Mohon bijak dalam membaca, jangan lompat Bab dan blom like ya ...😘
Qyana Selyana Putri, gadis cantik yang mengalami transmigrasi kedalam tubuh seorang gadis yang bernama Astara Kalyana Rayder, gadis cantik yang menjadi kesayangan kelima kakak laki-lakinya.
Meski begitu, Astara tidak merasa bahagia, apalagi sejak dia kehilangan kedua orangtuanya saat dia masih berusia sepuluh tahun, Astara merasakan kehampaan di dalam hidupnya, hingga membuatnya tidak lagi memiliki semangat untuk hidup.
Namun hal itu tidak pernah dia perlihatkan di hadapan kelima kakaknya, hingga suatu malam, setelah pembicaraan dia dengan seorang wanita, kekasih dari Sang kakak pertama. Setelahnya, Astara memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
Hilangnya jiwa Astara, rupanya membuat raga itu di isi oleh jiwa Qyana yang pada saat yang sama telah di bunuh oleh sahabatnya sendiri.
Tak rela dengan takdir hidupnya yang seperti itu, Qyana memutuskan untuk menerima hidupnya yang kedua menjadi Astara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Adiramanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27
@@@@@@
**Di taman samping kediaman Rayder**.
Adrian terlihat sedang menunggu kedatangan orang kepercayaan-nya, yang tadinya mereka ingin bertemu di luar kediaman Rayder.
Hanya saja, kondisi Adrian yang masih belum pulih sepenuhnya, membuat dia harus lebih banyak istirahat di rumah. Karena itulah, Adrian menyuruh orang kepercayaan-nya untuk menemuinya di kediamannya.
Dan sepertinya, orang yang sejak tadi dia tunggu sudah terlihat berjalan kearahnya, sambil membawa sebuah amplop coklat yang berukuran besar di tangannya.
"Maaf saya terlambat Tuan," ucapnya sambil sedikit membungkuk saat sudah berada di depan Adrian.
"Tidak apa-apa Max,"
"Lalu, berita apa yang kamu bawa sekarang," penasaran Adrian, mengenai informasi yang didapatkan oleh Max, orang kepercayaan Adrian.
"Saya sudah mengikuti Tuan Hanry sesuai dengan perintah Anda, dan saya melihat jika saat di kota A, dia bertemu dengan seorang wanita, dan sepertinya, mereka sedang membicarakan hal yang penting," jelas Max sambil menyerahkan amplop coklat yang berisikan beberapa lembar informasi dan juga satu foto yang didapatkan oleh Max secara diam-diam.
Adria melihat foto itu, seorang wanita paruh baya yang ada di foto, membuat Adrian merasa tidak asing dengan siapa orang yang di maksud oleh Max barusan. Namun, dia tidak pernah menyangka jika wanita yang ada di foto itu sepertinya sangat mengenal baik Hanry.
"Bukankah dia sahabat Daddy dan Mommy," ucap Adrian yang mengenali siapa wanita yang ada di foto tersebut.
"Lalu, apa yang mereka bicarakan?," tanya Adrian sambil melihat kearah Max.
"Saya tidak begitu jelas mendengar pembicaraan mereka Tuan, hanya saja saat saya bertanya pada pelayan yang sempat melayani mereka, dia mendengar jika mereka sedang membahas mengenai stempel,"
"Stempel?," bingung Adrian.
Hingga beberapa detik kemudian, Adrian paham mengenai maksud dari stempel tersebut. Dan hal itu tidak lepas dari peran mereka berlima, yang sebenarnya juga memiliki satu stempel untuk mereka masing-masing, yang dulu sempat di berikan oleh mendiang kedua orangtua mereka.
"Jika yang di maksud Paman Hanry adalah stempel yang sama dengan milik kami, lalu kenapa Paman sampai membicarakan hal itu pada Bibi Melisa,"
"Ada hubungan apa diantara mereka,"
Ucap Adrian yang mencoba mencari jawaban dari apa yang sedang dia pikirkan barusan.
"Itu berarti, satu stempel yang hilang ada pada Bibi Melisa," sahut Tristan yang tiba-tiba menghampiri mereka yang sedang berada di Gazebo.
"Kak Tristan," ucap Adrian yang terkejut dengan kehadiran Tristan diantara mereka.
"Aku tidak pernah tahu jika selama ini kamu teryata sudah menyelidiki mengenai Paman Hanry, dan yang kulakukan malah percaya dengan apa yang sudah dia katakan," kata Tristan sambil tersenyum masam.
Sebab, dia merasa bersalah jika selama ini dia dan Ashlan justru sangat mempercayai sang Paman yang terlihat begitu perduli dengan mereka, tanpa tahu jika ada sesuatu yang sangat besar, yang sedang di sembunyikan oleh sang Paman dari mereka.
"Itu karena aku merasa janggal dengan apa yang pernah Paman katakan saat insiden kecelakaan Daddy dan Mommy,"
"Karena itulah, aku mencoba untuk menyelidiki mengenai kecelakaan itu," ucap Adrian terus terang.
"Lalu, kenapa kamu tidak bercerita pada kami?,"
"Apa yang bisa aku ceritakan kak, disaat aku sendiri bahkan belum memiliki bukti keterlibatan Paman dalam kecelakaan kedua orangtua kita,"
"Belum lagi kondisi Astara yang waktu itu butuh kasih sayang yang lebih dari kita, aku merasa belum saatnya untuk mengatakan ini semua pada kalian," jelas Adrian panjang lebar.
Dan seketika hal itu membuat Tristan merasa bersalah, jika dia tidak mengambil serius apa yang sudah dikatakan sang Paman waktu itu, mungkin hubungan keluarganya dan keluarga Ravandra masih akan baik-baik saja.
Namun sekarang, saat dia sudah mengetahui kebenarannya, Tristan menganggap jika keluarga Arsalan tidak akan dengan mudah menerima permintaan maaf mereka. Terlebih, sekarang Astara sedang menjalin hubungan dengan Ravandra, yang besar kemungkinan jika Ravandra tidak akan mungkin melepaskan Astara begitu saja, jika sang Kakek menentang hubungan mereka.
Yang hal itu mungkin akan membuat hubungan Ravandra dan sang kakek merenggang, yang Tristan tahu jika Kakek Ravandra sudah terlanjur memutuskan hubungan persahabatan dengan keluarga mereka.
"Apa yang sedang kak Tristan pikirkan," ucap Adrian yang seketika membuat Tristan tersadar dari lamunannya.
"Tidak ada," jawab Tristan yang sengaja menyembunyikan apa yang sedang dia pikirkan sekarang.
"Lebih baik kamu menyuruh Max untuk mencaritahu mengenai Bibi Melisa. Dan untuk Paman Hanry, aku akan menyuruh orangku untuk memata-matai dia," ucap Tristan setelahnya.
"Itu berarti, Bibi Melisa memiliki hubungan dengan Paman,"
"Entahlah Adrian, aku hanya merasa jika Bibi Melisa sedang menyembunyikan sesuatu dari kita. Karena itulah, kita harus mencaritahu mengenai hal apa itu," ucap Tristan sambil menerka-nerka apa yang sedang di sembunyikan oleh Melisa.
"Aku mengerti,"
"Max, tolong caritahu semua informasi mengenai Bibi Melisa, dan juga mengenai Panti asuhan yang dia kelola, dan pastikan kamu mendapatkan informasi yang rinci mengenai Bibi Melisa dan anak-anak yang tinggal disana," perintah Adrian pada Max.
Yang setelah mendengar perintah itu, Max langsung bergegas meninggalkan kediaman Rayder tanpa banyak pertanyaan lagi, karena dia sudah sangat tahu apa yang harus dia lakukan. Tanpa harus terlalu banyak bicara pada Adrian yang sepertinya sedang memikirkan mengenai apa yang sempat dikatakan oleh Tristan barusan.
\*\*\*
**Menjelang malam, di sebuah basement gedung apartemen termahal di kota S**.
Seorang pemuda terlihat bersandar di kap mobil miliknya, sambil menghisap satu batang rokok yang membuat pikirannya tenang untuk sesaat.
Tak lama setelah itu, terdengar suara lift terbuka, yang membuat pemuda itu mengarahkan perhatiannya pada orang yang barusaja keluar dari lift tersebut.
Hingga setelahnya, yang dia lakukan adalah, mematikan rokok yang masih tersisa setengah, lalu berjalan kearah orang yang baru saja keluar dari lift tersebut.
Dan saat orang itu ingin memasuki mobil miliknya, pemuda tadi langsung menarik bahu orang itu dan tanpa aba-aba langsung mendaratkan sebuah bogeman kearah wajah orang itu yang langsung membuatnya mundur kebelakang sambil memegang hidungnya yang sekarang mengeluarkan cairan merah.
"Brengsek!!" Teriak marah orang itu.
"Kau ..." ucapnya terkejut saat tahu siapa orang yang sudah menghajarnya dengan tiba-tiba.
"Halo ... Tuan Mahendra," ucap pemuda itu sambil menyeringai bak iblis.
.....
**TBC**
alur ceritanya menarik
/Hey//Hey//Hey/