Celsi harus menjalankan misi yang mengharuskannya berhadapan dengan pria berhati iblis—gelap seperti malam dan dingin bak es. Namun, semakin jauh langkahnya, ia terseret dalam pusaran dilema antara sang protagonis yang menarik perhatian dan sang antagonis yang selalu bermain cantik dalam kepalsuan. Terjebak dalam permainan yang berbahaya, Celsi mulai kehilangan kendali atas pilihannya, dan kenyataan semakin buram di tengah kebohongan dan hasrat tersembunyi
#rekomendasi viral
#kamu adalah milikku!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwika Suci Tifani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dilemma
Xaviar nonton video berdurasi satu menit yang bikin amarahnya meledak.
Xaviar mengepalkan kedua tangannya, tatapan matanya membara, siap buat balas dendam.
"Tok..."
"Tok..."
Xaviar ngeliat pintu yang diketuk, terus pintunya kebuka, menunjukkan wajah Celsi dengan senyum manisnya.
"Xaviar, apa kabar?" sapa Celsi, lalu jalan ke kursi yang diduduki Xaviar.
Dalam perjalanan pulang, Celsi inget kejadian di novel yang bakal dia alami hari ini, makanya dia langsung datengin Xaviar tanpa ganti baju setelah ketemu Babang.
"Intinya..." ucap Xaviar setelah Celsi duduk di sebelahnya.
Celsi senyum penuh arti.
"Gue tahu lo tadi habis lihat video kebakaran di gudang senjata lo, kan?" ucap Celsi sambil merangkul Xaviar dan mendekat.
Xaviar ngelirik Celsi, nunggu kata-kata selanjutnya.
"Gue bantu lo ngalahin musuh-musuh lo sampai tuntas dan bantu lo capai semua impian lo asal lo buka hati buat gue. Gue tahu penyebab hati lo dingin itu karena lo udah membatasi diri, jadi cinta dan segala hal lainnya terbatasi dinding itu. Sebenernya, gue suka sama lo, tapi lo terlalu dingin sama gue. Gue juga tahu lo nggak bakal percaya, karena seharusnya gue benci lo karena udah bunuh keluarga gue dan bikin gue tersiksa di sini. Tapi ya udah, itu semua takdir, dan gue ikhlasan," ucap Celsi panjang lebar dengan senyum tulus.
'Jujur, kalau keluarga asli gue mungkin udah gue bunuh lo dari lama atau benci lo sampai mati. Tapi ini dunia novel, jadi gue nggak bawa hati, karena semua ini udah takdir dan nggak nyata,' batin Celsi yang nggak sesuai dengan apa yang dia ucapin.
Xaviar menatap mata Celsi dengan pandangan penuh makna.
"Bohong..."
Celsi terkejut pas denger suara serak itu tepat di telinganya.
Celsi menoleh dan nemuin wajah Xaviar yang dekat banget, hanya terhalang hidung mancungnya.
"Setelah apa yang lo bilang, gue tahu lo bakal ngomong gitu. Yang penting buat gue, gue udah ungkapan isi hati gue," ucap Celsi sambil senyum tulus.
Xaviar ngangkat tubuh Celsi dan duduki dia di pangkuannya. Tangan kirinya memeluk pinggang Celsi dan tangan kanannya narik tengkuk Celsi biar wajah mereka deket.
"Kalau gitu, buktikan," ucap Xaviar dengan wajah yang nggak bisa dibaca.
"Em... Gue akan buktikan biar lo mencintai gue, dan mulai sekarang gue bakal mulai," jawab Celsi.
Celsi peluk Xaviar dan nyender kepalanya di dada bidang Xaviar.
Xaviar melempar tubuh Celsi ke lantai.
"Aw..."
Celsi merintih sambil ngusap bokongnya.
'Untung ganteng,' batin Celsi dengan sinis.
"Ok, gue tunggu," jawab Xaviar sambil berdiri dari duduknya.
Xaviar benerin letak dasinya dan kedua tangannya dimasukin ke saku celana.
Xaviar ngeliatin Celsi yang masih duduk di bawah dengan santai.
Celsi yang ngeliat Xaviar udah berdiri akhirnya ikut berdiri dan berdiri tepat di depan Xaviar.
"Gue kasih tahu lo, yang membakar gudang lo itu bawahan dari tokoh bu-, eh, maksudnya bawahan pemilik Casino Garden yang udah punya banyak cabang, dan gue nggak tahu pasti siapa pemilik casino itu. Intinya, lo harus hati-hati, karena dia musuh terbesar lo dari pada orang lain, dan dia yang bisa bikin lo hancur. Hati-hati, ya," ucap Celsi memperingatkan.
"Gue tahu..."
"APA..." Kaget Celsi.
"Tunggu, lo udah tahu kalo pemilik casino itu musuh lo dan orang yang membakar gudang senjata lo?" tanya Celsi memastikan pendengarannya.
"HM..."
Celsi yang denger deheman itu jadi nggak bisa berkata-kata.
'Kenapa alurnya udah berubah?' batin Celsi cemas.
Seharusnya Xaviar tahu tentang tokoh bunglon pemilik casino itu setelah jadi buronan, tapi kenapa Xaviar udah tahu jauh sebelum alurnya dimulai?
"Kapan lo tahu?" tanya Celsi lagi.
"Udah lama," jawab Xaviar santai.
"Hah..."
Celsi ternganga denger jawaban Xaviar.
Xaviar masih menatap Celsi dengan penuh tanda tanya, seolah Celsi udah tahu kapan seharusnya dia tahu sesuatu.
Celsi mijit kepalanya yang pusing.
Sepertinya rencana yang udah disusun Celsi harus diubah, dan bener kata sistem, alurnya udah berubah.
Sebenarnya, dulu pas sistem bilang gitu, Celsi masih nggak yakin, tapi sekarang dia yakin, malah sangat yakin dengan apa yang dikatakan sistem.
"Xaviar, rencana lo buat nyuri persenjataan dari mafia Atur gimana? Kalo iya, boleh gue ikut?" tanya Celsi lagi dengan wajah memohon.
Xaviar menatap tajam Celsi, yang tahu rencananya yang udah disusun, bahkan Xaviar belum kasih tahu ke siapa pun.
'Menarik...' batin Xaviar.
"Heh... sepertinya lo tahu banyak hal. Oke, kali ini lo bisa ikut gue."
Celsi senyum cerah.
"Oke, dalam tiga hari semua kebutuhan yang diperlukan bakal siap," ucap Celsi dengan semangat.
"Oow, lo bahkan tahu kapan keberangkatannya," ucap Xaviar kagum.
"Udah gue bilang dari awal, gue tahu segala hal tentang lo," jawab Celsi dengan bangga.
Xaviar kembali menatap Celsi dengan tatapan yang sulit diartikan sebelum akhirnya Xaviar menyeringai.
"Oh, jangan lupa bawa alat pelindung sama perisai anti peluru, ya. Gue tahu lo kuat, tapi buat jaga-jaga, lo harus bawa. Biar perisai yang lo beli dengan harga selangit itu nggak berdebu," omel Celsi dengan sikap sok tahu.
"Lindungi diri lo dulu baru orang lain. Ambil perisai itu di kamar gue besok," perintah Xaviar sambil pergi ninggalin ruangan kerjanya.
"Huh, dasar keras kepala. Sudahlah, dalam novel juga nggak ada dibilang kalo Xaviar bakal terluka," gumam Celsi, dan akhirnya ikut beranjak dari ruangan kerja Xaviar menuju kamarnya.
...
Celsi buka WhatsApp-nya dan dapet notifikasi dari Zikra.
first love
"Celsi, lo ada waktu nggak besok?"
"Ada..."
"Emang kenapa?"
Setelah mengetik, Celsi meletakkan handphonenya.
Celsi menatap langit-langit kamarnya sambil senyum saat ngebayangin kejadian pertama kali ketemu Zikra.
Celsi nggak tahu kenapa, tapi ada rasa nyaman di hatinya saat ngobrol sama Zikra, dan juga ada rasa gelisah yang bikin perasaannya jadi unik.
Tokoh yang bernama Zikra nggak ada di cerita novel Black Love, dan sepertinya Zikra cuma pelengkap aja.
Andai saja para tokoh ini ada di dunia nyata, mungkin Celsi bakal lebih ngarepan mereka dan buka hati buat para tokoh lainnya, nggak cuma buat pemeran pentingnya aja.
"Tring Tring"
Celsi ambil handphonenya dan dapet notifikasi lagi dari Zikra.
first love
"Celsi, lo ada waktu nggak besok?"
"Ada..."
"Emang kenapa?"
"Jalan yuk besok."
"Gue mau ajak lo ke tempat main di Jalan Melati."
"Lo mau nggak?"
"Oke..."
"Sore gimana?"
Belum satu detik, pesan Celsi udah dibaca, dan Celsi nunggu jawaban dari Zikra.
first love
"Oke..."
"Gue jemput lo besok, gimana?"
"Em... Nggak usah, kita berangkat sendiri-sendiri aja. Nanti kalo udah tiba, kabarin gue."
"Oke lah kalo gitu."
"Good night, sayang."
Celsi ternganga saat baca pesan terakhir dari Zikra.
"Gila nih orang," gumam Celsi, lalu matiin
handphonenya tanpa balas pesan dari Zikra.
Dan pergi ke alam mimpi sambil melafalkan doa biar besok jadi hari yang indah.