Aku tidak pernah menginginkan semua musibah ini terjadi. Bagi ku semuanya terasa salah, pernikahan ini, hubungan kami, semuanya. Aku menikah dengan David karena berlandaskan perjodohan semata. Namun aku tahu kakak ku dan David memiliki hubungan khusus. Bagaimana bisa aku menjalani pernikahan ini setelah menikung cinta kakak ku sendiri?
Aku tidak bisa. Aku harap semua ini berakhir. Tapi aku tidak berharap kecelakaan ini terjadi. Semuanya menjadi serba salah sekarang... aku harap aku bisa mengubah dan menyusun ulang segalanya sekarang. Aku harap, aku sangat berharap... semuanya bisa terulang kembali...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Olive Oil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
”Apa ada hal penting mengenai pesta itu?”
”Dia bilang, dia mau mengajakku sebagai modelnya. Di pesta nanti akan diadakan peragaan busana. Jadi dia mengajakku sebagai model pria. Menurut Tara... bagaimana?”
Ah, jadi itu yang mereka bicarakan. Aku tidak terlalu mengerti sih, aku juga tidak ingat ada sesi itu di pesta itu. Apa mungkin ada ya? Dulu saat di pesta, aku seperti pajangan yang hanya bisa berdiam diri dan mengikuti David kemana pun dia melangkah. Jadi aku tidak fokus memperhatikan segala hal yang terjadi. ”menurutku... bukannya itu bagus?”
David melirikku tajam. ”dulu... David juga sempat jadi model kan? Menurutku, ide Karina itu bagus. Karena ini pesta keluarga kan, jadi ya tidak masalah jika David yang menjadi modelnya. Karina itu model profesional, David akan hebat jika bersanding dengannya.”
”Tara.”
”Ya?”
David tersenyum miring, ia menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Helaan napas panjang darinya membuatku langsung tak berkutik. Seakan sensor di kepalaku langsung memberi sinyal bahwa David kembali dalam mode aura menyeramkannya. ”kamu tau? Padahal aku berharap Tara menjawab kebalikannya. Ternyata kamu malah mendukungku mengikutinya. Ini membuatku berubah pikiran.”
”Emh, memangnya... kenapa aku harus menolaknya? Ah, apa sebenarnya David tidak mau ya jadi modelnya Karina?”
”Entah lah. Sebenarnya aku tidak keberatan menjadi modelnya atau tidak, yang aku harapkan itu respon darimu. Ternyata jawabanmu tidak sesuai yang aku harapkan. Tak masalah, sudah ya, sudah malam. Aku ke kamar dulu.” kata David yang kemudian berjalan masuk ke dalam kamarnya. Apa-apaan nada bicaranya yang mendadak dingin itu? Ia kecewa dengan jawabanku? Emangnya kenapa ia harus kecewa? Emangnya aku harus jawab apa agar dia puas? Aduh, aku sungguh tidak mengerti dengan maksud David ini. Tadi yang di permasalahkan itu Adam, sekarang Karina! Kenapa sih...
Jrasss.... aku melihat ke arah jendela, melihat gorden jendela yang tampak bergerak-gerak tertiup angin. ”hah... mana hujan makin lebat lagi...” gumamku semakin gelisah. Malam itu sepertinya aku tidak akan bisa tidur dengan tenang. Dugaanku benar. Semakin malam, hujannya semakin deras dengan suara kilat yang menyambar-nyambar. Belum lagi diperparah dengan lampu yang mendadak mati yang membuatku berteriak saking kagetnya. Wajahku pias, dengan selimut motif Hello Kitty kesukaanku yang sudah membalut tubuhku, aku berjalan gontai ke kamar David. Suaraku bergetar, berusaha keras mengalahkan suara hujan untuk memanggil nama David. Bahkan tanganku masih bergetar ketika mengetuk pintu kamarnya. Aku takut sekali.
Tidak menunggu lama, pintu kamar David terbuka, segera aku menyelonong masuk seperti kucing di kantorku yang hobinya masuk ke dalam ruang kerjaku. Walau sudah sering aku mengusirnya, tuh kucing selalu bisa menyelonong masuk tanpa ketahuan. Sekarang aku paham perasaannya bila di usir. Semoga David mengizinkanku berada di kamarnya untuk beberapa saat.
Dengan senter ponsel di tangan David, ia mengarahkan ponselnya ke arahku yang membuat wajahku seakan di timpa cahaya rohani saking terangnya tuh cahaya. ”takut?” tanyanya. Bukan pertanyaan, lebih ke menyindir ini mah.
Mataku menyipit. ”emh, hehehe... iya. Hujannya deras banget, gelap lagi tuh, aku takut sendirian di kamar. Aku boleh di sini kan?”
”Tidur di sini? Boleh,”
”Hanya sampai lampunya hidup,” kataku memperjelas.
”Sampai pagi juga tidak apa-apa. Tenang, aku tidak akan mengganggumu.” walau gelap, namun sekilas aku melihat David tadi menyeringai! Haih, tolonglah, aku hanya ingin mengungsi untuk sementara waktu. David berbalik badan, ia berjalan ke arah luar kamarnya, mendadak di tinggal begitu membuatku sontak mengikuti langkahnya. Kemana pun David pergi, otomatis aku segera mengekorinya. Persis kayak anak ayam yang mengekori induknya. Aku dengar kok David, aku dengar! Kamu tertawa kan!! Tsk!
Beruntung apa yang dicari David ketemu. Sebuah lilin. Setelah menghidupkan lilinnya, kami kembali ke dalam kamar David. Ia meletakkan lilinnya di lantai lalu menyuruhku duduk di dekat lilin itu. Tak lama, David kembali lagi dengan beberapa bungkus jajanan di tangannya. Aku tersenyum lebar. Nih anak tahu aja aku sedang lapar!
”Kenapa senyum-senyum? Emang yang mau ngasih siapa?”
Senyumku langsung pudar. Aku melotot. ”ih David.... kok tega banget sih jadi orang,”
David terkekeh. Ia lalu menyerahkan jajanannya ke arahku. Aku tertawa seraya menyambar jajanan yang di bawa David. Ibaratnya anak SD nih yang di sogok biar mau tidur siang, ya, gini, nggak ada bedanya aku nih.
”Untung hari ini aku nggak jadi lembur di kantor. Kalau iya, Tara udah sendirian di rumah nih.”