Nadia, memergoki sang suami sedang bercinta dengan sekretarisnya sendiri, di ruangan khusus kantor pria itu.
Nadia, yang ingin memberi kabar kehamilannya kepada Dygta, justru di kejutkan dengan kenyataan yang menghancurkan hatinya berkeping-keping.
Nadia berlari tanpa memperdulikan klakson kendaraan, hingga sebuah sedan menabraknya.
Nadia terbangun di rumah sakit dan kehilangan janinnya.
Buruknya lagi, Dygta langsung menceraikannya saat itu juga.
Merasa tak ada pegangan dan kalut, Nadia mencoba bunuh diri dengan melompat dari jembatan layang.
Beruntung, seorang pria pemilik perusahaan yang juga seorang ketua mafia menyelamatkannya.
"Hargai hidupmu. Hiduplah untuk membalas mereka yang telah menyakitimu!" ucap Leonardo De Xarberg.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chibichibi@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab#5. KIYD.
"Siapkan semuanya. Biarkan wanita itu bekerja di perusahaan." Leo memberi titah pada Black sebagai asistennya.
Meskipun pria dengan rambut di kuncir kuda ini tak tau apa maksud dari bosnya ini. Akan tetapi, Black tetap menuruti perintah dari Leo sebagai atasannya.
Black telah mengurusnya dan pria itu memberitahukan ada Red, untuk mempersiapkan Nadia.
Mau tak mau wanita itupun menurut apa kata Leo.
Nadia, berpikir bahwa ucapan Leo hari itu ada benarnya juga. Sungguh sia-sia jika dirinya mati sementara mantan suaminya itu enak-enakan.
Seketika, niat dalam hati Nadia berubah haluan. Apalagi, Leo berjanji akan membantunya dan memberi akses padanya. Meskipun, Nadia sendiri belum tau apa maksud Leo di balik semua ini.
Nadia tak peduli lagi sekalipun Leo bermaksiat memanfaatkan dirinya.
Satu hal yang sekarang ingin ia lakukan adalah membalaskan dendam atas apa yang telah Dygta lakukan padanya. Perusahaan itu, berkembang juga atas jasanya.
Akan tetapi, pria itu tak punya hati hingga mengusirnya bahkan tanpa sepeser harta gono-gini.
Lingkungan kerja di perusahaan ternyata membuat keadaan fisik serta hati Nadia lebih baik.
Wanita yang baru berusia dua puluh delapan tahun ini merasa nyaman saat bekerja.
Bahkan penampilannya Nadia yang sekarang lebih modis dan trendi.
Rambut panjang coklatnya yang lurus hingga melewati punggung, menambah kesan anggun pada wajahnya yang cantik.
"Shitt!"
Itulah ucapan pertama yang keluar dari bibir Leo, di saat pria berahang tegas itu melihat penampakan dari sosok Nadia setelah di make over.
"Hai Nadia!" sapa beberapa karyawan ketika ia melewati kubikel mereka saat menuju pantry.
"Hai juga semua! Selamat bekerja untuk kalian." balasnya dengan lambaian tangan dan senyum manis.
Leo yang tanpa sepengetahuan Nadia ada tak jauh di belakangnya nampak mengeratkan geraham.
Pria itupun memberi tatapan tajam ke arah kata karyawan yang saling berbisik membicarakan tentang sekretaris baru tuan Leonard. Pemimpin mereka.
"Mampus kita!" pekik tertahan para karyawan di dalam hati mereka.
Setibanya di pantry Nadia lebih dulu meracik kopi untuk tuan Leo. Ya, begitulah dia memanggil pria yang menyelamatkannya itu.
Karena memang inilah rutinitas yang harus ia lakukan setiap pagi. Menyiapkan kopi spesial untuk pemimpin perusahaan yang sangat di segani.
Tok. Tok. Tok!
"Masuk!" sahut Leo dari dalam ruangannya.
Nadia melangkah anggun meletakkan cangkir kopi itu pelan di atas meja kerja pria dengan bulu halus di sekitar rahangnya itu.
Dengan perasaan canggung yang masih menyelimuti dirinya, hingga wajahnya selalu kesemutan acap kali ia melihat wajah itu.
"Silakan Tuan, saya permisi." pamitnya dengan nada di buat setenang mungkin. Bagaimanapun, ia harus bekerja secara profesional.
"Hemm."
Leo cuek saja. Pria itu tetap fokus pada layar laptop dan tumpukkan berkas di hadapannya.
Nadia pun keluar dari ruangan yang mencekik napasnya itu. Ia segera menghirup udara banyak-banyak ketika sampai di mejanya.
Hufft.
"Akhirnya bisa bernapas lega juga,"
"Kenapa jadi begini? Kenapa aku harus selalu berdebar setiap dekat dengannya? Ingat Nadia pria itu bukan sekedar menolongmu," gumam wanita ini pelan.
Malam itu Leo memberikan tawaran dan perjanjian kepadanya.
Pria itu akan memberikan jalan pada Nadia untuk masuk kedalam kehidupan para pengusaha. Karenanya, Leo memperkerjakannya sebagai sekretaris, sebelum nantinya Nadia akan Leo krim sebagai utusan dari perusahaannya.
Apalagi, Nadia perlu belajar lebih dahulu bagaimana seluk beluk dunia pengusaha.
Nadia kembali ke mansion.
Wanita itu tak bisa diam saja ketika sampai di kediaman serba mewah itu.
Akhirnya ia memilih untuk ikut terjun masuk ke area dapur.
Sekalipun, para pelayan sempat melarangnya. Karena, tuan Leo hanya biasa makan hasil masakan chef saja.
"Tak apa, Bik. Jika tuan tidak mau, biar saya yang makan. Kalian juga boleh kok mencobanya," ucap Nadia tetap meneruskan masakannya.
Nampaknya wanita cantik ini kangen dengan rutinitasnya sehari-hari ketika menjadi istri dari Dygta Rajasa.
Sementara itu, Leo akan keluar dari kamar ketika jam makan malam tiba, sehingga pelayan tidak perlu memanggilnya.
Pria tinggi besar dengan tubuh atletis itu, hanya mengenakan kemeja polos lengan pendek dan celana selutut.
Ekspresi dingin penuh kharisma selalu ia tampakkan pada wajah tampannya itu. Dahulu ia tak sedingin ini, rasa kecewa yang mendalam telah merubah hampir seluruh jiwanya.
"Silakan Tuan, semoga anda suka dengan menu yang saya buat malam ini," ucap Nadia sopan.
Tentu saja kehadirannya di meja makan membuat Leo membulatkan kedua matanya.
Berani sekali wanita ini, pikirnya.
"Apa yang kau lakukan. Aku terbiasa makan sendiri!" usir Leo pada Nadia.
Dimana wanita itu dengan tenang mendudukkan dirinya di salah kursi.
"Saya hanya ingin melayani anda. Apa itu tidak di perkenankan?" tanya Nadia.
Leo pun mengibaskan tangannya pertanda agar Nadia meneruskan saja apa yang ingin ia lakukan.
Leo pun menarik kursi dan meletakkan bokongnya, membiarkan wanita cantik yang sudah beberapa hari ini tinggal dan bekerja bersamanya itu melayaninya saat makan malam.
Leo tak luput untuk memperhatikan gerak tangan Nadia yang cekatan, menunjukkan bahwa ia terbiasa melakukan tugas melayani di meja makan dengan baik.
Leo melirik sekilas pada wajah Nadia yang tersenyum akhir-akhir ini. Padahal, ketika pertama kali pria itu bertemu, sorot mata Nadia bahkan si selimuti oleh keputusasaan.
Meskipun Leo bersikap dingin dan jarang meresponnya, wanita itu tetap ramah dan sopan padanya.
Nadia pun menyerahkan piring ke hadapan
Leo, hingga mata mereka berpapasan sepersekian detik.
"Sial! Kenapa aku harus memperhatikan wajahnya," batin Leo menggerutu dalam hati.
Walaupun begitu air mukanya tetap saja datar tak terbaca.
Susi berdehem pelan menguar canggung yang melingkupi ruang makan itu.
Berusaha biasa saja, walaupun hatinya berdegup kencang.
Leo membulatkan matanya, tetapi mulutnya terus mengunyah karena tangannya tak berhenti menyuapkan menu masakan yang Nadia buat ke mulutnya.
Belum pernah pria ini merasakan menu masakan pribumi seperti ini.
"Masakan apa ini?" tanya Leo penasaran.
" Itu namanya tumis kangkung saus terasi, sambal jengkol dan baby cumi. Kalau Tuan suka, saya akan membuatkannya setiap hari," terang Nadia sambil menunjuk satu persatu makanan yang tersaji di atas meja.
"Baiklah. Kau Masak lagi untukku besok pagi." Leo berkata singkat, namun tangannya kembali menyendok nasi dari bakul.
" Baik, Tuan." Nadia tersenyum tipis dan kembali menyuap makanan ke dalam mulutnya.
Paginya.
Leo kembali melahap sarapannya dengan menu yang sama dengan semalam.
"Ternyata wanita cengeng itu, bisa masak seenak ini?" batin Leo.
Sesekali matanya melirik singkat pada wanita yang telah di bicarakan oleh hatinya itu.
"Mantan suamimu itu rupanya pria yang benar-benar bodoh, dia nyatanya tak berhak mendapatkan mu kembali. Akan ku buat dirinya menderita di dalam penyesalan. Dendam kita akan segera terbalaskan," batin Leo lagi.
Nadia meraih gelas berisi jus jeruk yang juga ia buat.
Wanita itu menenggaknya pelan.
"Kenapa tidak jadi istriku saja," kata Leo santai.
Pfftt!!
Mendengar ucapan itu sontak Nadia, menyemburkan minumannya.
"Nadia!"
Bersambung
tp kecolongan mulu...😆😆😆