sakit?" tanya ibu palsunya dengan wajah khawatir dan mata berkaca-kaca.
Aku terharu sekali.
"Kami sangat mengkhawatirkanmu, Nak. Ayah takut kamu tidak akan bangun."
Oh? kau berharap aku mati?
"Tidak apa-apa, Bu, Ayah. Aku sudah merasa baik," jawab Natha lembut.
Setidaknya, aku berperan mengikuti akting mereka.
Ibu palsu Natha berpura-pura melotot dengan mata terlihat sangat khawatir saat melihat infus yang sudah terlepas dari tangan Natha.
Aku merasa merinding saat melihat matanya seakan-akan keluar
"Natha! Kenapa infusnya di lepas?!" pekik wanita itu dengan cemas.
Ugh, telingaku sakit.
Natha menunduk takut, matanya berkaca-kaca. Ia melirih. "Maaf, Bu. Aku tidak tahu bagaimana membawanya saat ke toilet."
Wanita itu menghela nafas. "Baiklah. Tidak apa-apa. Nanti, Ibu panggilkan Suster untuk memasangkannya lagi."
Natha mengangguk pelan.
"Kakak, hiks. Maafkan aku, hiks Seharusnya aku yang yang berada di posisimu. Aku sangat sedih melihatmu terluka," isak gadis yang sedari tadi diam menatap Natha dengan rasa bersalah.
Natha mengalihkan atensinya kepada gadis itu. Natha mencibir melihatnya menangis seakan tersakiti.
Tentu saja boleh. Apalagi jika lukaku lebih parah, dengan senang hati aku bersedia menerimamu di posisiku sekarang.
"Sudah, Nitha. kamu tidak salah." Natha mengusap bahunya dengan lembut, namun ekspresi Natha terlihat menahan rasa jijik.
Dialog yang Natha ucapkan kepada mereka saat ini adalah ucapannya di masa malu yang tidak Natha ubah. Natha hanya akan mengikuti alurnya dulu, melihat mereka dulu, baru Natha hancurkan pada akhirnya.
Nhita mengangkat kepalanya dan mengangguk mendengar ucapan Natha. Matanya memerah, tangisannya menyedihkan. Jika Natha yang dulu, mungkin Natha akan ikut bersedih. menghiburnya, menenangkannya. Tapi saat ini, Natha merasa keinginan muntah dan sangat jijik melihat wajah polosnya.
Natha tidak kalah memasang wajah yang lebih polos. Ia akan menipu mereka. Ia juga akan berpura-pura lemah, penurut. Seperti dulu.
"Kalau begitu, kamu beristirahat kembali. Kami akan menjengukmu kembali nanti malam. Lalu, Ibu akan membawakanmu makanan," tuturnya lembut.
Natha menahan untuk tidak memutar bola matanya. Jadi ia hanya mengangguk.
"Kakak, cepet sembuh, yah..," ucap Nhita lembut.
Tapi, Natha sudah tahu isi hatinya. Nhita mengutuknya untuk lebih menderita.
Natha tersenyum semanis gula. Mungkin jika di pertahankan lebih lama, semut akan berdatangan mengerumuninya.
Kedua orang tua palsu di depan Natha mengusap pelan rambut Natha bergantian dengan penuh kasih sayang.
Lalu, ketiga orang itu pergi keluar. Natha merasa ruangan terasa segar kembali, setelah kepergian mereka.