Sebuah surga impian yang baru saja dibangun terpaksa hancur karena kehadiran orang ketiga. Nadia Mustika Wijayanto harus menelan kenyataan pahit jika sang suami pulang dengan membawa seorang wanita yang merupakan madunya. Pernikahan yang dia kira sebagai surga, nyatanya berubah menjadi neraka. Nadia yang sedari awal tidak ingin dipoligami memutuskan untuk bercerai daripada harus berbagi hati dan suami.
Mengasingkan diri ke luar negeri dengan alasan ingin melanjutkan pendidikan menjadi pilihan Nadia setelah perceraian. Hingga akhirnya dia bertemu dengan sahabat lamanya tanpa sengaja. Devano Kazim Ravendra, pria dengan senyum lembut yang bisa membuatnya tertawa lepas setelah sekian lama.
***
" Terima kasih sudah menghancurkan surga yang aku impikan, Mas " ~ Nadia Mustika Wijayanto.
***
IG: gadis_taurus15
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Taurus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Sedikit Khawatir
Langit sudah berubah menjadi gelap, Devan dan Nadia baru menyelesaikan seluruh jadwal mata kuliah mereka di hari ini. Cukup melelahkan karena jadwal Devan maupun Nadia sangat padat hari ini dan tentunya sangat menguras banyak tenaga. Beruntung untuk hari ini jadwal mata kuliah keduanya selesai di jam yang sama sehingga tidak ada yang harus menunggu salah satu.
Sebelum pulang ke apartemen, Nadia akan pergi ke prayer room yang ada di gedung kampus itu untuk melaksanakan sholat magrib yang memang sudah waktunya. Nadia takut tidak akan sempat melakukannya jika menunggu tiba di apartemen terlebih dahulu.
" Van, kita ke prayer room dulu tidak apa-apa, kan? Aku harus sholat magrib dulu " ucap Nadia sembari melihat jam di pergelangan tangannya.
" Iya, tidak apa-apa. Aku bisa menunggu kamu " jawab Devan.
Keduanya pun segera melangkah pergi ke prayer room yang jaraknya sekitar seratus meter dari tempat mereka berada. Memang lumayan jauh dari gedung kelas yang diikuti oleh Nadia dan butuh waktu sekitar dua sampai tiga menit untuk sampai di sana.
" Tunggu sebentar ya, Van " ucap Nadia saat sudah sampai di prayer room.
" Iya Nad " jawab Devan menganggukkan kepalanya.
Kemudian, Nadia pun melepaskan sepatunya lalu masuk ke dalam tempat untuk mengambil air wudhu. Dia meletakan sepatu dan tasnya ke dalam loker yang memang disediakan untuk menyimpan barang ketika sedang sholat. Tidak lupa juga Nadia mengambil mukena yang selalu dia bawa kemana-mana dalam waktu yang cukup lama.
Nadia melihat ke sekeliling tempat wudhu itu dan memastikan tidak ada pria di sana. Memang tempat wudhu itu umum dan tidak dipisahkan antara laki-laki dan perempuan, sehingga Nadia sedikit khawatir seseorang yang lawan jenis berada di sana. Bukan tidak mungkin ada seorang pria yang akan melihatnya sedang mengambil wudhu yang otomatis membuka sedikit jilbabnya.
Setelah memastikan di sana aman, Nadia menyingsingkan lengan kemejanya dan melepas jarum pentul di jilbabnya. Nadia mulai mengambil air wudhu dan mensucikan dirinya sebelum melaksanakan sholat magrib.
" Alhamdulillah " ucap Nadia merasakan segar di wajahnya ketika selesai berwudhu.
Nadia segera memperbaiki lengan kemeja dan jilbab yang dikenakannya lalu keluar dari tempat wudhu.
Saat ingin masuk ke dalam prayer room, Nadia sempat melirik sebentar ke arah pintu masuk dan di sana Devan masih berdiri untuk menunggunya. Nadia benar-benar beruntung memiliki sahabat seperti Devan yang sangat toleransi tentang perbedaan mereka dan mau menunggu di saat dirinya sedang menjalankan ibadah.
Setelah itu, Nadia segera masuk ke dalam prayer room dan mencari tempat untuk melaksanakan shalat. Dengan cepat, Nadia menggelar sajadah yang dibawanya dan mengenakan mukena miliknya. Dia mulai membaca niat dan melaksanakan kewajiban tiga raka'atnya itu.
Di sana ada beberapa mahasiswa yang juga sedang melaksanakan sholat magrib. Memang cukup banyak mahasiswa di Oxford University yang beragama Islam dan memiliki sebuah komunitas mahasiswa muslim.
***
Sekitar sepuluh menit kemudian, Nadia sudah selesai melaksanakan sholat magrib dan segera keluar dari prayer room. Dia mempercepat langkahnya untuk menghampiri Devan yang sedang menunggunya di depan. Meski Devan mengatakan tidak masalah untuk menunggunya, tetapi tetap saja Nadia merasa tidak enak.
" Loh? Devan mana? " ucap Nadia pelan saat tidak melihat keberadaan Devan di sana.
Nadia mencoba melihat dan mencari ke sekeliling area prayer room tetapi tidak juga menemukan keberadaan Devan, entah kemana perginya pria itu. Tidak mungkin Devan pergi dan pulang lebih dulu karena pria itu tidak akan pernah meninggalkannya sendiri.
" Mungkin Devan pergi ke suatu tempat dulu dan memberikan kabar melalui pesan " gumam Nadia segera mengambil ponsel dari dalam tasnya.
Lalu, Nadia memeriksa ponselnya karena siapa tahu ada pesan dari Devan tetapi ternyata tidak ada pesan apapun. Nadia merasa sangat bingung karena Devan pergi begitu saja dan tidak memberikan kabar apapun. Bukan takut, tetapi dia khawatir jika terjadi apa-apa pada pria itu.
" Aku telpon saja dia " ucap Nadia langsung menekan nomor milik Devan.
Drrt, drrt, drrt.
Nadia menoleh ke sembarang arah saat mendengar suara ponsel berbunyi tidak jauh dari tempatnya berada. Dan ternyata, dari arah tempat wudhu terlihat Devan yang sedang berjalan ke arahnya. Nadia pun merasa lega karena Devan baik-baik saja.
" Kamu kemana sih, Van? Aku kebingungan mencari kamu loh, aku kira kamu pergi dan kenapa-napa " ucap Nadia pada Devan saat sudah berada di dekatnya.
" Aku dari tempat wudhu untuk cuci tangan dan cuci muka sebentar " jawab Devan.
Nadia pun menganggukkan kepalanya mengerti dan tidak terlalu mempermasalahkannya, karena yang terpenting adalah Devan baik-baik saja.
" Kenapa kamu takut kalau aku tinggal sendiri? " tanya Devan pada Nadia.
Dengan cepat Nadia menggelengkan kepalanya. " Bukan. Aku tahu kalau kamu pasti tidak akan meninggalkan aku sendiri. Aku cuma sedikit khawatir dan takut terjadi apa-apa pada kamu " jawab Nadia jujur.
Devan tersenyum mendengar jawaban dari Nadia itu dan tentu saja sangat senang karena dikhawatirkan oleh wanita itu.
" Wah, senangnya aku dikhawatirkan sama kamu, Nad. Ya walaupun cuma sedikit sih, tapi terima kasih ya " ucap Devan tersenyum senang.
Entah apa yang terjadi, tetapi Nadia merasa malu mendengar itu dan wajahnya yang putih terlihat memerah. Padahal sebenarnya apa yang dikatakan oleh Devan itu adalah kata-kata biasa dan tidak ada yang istimewa.
" Iya, sama-sama. Memang wajar kan aku khawatir sama kamu, karena kamu sahabat aku " jawab Nadia sedikit memalingkan wajahnya.
Devan menganggukkan kepalanya dan tersenyum menyetujui itu.
" Kalau begitu, sekarang kita pergi yuk. Manda dan Chris pasti sudah menunggu kita untuk makan malam bersama " ajak Nadia pada Devan karena mereka harus segera pergi.
" Iya Nad " jawab Devan.
Memang Devan dan Nadia akan makan malam bersama di apartemen Manda dan Chris karena keduanya yang mengundang mereka. Katanya sih dalam rangka memperingati anniversary hubungan mereka yang ke-enam tahun.
***
Mohon bantuan vote, like dan komentarnya ya 😊 Terima kasih 😊🙏 Tetap dukung saya ya 😘
Tolong follow akun NT saya " Gadis Taurus " ya 😘