mengagumi Idola, hingga jatuh cinta dan ternyata gayung itu bersambut.
bagaimana rasanya.???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisetsuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keluar Rumah Sakit
Seminggu kemudian.
Melihat kondisi Yuan yang sudah semakin membaik, dan juga karna tidak ada hal hal yang perlu di khawatirkan dari kondisi tubuhnya, dokter mengijinkan Yuan untuk meninggalkan rumah sakit dan melakukan perawatan di rumah.
Hingga detik kepulangannya, Yuan masih menyembunyikan kalau dia sudah bisa berbicara. Selama ini dia hanya berbicara ketika saat bersama Meri ataupun Kai dan Alen.
Sejak kejadian hampir ketahuan di hari itu, Dio masih rutin mengirimkan makanan kekamar Yuan meski tidak seintens biasanya. Sehari sekali masih dia yang mengirimkan, bahkan terkadang tidak sama sekali.
Dio mulai menghindari kecurigaan yang nantinya akan mengarah kepadanya.
Meri membantu kepulangan Yuan, bahkan dia adalah orang yang paling sibuk di hari kepulangan sahabatanya itu.
Jimi dan Ian yang bertugas menjemput gadis itu keluar rumah sakit, sedangkan yang lainnya mempersiapkan kepulangannya di Vila sementara mereka di Vena.
Vila milik keluarga Meri yang jarang di tempati, kini di sewakan kepada mereka selama proses penyembuhan Yuan. Karna tidak memungkinkan untuk Yuan dan juga para member tinggal di Hotel.
Ian membantu Yuan turun dari ranjang dan memapahnya ke kursi roda, sedangkan Jimi membawa barang dan koper milik Yuan. Segala proses administrasi telah di selesaikan oleh manager Bram ketika mengetahui bahwa Yuan sudah di perbolehkan untuk pulang kemarin.
Dokter dan perawat yang membantu proses perawatan Yuan selama ini datang ke ruang perawatan untuk memberikan selamat kepada Yuan atas kesembuhannya, dan juga memberikan pesan atas apa yang boleh dan tidak boleh di lakukan ataupun di konsumsi selama masa perawatan.
Selama sebulan lebih Yuan di rawat di rumah sakit, Banyak perawat yang membantunya sehingga saat Yuan di perbolehkan pulang Meri memberikan buah tangan kepada mereka sebagai ucapan terima kasih.
Meri yang lebih akrab dengan para perawat dan dokter yang ada di sana di bandingkan Yuan sebagai pasiennya, super sibuk di hari itu.
Mereka bertiga berpamitan kepada dokter Drew, dan juga asisten perawat, mengucapkan terima kasih untuk bantuan mereka selama ini.
“dokter kami permisi dulu, terima kasih atas bantuannya selama ini.” ucap Jimi.
“sama sama, semoga non Yuan segera membaik. Jangan lupa, Tiga hari lagi datang kembali untuk kontrol.” ucap dokter Drew.
“baik dok, terima kasih dan permisi kami pamit.” ucap Jimi sambil menundukan kepalanya, begitu juga dengan Ian dan Yuan.
Jimi mendorong kursi roda Yuan, berjalan ke arah lift. Ian membawa koper dan barang lainnya.
Mereka sengaja tidak membawa pengawal ataupun asisten karna tidak ingin membuat kehebohan, mereka hanya menggunakan topi, masker dan kaca mata hitam untuk menutupi wajah mereka.
Meri tidak tampak saat mereka keluar dari ruangan Yuan, mereka tidak memperdulikan gadis itu yang sibuk berpamitan dengan semua staff yang ada di sana. Hingga Meri menyadari kalau dia sudah di tinggal oleh para sehabatnya memasuki lift, saat pintu lift akan menutup dia segera berlari ke arah mereka.
“kenapa kalian meninggalkanku.?” protes Meri ketika sudah berhasil memasuki lift.
“siapa suruh kau heboh sendiri.” ucap Jimi.
“aku kan berpamitan sama mereka semua, bagaimanapun juga selama ini sudah membantu kita menjaga Yuan. Ya kan sayangku.” ucap Meri meminta persetujuan Yuan, Yuan hanya tersenyum melihat kelakuan sahabatnya itu.
“kalau kau setahun menginap di sini, mungkin kau akan menangis tidak mau pergi.” ucap Ian menimpali.
“iiih, amit amit. Amit,, amit jangan sampe. Jangan sembarang ngomong kau.” Meri menjawab sambil menepuk nepuk dinding lift kemudian memukul lengan Ian.
Keluar dari lift mereka segera menuju mobil yang di parkir di basement rumah sakit, Ian membantu Yuan duduk di kursi belakang dan kembali ke kursi kemudi begitu juga dengan Jimi setelah selesai meletakan barang di bagasi segera duduk di kursi penumpang di samping Ian. Memastikan semua sudah masuk ke mobil, Ian segera melajukan mobilnya.
Setelah keluar dari rumah sakit, melewati jalanan rimbun Yuan membuka cendela di sampingnya.
“huaaaa, senangnya. Akhirnya bisa keluar dari rumah sakit.” ucap Yuan sambil merentangan tanggannya dan menghirup udara segar dalam dalam.
Ian tiba tiba menginjak rem mobilnya secara mendadak, untungnya tidak ada pengendara lain di belakang mobil mereka sehingga tidak mengakibatkan kecelakaan.
Karna Ian menginjak rem mendadak kedua gadis yang duduk di belakang hampir terlontar ke depan, begitu mobil berhenti Ian dan Jimi serentak menoleh ke arah Yuan.
“ups,,” Yuan menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Memandang Ian dan Jimi secara bergantian.
Karena sudah kepalang ketahuan oleh kedua pemuda itu, mau tidak mau Yuan harus memberikan penjelasan kepada mereka berdua.
“kita cari tempat aman, aku akan menjelaskan semua kepada kalian.” ucap Yuan.
“tentu, Kau harus memberi penjelasan kepada kami.” ucap Ian tegas menahan amarah, sembari menjalankan mobilnya mencari tempat parkir.
Ian menghentikan mobilnya di sebuah taman yang tak jauh dari sana, di rasa saat itu keadaan taman sepi dan jauh dari keramaian dan juga lumayan ridang.
Jimi mengambil kursi roda dan Ian membantu menurunkan Yuan dari Mobil, mereka berjalan menuju tempat duduk di Gazebo yang ada di sisi kiri taman.
Meri memberikan minuman yang dia bawa dari mobil kepada mereka, agar sedikit bisa menenangkan ketegangan Ian dan juga Jimi.
Jimi membuka satu tutup botol dan di berikan kepada Yuan, mengambil botol minuman lain dari tangan Meri membukanya dan menukar botol yang ada di tangan Meri.
Terdiam beberapa menit, menghirup udara taman yang segar karna semalam di guyur hujan juga menikmati ketenangan taman.
Kedua laki laki itu menunggu Yuan untuk menjelaskan apa yang dia sembunyikan dari mereka.
“maaf sebelumnya kalau aku menyembunyikan semua ini dari kalian, tapi aku melakukan ini karna aku terpaksa. Aku punya alasan yang kuat hingga kenapa aku harus melakukan semua ini dan ada sesuatu yang perlu aku selidiki sehingga aku menyembunyikannya dari kalian semua.” ucap Yuan.
Ian dan Jimi menatap kedua gadis di depannya secara bergantian.
“artinya kau sudah tau.?” tanya Ian memandang Meri dengan tatapan menyelidik.
Meri menempelkan kedua tangannya dan mengangguk, meminta maaf dengan menggoyangkan tangannya dan memasang wajah penyesalan.
Meri tetap bungkam karna dia memahami, jika dia salah bicara dia akan terkena amukan dari kedua tuan muda di depannya ini yang kemungkinan bisa membahayakan baginya dan juga Yuan.
“aku akan menjelaskan kepada kalian.” ucap Yuan kemudian.
Ian dan Jimi kembali menatap Yuan, menunggu penjelasan darinya.