Shintia adalah seorang gadis yang mempunyai banyak teman laki-laki. Dia seorang gadis miskin yang mau di ajak berkencan siapa saja asalkan mendapatkan bayaran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jamal Nurcahya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32
" Mama nggak pingin pisah dari dulu karena mama nggak mau nyusahin kamu nak" Ucap Rita yang kembali terisak.
" Mama tanggung jawab Abraham jangan mikir mama bikin Abraham susah...lebih baik mama lepaskan papa dari pada mama menderita" Ucap Abraham yang juga ikut meneteskan airmatanya.
Rita mengurai pelukannya dan melihat Abraham yang juga menangis. Ia menghapus airmatanya Abraham dengan tersenyum.
"Kalau begitu mama nurut apa kata kamu nak, mama sayang sama kamu mama nggak mau kamu ikut sedih" Ucap Rita lembut.
"Secepatnya mama minta cerai sama papa terus kita tinggal di sini aja biarin aja papa ambil rumah itu, Abraham juga sudah punya perusahaan kecil-kecilan" Ucap Abraham. " Kita obati dulu ya luka mama" Ucap Abraham lalu membuka kotak p3k untuk membersihkan luka ibunya lalu memberikan salep.
" Makasih sayang" Ucap Rita setelah Abraham selesai membersihkan lukanya dan membereskan kotak p3k.
"Mama mau makan apa biar Abraham pesankan makan" Tanya Abraham.
"Terserah kamu aja nak, di sini nggak ada bahan makanan memangnya?" Tanya Rita.
"Nggak ada ma, kan Abraham sudah lama nggak tinggal di sini" Ucap Abraham yang berlalu mengambil ponselnya yang berada di dalam jas kerjanya.
"Oh iya mama lupa, mama tidur di mana nak nanti?" Tanya rita berdiri sambil mengelilingi apartemen Abraham karena Rita baru kali ini melihat dalam apartemen Abraham. Ia cuma tau anaknya tinggal di sini dan belum pernah ke sini.
"Di kamar tamu, di kamar Abraham juga boleh ma biar Abraham tidur di kamar tamu" ucap Abraham setelah kembali habis memesan makanan lewat ponselnya.
" Kalau gitu Abraham mandi dulu ya ma, kalau mama mau istirahat terserah mama mau di mana" ucap Abraham lalu pergi masuk ke kamarnya.
***
Di toko bunga ayu sedang mengobrol dengan pemilik toko yang kebetulan sedang ikut berjaga di toko.
"Jadi kamu masih sekolah?"Tanya pemilik toko.
" Iya buk, kalau boleh saya ingin melamar kerja part time Bu" Ucap ayu sopan.
" Tapi saya mau cari yang bisa full kerja di sini" Ucap pemilik toko bingung.
" Saya mohon Bu, saya butuh banget pekerjaan Bu...nenek saya sedang koma di rumah sakit saya butuh biaya untuk melunasi hutang saya" Ucap Ayu memohon dengan mata yang berkaca-kaca karena ingat dengan neneknya.
" Ya sudah, berhubung pekerja saya yang bagian kirim-kirim sedang pulang dan toko ramai kamu boleh kerja di sini mulai besok" Ucap pemilik toko setelah berpikir-pikir.
" Ini beneran Bu?" Tanya Ayu memastikan.
" Iya besok habis pulang sekolah kamu langsung ke sini ya" Ucap pemilik toko itu tersenyum.
" Ya Allah makasih banyak ya buk, makasih... Ayu akan bekerja giat besok buk" ucap ayu bersemangat.
" Iya..." Pemilik toko itu tersenyum melihat Ayu yang begitu antusias.
" Kalau begitu saya pulang ya buk, besok saya akan ke sini sehabis pulang sekolah" ucap Ayu yang berdiri dan berpamitan ke pemilik toko bunga." Makasih buk, Ayu pamit pulang" Ucap Ayu menyalami tangan pemilik toko.
" Iya hati-hati di jalan ya" Ucap pemilik toko mengantarkan Ayu sampai teras rumah.
Ayu pun langsung pulang ke rumah setelah melamar pekerjaan tadi. Sepanjang perjalanan senyuman Ayu terus terukir di bibir.
"Semoga pekerjaan ini bisa menyicil hutangku ke kak Abraham ya Allah... Ayu nggak mau kerja kotor lagi" Di perjalanan ayu bermonolog sendiri.
Sesampainya di rumah Ayu pun langsung membersihkan dirinya terlebih dahulu dan menuju dapur untuk memanasi sup yang tadi siang dari bi Sumi.
Sesudah memanasi sup Ayu pun memasak nasi untuk makan malam nanti. Hari ini ia sendirian karena tadi Shasa sudah bilang tidak bisa menemani nanti malam.
Tok
Tok
Tok
Terdengar pintu di ketuk. Ayu langsung menuju ke teras depan dan membuka pintu ada seorang kurir membawa kotak tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.
" Iya cari siapa pak?" Tanya ayu sopan.
"Apa benar ini rumah Shintia Ayu ?" Tanya kurir itu ramah.
"Iya benar, ada apa pak?" Tanya ayu yang bingung karena dia tidak memesan online.
" Ini ada kiriman dari mas Ryan" Ucap kurir itu memberi tau.
"Ryan?" Gumam ayu lirih namun menerima kotak itu dari tukang kurir. " Makasih pak" ucap ayu setelah menandatangani surat terima.
"Sama-sama, Kalau begitu saya permisi" Ucap kurir itu berlalu pergi meninggalkan pelataran rumah Ayu.
Dengan bingung dan penasaran apa isi kotak itu Ayu masuk lagi ke dalam rumah dengan membawa kotak itu.
Sampai di meja makan ayu menaruh kotak itu dan membukanya.
Sebuah Hoodie warna biru muda. Ada secarik kertas di dalamnya.' Belum waktunya ultah tapi aku nggak mau lupa terus jadi yang terakhir. Happy birthday Ayu...semoga harimu selalu cerah seperti awan biru. Maaf aku bingung mau ngasih kamu apa hanya terfikirkan itu di otakku karena kamu paling suka pakai Hoodie. Semangat terus ya'. Begitu isi dari kertas itu.
Ayu tersenyum membaca surat itu. Ia pun meneteskan airmatanya terharu karena Ryan tidak pernah lupa dengan ultahnya.
Ryan tetap naik dan perhatian terhadapnya padahal sudah berkali-kali Ayu menolaknya. Ayu menganggap Ryan sebagai kakaknya sendiri. Karena hubungan pertemanannya cukup lama hampir 6 tahun karena mereka bareng sejak SMP.
Ayu mengambil ponselnya lalu mengirim pesan ke Ryan.
[Ayu: Makasih ya kak...aku suka hadiahnya, selalu jadi yang pertama ingat dan ngucapin]. Isi pesan Ayu dengan emoticon tertawa.
Tidak lama Ryan pun membalas pesan dari ayu. Ntah memang menunggu atau sedang memegang ponsel.
[Ryan: iya sama-sama...hehe aku nggak mau kalah cepat yu, harus paling utama J. Balas Ryan dengan emoticon tertawa juga.
[Ayu: Iya deh...itu harus ya karena sudah dari dulu seperti itu].
[Ryan: Iya dong... Udah makan malam belum?].
[Ayu: Bentar lagi kak nungguin nasinya matang].
[Ryan: Mau aku kirim makanan aja? Tadi belum sama kuenya. Besok nyusul ya ]. Balas Ryan dengan emoticon meringis.
[Ayu: Nggak usah kak udah mateng ni...ya Allah nggak ada kue juga nggak papa kak ayu juga nggak minta. Lagian nggak ada temennya makan kayak tahun lalu kak].
Ayu menaruh ponselnya di meja. Ia pun memindai setiap sisi rumah yang begitu sepi. Biasanya selalu rame bercanda dengan neneknya. Tak terasa air mata Ayu luruh begitu saja. Ia begitu rindu dengan neneknya.
Dengan langkah pelan ayu masuk ke kamar neneknya dan duduk di pinggir ranjang. Ayu mengusap bantal milik neneknya. Di meja dekat ranjang ada sajadah, mukena dan tasbih. Ayu mengambil mukena neneknya dan memeluknya.
Ia menangis sesenggukan mengingat keadaan neneknya. Mengingat masa-masa bersama neneknya. Ayu tidur di pinggir ranjang neneknya sambil memeluk mukena neneknya dan masih menangis tersedu-sedu. Saking lamanya ia menangis ayu pun terlelap di kamar neneknya.
****
::::>>>>>
lanjut Thor.
lanjuttttt