NovelToon NovelToon
School Of Magic In Shadow Assassins

School Of Magic In Shadow Assassins

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Fantasi / Anime
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Muchlis sahaja

Bercerita tentang seorang anak yang bernama mugi yang terlahir sebagai rakyat jelata dan menjadi seseorang penyihir hebat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muchlis sahaja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ujian kekuatan.

Haruto menghilang dalam sekejap, meninggalkan Glich dengan senyum misterius. Glich menjentikkan jarinya, cahaya biru berkelap-kelip di udara, menghapus ingatan Keter tentang pertemuan itu. Waktu berputar mundur, suasana kelas kembali normal. Glich menatap murid-muridnya dengan tatapan tajam.

"Baiklah, pelajaran kita tentang sihir sudah selesai," Glich berkata, suaranya bergema di ruangan, "Apakah kalian ingin berlatih sihir?"

Seorang siswa, dengan mata yang berbinar-binar, mengangkat tangannya. "Latihan seperti apa, Guru?"

Glich tersenyum, matanya berbinar. "Bagaimana jika kalian semua melawan aku? Jika kalian berhasil mengenai serangan kalian kepada aku satu kali saja, kalian semua menang."

Seluruh murid setuju, wajah mereka dipenuhi semangat dan sedikit ketakutan. Mugi, yang duduk di bangku belakang, menggerutkan kening, "Dia!, aku bahkan tidak bisa menyentuhnya!" gumamnya dalam hati.

Mereka semua pergi ke sebuah lapangan pertarungan. Seluruh murid kelas satu berbaris menghadap Glich. Mugi, dengan wajah cemas, berkata, "Ah tidak!, aku sama sekali tidak bisa bertarung."

Glich tersenyum, matanya berbinar. "Di sini lah kau akan belajar bertarung, Mugi. Jangan bermalas-malasan, ayo."

Mugi sedikit kesal, akan tetapi dia tidak bisa menghindar. Seluruh murid begitu senang, dan satu persatu dari mereka maju menghadapi Glich. Glich dengan mudahnya menghindari serangan mereka semua.

Zahra, dengan cepat menggunakan sihir rantai sihirnya. Rantai itu berkilauan dengan cahaya biru, bergerak dengan cepat, mengelilingi tubuh Glich. Glich, yang berdiri tegak, melihat rantai itu dengan tatapan tajam.

"Sihir yang luar biasa," Glich berkata, suaranya tenang.

Zahra, dengan wajah penuh percaya diri, membalas, "Dengan ini terikatlah kau, Guru!"

Zahra langsung mengikat Glich, akan tetapi Glich berhasil menghancurkan rantai tersebut dengan sihir penghancur miliknya. Glich berkata, "Sayang sekali, itu masih belum cukup."

Seluruh siswa kewalahan melawan Glich. Glich pun berkata, "Sayang sekali kalian gagal ya, padahal aku melatih kalian agar kalian bisa menghadapi bencana bulan merah."

Mugi sedikit terkejut dan berkata, "Apa!?, Bulan merah?"

Glich pun menjelaskan tentang bencana bulan merah. "Iya, bencana bulan merah adalah bencana yang terjadi 1000 tahun sekali, dimana banyak monster yang berdatangan dan vampire yang mencari darah."

Seluruh siswa begitu ketakutan mendengar cerita dari Glich. Tidak lama setelah itu, Masayuki datang bersama Mila. Masayuki berkata, "Wah, Guru, kamu sedang menceritakan sebuah dongeng kepada murid-muridmu?"

Glich melihat ke arah Masayuki, matanya berbinar. "Kenapa kamu ke sini, Masayuki?"

Masayuki menjawab pertanyaan dari Glich. "Aku mendengar dari Mila kalau Guru sedang melatih siswa kelas satu bertarung. Aku langsung datang karena aku juga ingin berlatih, Guru. Jadi, apa mau Guru bertarung dengan ku?"

Glich sedikit tersenyum, matanya berbinar. "Tentu saja."

Masayuki menggunakan sihirnya dan memanggil pedang es miliknya, yaitu sebuah artefak dengan energi sihir yang begitu besar. Masayuki berkata, "Baiklah, Guru, bertarunglah dengan serius denganku, jangan menahan diri."

Seluruh siswa keluar dari arena pertarungan dan melihat dari kejauhan. Glich pun menciptakan sebuah pedang sihir, matanya berbinar. "Aku tidak akan menahan diriku, ayo kita mulai."

Masayuki bergerak cepat dan langsung melancarkan sebuah tebasan. Namun, Glich dengan mudah menahan tebasan itu. Masayuki berkata, "Hebat, bahkan Guru bisa menahan tebasan pedang artefak milikku. Padahal pedang ini adalah anugrah untukku."

Glich memasang ekspresi seriusnya kepada Masayuki sembari menjawab perkataan dari Masayuki. "Entah itu takdir, atau sebuah anugrah, di hadapanku semua akan hancur dan lenyap begitu saja."

Masayuki langsung kembali melancarkan sebuah serangan, dan Glich juga berkali-kali menahan serangan dari Masayuki. Mereka berdua saling bertukar serangan, sehingga kilatan putih hasil dari serangan mereka dilihat oleh siswa lainnya.

"Hebat, Masayuki bisa mengimbangi Guru."

"Tidak!, kau salah. Masayuki berkali-kali menyerang Guru, akan tetapi Guru menahan diri dan hanya menahan serangan Masayuki dengan santai."

Masayuki sedikit kesal dan berkata, "Guru, bukankah aku bilang jangan menahan diri saat bertarung!?"

Glich pun membalas perkataan dari Masayuki. "Apa kau mau mati terkena serangan ku?"

Masayuki menciptakan pedang es yang begitu banyak dan langsung mengarahkannya kepada Glich sembari berkata, "Apa Guru meremehkan kan aku!?"

Hanya dengan satu tebasan saja, Glich berhasil menghancurkan seluruh pedang es tersebut. Glich langsung membalas perkataan dari Masayuki. "Seperti yang kau lihat, perbedaan level kita terlalu jauh. Bahkan pedang artefakmu, belum bisa menyaingi pedang sihir biasa ku."

Masayuki hanya bisa terdiam dan tidak bisa melakukan apa-apa di hadapan Glich. Glich pun mengakhiri pertarungannya dengan pergi meninggalkan Masayuki. Glich berkata, "Baiklah, murid-murid, pelajaran selesai."

Glich berjalan sembari mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu, kejadian itu dimana Glich masih menggunakan nama aslinya yaitu Celis.

Pada saat itu, Celis sedang duduk di sebuah kursi sembari menyilangkan kakinya, dimana banyak sekali bawahan berbaris di hadapan Celis. Tidak lama setelah itu, ada seseorang memasuki ruangan Celis. Salah satu bawahan Celis berkata, "Tuan, Haruto sudah datang untuk menemui Tuan."

Ternyata yang memasuki ruangan Celis adalah Haruto. Haruto berjalan mendekati Celis. Haruto berkata, "Raja Iblis Celis Gousha, aku datang ke sini untuk meminta bantuan kepadamu."

Celis melihat ke arah Haruto dan membalas perkataan nya. "Katakanlah."

Haruto pun mengatakannya. "Aku ingin kau membantuku untuk mengalahkan vampire yang akan datang malam ini disaat bencana bulan merah terjadi. Desa Sendai bisa hancur jika sampai mereka menyerang kesana."

Celis sedikit tertawa dan berkata, "Aku menolak."

Haruto pun sedikit kesal dan menatap tajam ke arah Celis. "Jika aku mengadakan sebuah pertukaran, apa yang kau mau?"

Celis dengan santai menjawabnya. "Nyawamu."

Haruto masih menatap tajam ke pada Celis, dan Celis pun juga menatap tajam ke arah Haruto. Haruto menjawab perkataan dari Celis. "Itu mustahil."

Celis tersenyum dan langsung berkata. "Tidak ada yang mustahil bagiku."

Haruto menjawab. "Aku lah orang yang akan membuat kemustahilan bagi mu, Celis!"

Celis pun menjentikkan jarinya. Secara tiba-tiba, dada dari Haruto pun tertusuk oleh pedang yang begitu besar. Haruto hanya tertawa saja dan berkata kepada Celis. "Kau pikir hanya dengan membunuhku aku akan mati?"

Haruto menarik pedang tersebut dari dadanya dan melemparkannya ke arah Celis. Pedang tersebut mendarat di samping kepala Celis dan tertancap di kursi dari Celis. Celis sedikit merasa senang melihat kemampuan dari Haruto. Celis berkata, "Kau sungguh luar biasa, kemampuanmu sangat luar biasa. Tidak salah jika dijuluki manusia terkuat. Sangat sayang jika kau harus mati terlebih dahulu, Haruto. Aku akan membantu mu jika kau mau menerima tawaran ku."

Haruto langsung bertanya. "Apa tawaran mu?"

Celis pun menjawabnya. "Kau harus bereinkarnasi. Aku akan menanam sebuah sihir di dalam dirimu, dimana sihir tersebut akan membuat terlahir kembali setelah kematian mu. Tentunya saat kau terlahir kau akan dari bayi dan menjadi dewasa."

Haruto pun menyetujui hal tersebut.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!