Trisya selama ini tinggal di Luar Negri. Dia harus kembali pulang ke Indonesia atas perintah ibunya. Ibunya khawatir dengan perusahaan yang dikuasai ibu tirinya. Hal itu membuat Trisya mau tidak mau harus bergerak cepat untuk mengambil alih Perusahaan.
Tetapi ternyata memasuki Perusahaan tidak mudah bagi Trisya. Trisya harus memulai semua dari nol dan bahkan untuk mendapatkan ahli waris perusahaan mengharuskan dia untuk menikah.
Trisya dihadapkan dengan laki-laki kepercayaan dari kakeknya yang memiliki jabatan cukup tinggi di Perusahaan. Pria yang bernama Devan yang selalu membanggakan atas pencapaian segala usaha kerja keras dari nol.
Siapa sangka mereka berdua dari latar belakang yang berbeda dan sifat yang berbeda disatukan dalam pernikahan. Devan yang percaya diri meni Trisya yang dia anggap hanya gadis biasa.
Bagaimana kehidupan Pernikahan Trisya dan Devan dengan konflik status sosial yang tidak setara? apakah itu berpengaruh dengan pernikahan mereka?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 14 Perencanaan Pernikahan
"Maksud kamu bagaimana?" tanya Trisya lagi.
"Seperti apa yang aku katakan, bukan hanya biaya pernikahan saja yang akan aku urus dan semua keperluan lain dan juga transportasi akan aku urus. Kamu dan keluarga kamu akan menerima bersih yang tidak perlu mengeluarkan uang sepeserpun," tegas Devan dengan santai.
"Hah!" Trisya sampai tidak bisa berbicara lagi. Devan benar-benar sudah menganggap dia sangat miskin. Trisya bahkan tidak di beri kesempatan untuk berbicara.
"Trisya yang aku inginkan bagaimana kita berdua menikah dengan lancar. Aku juga tidak ingin pernikahan kita menjadi beban untuk kamu. Aku dan keluargaku sangat memahami bagaimana keadaan kamu dan kita tidak ingin merepotkan kamu dan juga keluarga kamu," ucap Devan.
"Terserah kamu lah," sahut Trisya yang benar-benar tidak memiliki kesempatan untuk mengeluarkan pendapat dan sudahlah, dia pasrah yang benar-benar capek.
Devan tersenyum dan memegang kedua tangan Trisya.
"Kamu tidak perlu khawatir. Setelah kamu menjadi istriku, bukan hanya kamu saja yang menjadi tanggung jawabku. Tetapi juga keluarga kamu. Kamu tidak perlu lelah lagi bekerja dan kamu bisa bersantai menikmati hasil kerja kerasku. Tujuanku hanya satu yang ingin membahagiakanmu," ucap Devan dengan menatap begitu dalam dan memang dari tatapan mata itu terlihat sangat tulus kepada Trisya dengan semua kata-katanya yang sangat meyakinkan.
Mungkin itu yang membuat Trisya nyaman dan mungkin percaya jika Devan bisa menjadi suaminya. Di luar Devan yang suka memuji diri sendiri dengan semua yang dia miliki. Tetapi apa yang di puji dan di pamerkan Devan memang adalah kenyataannya.
"Kamu tidak perlu mengucapkan terima kasih kepadaku atas semua ini. Anggap saja Tuhan telah mentakdirkan kita berdua untuk bertemu. Karena manusia itu sejatinya bisa saling berpasangan tanpa ada perbedaan sosial diantara mereka. Jadi selama kamu menjadi istriku kamu juga tidak perlu minder. Kamu bisa menganggap kita 1 derajat dan kamu lihatlah keluargaku begitu welcome kepadamu. Kita adalah pasangan yang memilikinya kelebihan dan kekurangan masing-masing,"ucap Devan.
Trisya tidak merespon yang tidak tahu harus mengatakan apa dan mengangguk saja.
Devan yang tersenyum dengan merangkul bahu Trisya dan membawa Trisya lebih dekat lagi kepadanya dengan kepala Trisya yang sudah bersandar di bahu Devan.
"Apa keputusan yang aku ambil sudah tepat?" batin Trisya yang benar-benar penuh dengan keraguan. Tidak tahu apa yang membuat dia tiba-tiba saja ragu. Mungkin takut tidak bisa menyesuaikan diri dengan keluarga Devan.
*****
Trisya dan Devan yang kembali terlihat berjalan berdua dan mereka sekarang berada di lapangan. Di lapangan itu banyak sekali para warga yang sedang membersihkan rumput dengan menggunakan mesin maupun alat sederhana.
"Kamu untuk apa mengajakku ke tempat ini?" tanya Trisya yang melihat di sekelilingnya.
"Ini tempat pernikahan kita nanti," jawab Devan.
"Hah!" pekik Trisya begitu kaget yang melihat lapangan yang sangat luas itu dengan matanya sedikit mendelik.
"Kamu jangan khawatir. Lapangan ini sebentar lagi akan menjadi tanah keluarga kami. Tabunganku sebentar lagi akan cukup untuk membeli tanah ini. Jadi aku sudah mulai bernegosiasi dengan pemiliknya dan karena ini sebentar lagi akan jadi milik kami, jadi mereka mengizinkan untuk tempat pernikahan kita diadakan di tempat ini," ucap Devan dengan penjelasan yang menyelipkan pamer.
"Jadi orang-orang yang sekarang bekerja itu. Apa mereka membantu mempersiapkan pernikahan?" tanya Trisya.
"Kamu benar-benar. Hitung-hitung untuk uang tambahan mereka, dari pada mereka menganggur. Jadi aku harus memberikan warga pekerjaan menjelang pernikahan kita dan lumayan uangnya bisa mereka tabung," jawab Devan.
"Jika dia sudah mempersiapkan segalanya. Mana mungkin aku membatalkan pernikahan ini. Apa yang aku lakukan sama saja tidak adil," batin Trisya dengan ekspresi wajah yang benar-benar lesu.
Ternyata Trisya memiliki niat untuk membatalkan pernikahan yang mungkin saja karena sifat Devan yang terlalu sering pamer yang membuat dia muak. Padahal Devan sama sekali tidak tahu siapa dirinya.
Devan juga tidak pernah berusaha untuk mengetahui siapa Trisya dan Trisya juga tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk bicara.
"Kamu jangan resah dan gelisah seperti itu. Aku sudah mengatakan kepada kamu jika biaya pernikahan kita, aku semua yang akan mengurus dan termasuk biaya untuk warga yang ikut membantu. Jadi kamu tidak perlu mengeluarkan uang sepeserpun," ucap Devan yang lagi-lagi menegaskan yang menganggap Trisya hanya memikirkan tentang pengeluaran anda.
"Semua ini aku lakukan untuk wanita yang spesial yang akan menjadi istri dan ibu dari anak-anakku nanti," lanjut Devan.
Trisya hanya mengangguk dengan tersenyum getir. Dia rasanya ingin berteriak sekencang-kencangnya agar mulut Devan diam. Trisya yang adanya benar-benar stres menjelang pernikahannya.
***
Beberapa Minggu kemudian.
Tidak terasa. Jika hari ini sudah sampai pada hari pernikahan Trisya dan Devan yang akan di adakan di desa Devan.
Karena pernikahan mereka berdua diadakan di desa. Jadi Trisya dua hari sebelum pernikahan sudah berada di sana. Jangan tanya bagaimana frustasinya Trisya yang hidup dan tinggal bersama keluarga Devan selama 2 hari.
Sampai detik ini Trisya yang berada di dalam kamar yang sedang di hias. Trisya tampil begitu cantik dan sangat anggun menggunakan gaun pengantin yang lurus memanjang ke bawah. Gaun modern yang dipadukan dengan tradisional itu terlihat sangat cocok dipakai Trisya.
Di bagian kepalanya di diberikan selayar memanjang sampai menyapu lantai.
"Ya. Ampun adik iparku cantik sekali!" puji Astri dan Mia yang memasuki kamar Trisya dan di sana masih ada MUA.
"Kak Devan beruntung sekali memiliki istri yang cantik seperti ini," ucap Mia.
"Pastinya aku juga sangat beruntung memiliki kakak ipar yang sangat cantik dan semoga kecantikan Kakak iparku akan tertular kepadaku," ucap Mia.
"Mia. Trisya jauh lebih beruntung mendapatkan suami seperti Devan. Sudah tampan dan juga mapan. Devan juga sangat royal pada keluarganya saja dia begitu royal dan kakak menjamin pada istrinya juga nanti akan lebih royal berkali-kali lipat. Trisya, Devan akan mengubah kehidupan kamu menjadi lebih makmur dan tidak perlu kesulitan," ucap Astri.
Trisya hanya menganggukkan kepala dengan menghela nafas. Trisya tidak heran lagi dengan Devan kenapa bisa memiliki tingkat kepercayaan diri seperti itu. Karena keluarganya juga sama yang sangat berlebihan memuji Devan.
"Ya. Sudah sekarang sebaiknya kita langsung saja ke tempat lokasi pernikahan. Tamu undangan dan penghulu sudah menunggu di sana dan Devan juga sudah menunggu di sana," ucap Astri.
"Baiklah!" sahut Trisya menganggukkan kepala.
Astri dan Mia sama-sama membantu Trisya berdiri, 2 orang yang tadi merias Trisya juga membantu mengangkat selayar tersebut.
Rumah Devan dan lokasi pernikahan memang tidak jauh dan hanya sekitar 100 meter saja. Ternyata Trisya diberikan keistimewaan yang di depan rumah sudah ada delman yang dihias.
"Apa kita akan menaiki ini?" tanya Trisya memastikan.
"Benar sekali kak!"
"Kamu jangan terharu seperti itu. Devan benar-benar sayang pada kamu dan dia akan melakukan apapun yang ingin memberikan kesan terindah di hari pernikahan kamu," jawab Astri.
Trisya yang tidak bisa berkata-kata lagi dan hanya menurut saja. Dia pun dibantu oleh kusir kuda tersebut untuk menaiki delman itu.
"Lalu bagaimana dengan kakek dan juga yang lainnya. Apa mereka tidak akan datang. Awas saja jika kakek tidak ada di hari pernikahan ini," batin Trisya yang sebenarnya begitu sangat gelisah.
Bersambung.......
mungkin nenek sudah tenang karena perusahaan itu sudah di pegang oleh Trisya, karena itu dia tenang meninggalkan dunia ini
sama² punya tingkat kepedean yg sangat luar biasa tinggi