Di usianya yang masih muda dia dinyatakan tidak bisa berkultivasi, semua orang menyebutnya sebagai sampah, pecundang. Tapi siapa yang mengira, setelah menjalani hidup di bawah bayang bayang hinaan dan makian selama bertahun-tahun dia akan mendapatkan sebuah berkah.
Menemukan sebuah peninggalan yang mengubah seluruh jalan hidupnya, peninggalan dari sesosok yang kemudian ia anggap sebagai guru.
Selalu berusaha menjadi lebih kuat, demi mempertahankan yang namanya keluarga. Melindungi orang tua dan juga orang terkasihnya.
Ini adalah perjalanan pemuda Klan Zhou, bernama Zhou Fan. Dengan pedang pusaka di punggungnya yang ia temukan di makam kuno, dia mengarungi dunia kultivator. Mulai mengukir namanya sebagai Legenda Petarung.
Pantengin terus kisah perjalanan Zhou Fan menuju puncak, jadilah saksi sebuah legenda tercipta...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sayap perak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Zhou Fan Kembali ke Klan
"Apa kau mau ikut aku kembali ke Klan Zhou." Zhou Fan menawari Wei Guanlin untuk ikut kembali ke Klan Zhou bersama dengan Zhou Fan.
Seharusnya Zhou Fan sekarang telah sampai di kediamannya, tapi karena mendengar teriakan Wei Guanlin pada saat itu Zhou Fan menunda kepulangannya.
Zhou Fan akan kembali besok, ia tidak tega meninggalkan Wei Guanlin yang seorang perempuan sendirian di hutan mati.
Wei Guanlin yang mendengar ajakan Zhou Fan untuk pergi ke Klannya pun terlukis senyum tipis dibibirnya.
"Apa yang sedang kau pikirkan, jangan berpikir aneh aneh, aku tidak mungkin tega untuk meninggalkan seorang perempuan sendirian di hutan mati?" tanya Zhou Fan yang melihat Wei Guanlin tiba tiba tersenyum.
"Memang apa yang aku pikirkan?" tanya Wei Guanlin menggoda Zhou Fan.
"Siapa yang tahu..." Zhou Fan berkata sambil mengangkat kedua bahunya.
"Mungkin saja kau berpikir aku membawamu pulang ke Klan Zhou untuk memperkenalkan dirimu kepada orang tuaku...heheh," ucapnya lagi sambil terkekeh.
"Itukan maumu, aku tidak pernah berpikir untuk menikah denganmu," bantah Wei Guanlin.
"Nahkan... kau berpikir ingin menikah denganku, aku tadi bilang aku ingin 'memperkenalkanmu' dengan orang tuaku, siapa yang bilang ingin menikahimu." Zhou Fan menaik turunkan alisnya.
"Siapa yang..." Wei Guanlin mau membantah ucapan Zhou Fan, tapi ucapannya terpotong oleh ucapan pemuda itu.
Melihat Zhou Fan yang terus berbicara, Wei Guanlin merasa kesal, ia memutuskan untuk keluar mencari ketenangan.
"Sudahlah tidak perlu malu, memang susah berpaling dari ketampananku yang terlalu berlebihan ... sebagai pemuda yang tampan dan juga mapan mungkin aku akan mempertimbangkan untuk menikahimu ... " Zhou Fan mengatakan dengan panjang lebar.
Dia tidak tahu lawan bicaranya sudah tidak berada di tempatnya, karena pada saat Zhou Fan berbicara ia membelakangi Wei Guanlin, jadi dia tidak tau kalau orang yang di ajak bicara sudah meninggalkannya sendirian.
" ... Guanlin?" Zhou Fan mengakhiri ceritanya.
"Eh, kok nggak ada respon sih?" Zhou Fan membatin dengan wajah heran.
Zhou Fan membalikkan badannya, dan ia tidak mendapati Wei Guanlin berada di sekitarnya.
"Heh, sungguh terlalu." Zhou Fan menggeleng, membatin dengan nada dibuat sedih.
Zhou Fan memutuskan untuk segera tidur, ia tidak marah kepada Wei Guanlin, dia hanya sedikit kesal saja, karena telah meninggalkan dirinya saat sedang bercerita.
****
Keesokan harinya....
Seperti biasa Zhou Fan langsung memanggang daging setelah ia terbangun dari tidurnya.
Zhou Fan melihat kearah Wei Guanlin tertidur, Wei Guanlin terlihat masih terlelap.
"Mungkin dia tertidur terlalu malam." Zhou Fan membatin sambil melirik gadis yang masih terlelap.
Zhou Fan kembali meneruskan memanggang daging yang sudah mulai berubah kecoklatan, menandakan bahwa daging itu segera siap di makan.
Zhou Fan menghampiri Wei Guanlin, mencoba untuk membangunkannya supaya memakan daging yang sudah ia panggang.
Sekarang Zhou fan sudah tepat dihadapan Wei Guanlin, ia memperhatikan wajah perempuan itu lekat lekat.
"Cantik...," Tiba tiba kata tersebut keluar tanpa sadar dari mulut Zhou Fan.
Tepat saat Zhou fan mengeluarkan pujian, Wei Guanlin terbangun dari tidurnya.
Wei Guanlin yang mendapati seseorang saat ia terbangun pun secara reflek menyerang.
"Plak..."
Tanpa memberikan pemberitahuan lebih lanjut, tangan Wei Guanlin sudah memberikan ungkapan selamat pagi.
Zhou Fan yang tidak menyadari akan terkena sebuah tamparan pun hanya bisa mengikhlaskan pipinya.
"Panas....," cicit Zhou Fan saat merasakan tamparan selamat pagi dari Wei Guanlin.
"Kenapa kau menamparku." Zhou Fan berkata dengan nada sedih sambil melihat kearah perempuan yang sudah menamparnya.
"Siapa suruh kau sangat dekat denganku saat aku sedang tidur dan juga kau seorang kultivator tingkat petarung master, hanya dengan sebuah tamparan lemah seorang wanita apakah kau sudah kesakitan?" Wei Guanlin terus mencoba membela dirinya, dia tidak mau disalahkan, karena ia tidak bersalah, menurutnya.
"Aku hanya ingin membangunkanmu untuk sarapan, aku sudah memanggang daging untukmu sarapan dan apa yang kudapat... sebuah tamparan." Zhou Fan berkata dengan memegang dadanya, Zhou Fan mencoba mendramatisir keadaan.
"Sudahlah, cepat kau sarapan, kita akan segera melanjutkan perjalanan menujukan Klan Zhou." Zhou Fan mengganti ekspresi wajahnya menjadi serius.
Wei Guanlin yang melihat perubahan Zhou Fan hanya bisa melongo.
"Dia merubah ekspresinya lebih cepat dari pada ia mengedipkan matanya..." Wei Guanlin membatin.
****
Zhou Fan dan Wei Guanlin sekarang sudah sampai di perbatasan hutan mati lapisan terluar, beberapa kilo lagi akan sampai di Desa Permata.
"Apa kau lelah?" tanya Zhou Fan pada Wei Guanlin.
Wei Guanlin tidak menjawab, ia hanya menggelengkan kepala pelan.
Zhou Fan yang melihat perempuan disampingnya itu menggelengkan kepala pun tidak bertanya lebih lanjut lagi, ia hanya melanjutkan perjalanannya.
"Kenapa berhenti, sudah sampai?" Wei Guanlin bertanya pada Zhou Fan.
Zhou Fan tidak menjawab, ia langsung menarik tangan Wei Guanlin untuk memasuki sebuah bangunan.
Wei Guanlin yang melihat tangannya ditarik Zhou Fan pun hanya diam, ia tidak mencoba untuk memberontak sekalipun.
"Kita makan dulu, mungkin kita akan sampai nanti sore di kediaman Klan Zhou." Zhou Fan menjelaskan mengapa ia menariknya kesini.
"Hmm..." Wei Guanlin hanya bergumam sambil menganggukkan kepalanya.
Semua orang yang berada didalam rumah makan itu terus memandang kearah sepasang muda mudi tersebut.
Zhou Fan dan Wei Guanlin menjadi pusat perhatian saat mereka berdua mulai menginjakkan kakinya memasuki rumah makan itu, yang satu tampan seperti dewa dan yang lainnya seperti dewi.
Semua orang yang ada disana membicarakan Zhou Fan dan Wei Guanlin.
"Sungguh pasangan yang serasi," ucap salah satu tamu lelaki paruh baya yang melihat kedatangan mereka berdua.
"Dia sangat tampan," seru salah satu perempuan yang ada disana.
"Iya, sungguh tidak menyesal aku keluar rumah diam diam, bisa melihat keindahan separti ini adalah anugerah." Perempuan lainnya yang membenarkan ucapan perempuan sebelumnya.
"Yang perempuan juga sangat cantik," ucap pria yang semeja dengan kedua perempuan tadi.
Zhou Fan dan Wei Guanlin yang mendengarnya hanya berjalan tanpa memperdulikan ucapan para pengunjung rumah makan itu.
Saat keduanya sudah sampai disalah satu meja, Zhou Fan berkata.
"Kau sungguh beruntung bisa berada di sampingku, kau lihat tadi... semua orang memujiku," ucap Zhou Fan dengan bangganya.
"Terserah kau saja 'tuan muda' yang 'sombong'." Wei Guanlin menekan 2 kata tersebut untuk mencibir Zhou Fan.
"Cih... kau hanya tidak mau mengakuinya di hadapanku bahwa aku mempunyai tingkat ketampanan yang terlalu tinggi, jika kau di belakangku mungkin kau akan seperti mereka," ucap Zhou Fan sambil menunjuk ke arah perempuan tadi.
Wei Guanlin tidak habis pikir dengan pemuda di hadapannya itu, jika sudah mendengar ada yang memujinya ... sedikit saja, jiwa narsisnya pasti meronta ronta.
****
Dan itu pasti putri tuan kota, awalnya aja marah2 tapi cuma modus untuk menutupi rasa malu ngintip cowo mandi ... SIAPA YG CABUL...???