NovelToon NovelToon
Dosenku, Tamu Pertamaku

Dosenku, Tamu Pertamaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Dosen
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: By.dyy

Alysa seorang gadis muda, cantik serta penuh talenta yang kini tengah menempuh studynya di bangku kuliah. Namun, selama dua semester ia memutuskan untuk cuti, demi bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang tengah bangkrut.

Dalam perjalananya, Alysa harus mendapatkan uang sebanyak 300 juta dalam semalam untuk biaya operasi jantung orang tuanya. Dalam keadaan mendesak, Alysa memutuskan menjadi wanita panggilan. Mengikuti saran sahabatnya, Tika.

Sialnya, pelanggan pertamanya adalah dosen ia sendiri. Hal itu membuat Alysa malu, kesal sekaligus bingung bagaimana harus melayani sang Dosen. Lalu bagaimana kelanjutan ceritanya? serta bagaimana hubungan Alysa dengan kekasihnya, Rian. Akankah setelah mengetahui fakta sebenarnya ia akan tetap bersama Alysa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon By.dyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kamu menyukainya?

Kaki Alysa kembali sudah menapaki gedung berlantai tinggi dan dingin untuk ia injak. Ia akan menemui Reyhan lagi. Permintaannya tidak bisa untuk ditolak, selain karna Alysa hutang budi padanya, ia juga masih memiliki perjanjian diantara keduanya.

Kegugupan kembali menyelimuti Alysa. Ia belum terbiasa kalau harus bertemu dengan Reyhan diluar kapasitasnya sebagai mahasiswa. Alysa takut akan ada orang yang mencurigainya. Meski kemungkinan itu kecil sekali.

Reyhan memintanya hanya bertemu ketika malam hari saja. Mungkin selesai Reyhan bekerja, berbeda dengan Alysa, malamnya ia harus tetap bekerja ketika ada panggilan mendadak sebagai seorang penyiar radio.

Yah, Alysa selama ini memiliki tiga pemasukkan dari ia bekerja sebagai Assisten Makeup, Penyiar radio, dan sebagai admin dari sebuah Ollshope baju pada waktu siang hari. Dari ketiganya, Alysa mencukupi biaya kebutuhan kedua orang tuanya, dirinya, dan biaya dapur. Tapi, tidak dengan biaya darurat. Alysa belum cukup untuk menabung. Untuk itu, saat Satria masuk rumah sakit karna serangan jantung, bukan main Alysa panik mencari uang tambahan.

Pintu Aparteman cepat terbuka, kala Alysa sudah memasukkan pin pada pintu masuk yang sebelumnya sudah diberikan oleh Reyhan. Kaki Alysa berjalan masuk kedalam, kedatangannya di sambut baik oleh pengharum ruangan berbau vanila bercampur sedikit lavender.

Style Aparteman milik Reyhan memiliki style Amerika clasic. Perpaduan coklat tua pada kayu pada tiap aksesoris rumah yang berpadu dengan lukisan serta guci-guci besar pada tiap sudut ruangan membuat Aparteman milik Reyhan mirip di Hotel.

"Baru datang?" tanya Reyhan keluar dari dapur sambil membawa secangkir kopi hitam berhasil membuat Alysa terkejut.

"Huh..."

Reyhan tersenyum menyeringai. "Aku tidak bermaksud mengejutkanmu."

Alysa diam, tidak berniat menanggapi. Ekor matanya mengawasi Reyhan. Laki-laki itu menyimpan kopi hitamnya, membuka dasinya berantakan, membuka kancing dua teratasnya, membuka jas hitam yang dikenakannya lalu menggulung kemeja putihnya sedikit lebih naik.

"Kamu mau lihat saya dari sana terus?" tanya Reyhan.

Mata Alysa mengerjap. "Sa..yaa."

"Ayo sini." pinta Reyhan.

Alysa bukannya menuruti mau Reyhan, ia justru angkat bicara, memberanikan diri bertanya pada Reyhan. "Maaf Pak, tapi saya tidak bisa lama. Saya harus cepat pergi. Jadi, lebih baik pak Reyhan bilang apa yang Pak Reyhan butuh, biar saya bisa mengerjakannya lebih cepat." ucap Alysa.

Mata Reyhan menatap Alysa. Ia diam beberapa saat, kemudian berjalan mendekat pada Alysa. "Kalau saya mau melihat mata kamu, kamu mau apa?"

Bibir Alysa yang tadinya terkatup, kini sedikit terbuka. Ia cukup terkejut atas apa yang diutarakan oleh Reyhan. "Maaf pak, tapi saya serius bertanya." ucap Alysa.

"Menurutmu saya tidak serius, begitu?"

Alysa meremas ujung tali pada tas kecil yang ia kenakan. "Tapi...saya harus..saya." Sial, kemana suara Alysa ini.

Reyhan semakin dekat, ia mendorong tubuh Alysa mundur, sampai menabrak tembok. Reyhan mengungkung Alysa dengan kedua tangan berada pada sisi wajah Alysa. "Pak, maaf tapi saya harus pergi, sa..yaa..." Alysa tidak menyelesaikan kalimatnya.

Bibirnya kembali dipaut oleh Reyhan, ciuman kali ini berbeda dari ciuman sebelumnya. Saat ini ciuman Reyhan lebih tenang, dalam, namun tetap menuntut.

Ya Tuhan, Alysa harus bagaimana sekarang? Ia mulai menyukai perlakukan Reyhan. Ciumannya kali ini sedikit membuat Alysa hanyut, sampai tidak mampu Alysa tolak.

"Ahh..."

Reyhan melepas pautan bibirnya dari atas bibir Alysa. Ia menatap manik mata alysa. Kemudian memberikan senyuman.

"Kamu suka ciumannya?" tanya Reyhan.

Bola mata Alysa mengerjap. Ia tidak mungkin menjawab bahwa ia menyukai. Itu akan sangat memalukan. Beruntung, Reyhan tidak menunggu jawabannya. Ia justru cepat membawa tas yang Alysa kenakan untuk terlepas. Reyhan juga membuka jaket Alysa sembarangan diatas laintai.

Apakah malam ini akan terjadi lagi?

Reyhan membawa tubuh Alysa seolah enteng. Reyhan membawa Alysa duduk di kursi. Ia mendudukkannya, kemudian memagut bibir Alysa lagi dengan sangat tidak sabaran.

Kembali, saat oksigen mulai menipis bagi Alysa, dirinya langsung mendorong tubuh Reyhan. "Ahhh..."

Alysa dan Reyhan nafasnya sama terengah-engah. Alysa mencoba mengontrol nafasnya yang seperti orang sudah akan mati. Sedangkan Reyhan ia terengah. Namun, masih bisa mengendalikan diri, ia tersenyum memandangi Alysa sambil tangannya terus mengusap puncak kepala Alysa.

"Aku suka reaksi tubuhmu," komentar Reyhan.

Secepat kilat mata Alysa mendelik tidak suka akibat komentar Reyhan. Ucapannya tampak lebih pantas ia utarakan pada perempuan panggilan, bukan dirinya. Alysa benci situasi ini.

Walau masih dalam keadaan bingung juga terengah, Alysa segera berdiri, mencoba menjauh dari Reyhan. Kemudian berniat kabur dari Aparteman sialan ini. "Alysa." panggil Reyhan.

"Lepaskan tangan saya." pinta Alysa.

"Tidak, kenapa kamu marah?" tanya Reyhan.

"Saya tidak marah, Saya memang harus pergi." sahut Alysa tegas.

"Omong kosong, kamu mau pergi kemana? Ini sudah malam. Kamu berniat menghindar dari saya, kan?" tuntut Reyhan.

"Kalau saya menghindar, saya tidak akan kesini. Sekarang, lepaskan tangan saya dan biarkan saya pergi." ucap Alysa kesal.

Reyhan yang tadinya hanya menggenggam, kini genggaman tangan itu berubah menjadi mencengkram Alysa kuat. "Ah sakit." keluh Alysa.

"Jangan permainkan saya. Saya sudah cukup sabar menunggu kamu. Ingat itu," sentak Reyhan marah.

"Saya sudah bilang kalau saya sedang menstruasi, dan kamu masih mau melakukannya?" sentak Alysa dengan suara meninggi.

Hal itu dengan cepat memancing amarah Reyhan. Suara Alysa yang tinggi sama sekali tidak ia sukai. Reyhan mencengkram tangan Alysa kuat. Persis yang ia lakukan pada kedua pipi Alysa menggunakan satu tangan, untuk ia cengkram kuat. "Jangan pernah berani berteriak pada saya, faham kamu."

Mata gelap Reyhan kini berpandangan dengan mata coklat terang milik Alysa. Keduanya tengah tersulut emosi. Alysa yang tidak terima atas ucapan Reyhan sebaliknya, Reyhan tidak suka tingkah Alysa yang tidak seperti perempuan panggilan kebanyakan Reyhan tahu.

Alysa memberontak ingin dilepaskan, tangannya sudah sakit, disusul pipi Alysa. Harusnya, Alysa tidak perlu datang, kalau akan seperti ini kejadiannya. Kedua ujung mata Alysa kini mulai mengeluarkan air mata saking kencangnya cengkraman tangan Reyhan.

Melihat hal itu, Reyhan mendorong Alysa kembali pada kursi, ia melepaskan cengkramannya pada tangan dan kedua pipi Alysa.

"Berhentilah bersikap seperti perempuan suci, saya melihatnya sudah jijik. Faham kamu," sentak Reyhan. Ia sudah hendak pergi dari sana, tapi tertahan dengan ucapan Alysa.

"Jangan merendahkan saya," timpal Alysa. "Bersikaplah sebagai laki-laki pendidik, jangan sampai saya menilai anda sebagai laki-laki cabul yang gila akan dunia ranjang. Saya harap anda faham itu." ungkap Reyhan.

"Bahkan ucapan itu tidak pantas keluar dari mulut seorang perempuan seperti kamu." Reyhan kembali melangkah mencoba menjauh untuk menenangkan diri.

"Perempuan seperti apa maksud anda?" tanya Alysa marah. Ia benar-benar tidak menerima penilaian Reyhan terhadap dirinya dipandang sebelah mata.

Reyhan berenti berjalan. "Kamu serius ingin saya mengucapkannya?" tanya Reyhan.

"Yaa." sahut Alysa.

Reyhan berdecih memandangi Alysa dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Murahan."

Usai mengatakan itu, Reyhan melanjutkan langkahnya. Namun, dengan cepat Alysa berjalan mendekati Reyhan kemudian menarik tangan Reyhan dan menampar pipi kanan Reyhan keras. Bertemunya suara telapak tangan Alysa dengan pipi Reyhan menggema diarea tv Aparteman milik Reyhan.

Sesaaat suasana yang tadinya riuh karna saling adu mulut keduanya. Kini berubah hening mencekam. Reyhan memegangi pipinya. Sedangkan Alysa, ia tengah berurai air mata memandangi Reyhan.

"Jaga ucapan anda," sentak Alysa terisak, sambil menunjuk Reyhan. "Sekali lagi saya ingatkan, jaga ucapan anda." Telunjuk Alysa menurun, kemudian mendorong Reyhan.

Alysa membalikkan badan. Ia membawa barang yang tergeletak diatas lantai dingin Aparteman milik Reyhan. Kemudian memilih cepat angkat kaki dari sana.

1
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up thor
Reni Anjarwani
lanjut thor
By.dyy: siappp, stayyy yaaa
total 1 replies
Maira_ThePuppetWolf
ceritanya jagat banget thor, author harus lanjutin!
By.dyy: Ditunggu yaa. Terima kasih sudah membaca
total 1 replies
Blue Persona
Thor, saya ingin tahu apa yang terjadi selanjutnya!
By.dyy: Hai ka, saya sudah up ya. Selamat membaca:)
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!