Konon ada sebuah kejadian mistis, roh seorang dukun beranak yang tidak sempurna. Mendatangi setiap warga dengan wujudnya seperti di kala dia hidup, terkadang membuat lupa jika Bu Inggit sudah meninggal ketika orang yang tak sengaja berpapasan dengannya. Kematian Bu Inggit yang tidak wajar masih menjadi misteri di desa, mungkin karena sebab itu rohnya masih gentayangan. Teror tidak berakhir, semua warga di sana menjadi tumbal, tidak akan ada yang lolos, seperti kutukan semuanya meninggal dan akan kembali ke tanah kelahirannya. kecuali, keluarga Asih yang berhasil melarikan diri ke kota 13 tahun berlalu teror itu datang menjadi bumerang untuk kehidupan keluarganya, bagaimana perjuangan Citra, cucu dari Asih yang tidak tahu apapun dan harus berjuang menanggung semua nya, berjuang untuk tetap hidup dan mencari sendiri jawaban yang tersembunyi. Apakah citra bisa melewatinya? Atau takdir membuatnya mati seperti yang dikatakan teror itu, jika tidak akan ada yang selamat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Siti Nurhasanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Citra sadarlah!
1 Minggu kemudian ...
Air hujan berjatuhan menerpa apa saja yang ada di bawahnya, suaranya memecah sunyi di tengah kehangatan orang-orang berkumpul di ruangan itu, namun semuanya bungkam, tidak seperti suara rintik hujan yang terus berdatangan.
Andre melamun menatap lemah dari balik kaca yang memperlihatkan seorang perempuan, teman di dalam ruangan itu yang melamun sejak seminggu terakhir sampai sekarang ini. Setelah ruqyah hari pertama bersama pak ustad dilakukan, Citra sudah sadar namun kesadarannya itu menampakan kesedihan terdalam yang dia telan dalam diamnya. Citra bungkam tak merespon siapapun yang bicara padanya.
"Andre! Kau bisa bicara dengan teman mu?" Ayah Andre bertanya kebetulan ayahnya Baru datang bersama Ibunya. Seminggu ini Andre tetap tinggal di rumah sakit, sedangkan ayah dan Ibunya selalu datang menemani seperti sekarang.
Andre menggelengkan kepala.
Ayahnya hanya bisa menarik napas, menandakan pasrah, untuk urusan hati manusia tidak ada yang bisa menebak dan mengobatinya. Bersyukur sekali meski setelah mengetahui semuanya cerita dari Pak Ustad dan Andre, tentang kasus Citra, tapi akhirnya orang tua Andre tetap memutuskan untuk menolong Citra, mendatangkan seorang pengacara dan mengurusi kasusnya sampai tuntas. Termasuk membongkar praktik Bejat dari RSJ sebelumnya.
"Kamu harus makan! Anak umi ini tidak boleh lemah!" Ucap Ibunya mendekat dan memeluk Andre memberikan semangat bagi Andre, karena sudah capek hati melihat Andre yang murung seperti itu.
Ketiganya melihat ke arah Citra yang masih diam saja dengan tatapan kosong. Penampilan Citra dan kisahnya yang menyedihkan, tidak ada satu anak pun yang bisa menerima kabar buruk itu, begitupun Citra jika akhirnya dia tahu. Karena sampai sekarang Andre belum bicara tentang kasusnya yang ditangani polisi, juga kematian Ibunya. Anehnya, Meksi Andre belum cerita namun Citra tampak sudah mengetahui semuanya.
"Ruqyah selanjutnya bisa dilakukan kan? Pak ustad pasti datang lagi kan?" Ayahnya tampak paling serius dengan urusan Citra.
"Pak ustad datang sekitar sesudah isya Abi." Jawab Andre.
####
Dalam penglihatan Citra, sesuatu yang tidak dilihat Andre maupun siapapun di dunia ini. Di sisi kanan dan kirinya adalah sosok ayah juga ibu yang dia lihat dalam wujud lain. Dalam kondisi koma citra mendapatkan penglihatan itu, juga menyaksikan semua kenyataan yang tidak diceritakan oleh siapapun padanya. Termasuk masalah terbesar keluarganya, dan juga kasus dirinya dengan kepolisian.
Percaya tidak percaya, namun citra menginginkan jika semua yang dia lihat adalah sesuatu yang salah, bukan sebuah kenyataan yang harus dia hadapi.
Semua kesedihannya sudah dia lewatkan, menjadi orang yang paling kesepian, tenggelam sendiri dalam rasa sedih tanpa siapapun, melihat sendiri bagaimana adegan dirinya membunuh Ayah tercinta dengan tangan kotornya itu, juga melihat bagaimana ibunya meregang nyawa di tengah-tengah perawatan medis. Melihat bagaimana neneknya membunuh Mang Ahmad, dan terakhir menjadi orang yang paling membenci dirinya sendiri.
Sekarang, yang ada hanya versi dirinya yang sudah menyerah untuk kehidupan selanjutnya. Meski dia sudah siuman, rasanya tidak adil karena hukuman itu terlalu berat jika harus memilihnya hidup. Lantas untuk siapa lagi dia hidup sekarang? Untuk melihat semua yang tak kasat mata dan membuatnya frustasi?
Meski pemikiran Citra sebaliknya, tanpa sadar ada satu orang lagi yang sedang memperjuangkan hidup untuknya, melihat bagaimana Citra sedih, dan memikirkan juga mengkhawatirkan apa saja yang akan membuat Citra sedih.
Andre tetap melakukan ikhtiar dalam islam. Bersama Pak ustad Andre melakukan tahapan ruqyah di rumah sakit, namun belum sampai memandikan Citra. Saat ini hanya upaya untuk membuat Khorin itu jauh dan tidak melihat Citra.
"Ibu ataupun Bapak harus mandi dengan air garam yang sudah di doakan ini. Berdoa dan minta atas se izin-Nya mudah-mudahan kita semua dijauhkan selalu dari Bala. Untuk doa dan bacaan di rumah masih sama. Dan sebagian air juga dipakai untuk rumah seperti biasa!" Pak ustad menjelaskan langsung ketika berpapasan dengan Abi dan Umi nya Andre.
"MasyaAllah, Bapak baik sekali. Mudah-mudahan Allah membalas kebaikan Bapak yang sudah memberikan pertolongan untuk anak saya!" Ucap seorang lelaki berusia sekitar 58 tahun.
Pak ustad tersenyum. "Kita hanya bisa berikhtiar, Bu dan Bapak ini hanya ikhtiar semata, semoga Allah meridhoi." Balas Pak ustad.
Abi dan Umi sudah mengantongi Air satu botol penuh ukuran 2 liter.
Pak ustad menatap Andre dengan tatapan bangga. "Alhamdulillah, masih ada anak muda yang peduli pada sesama. Semoga banyak hati yang tergerak dan bisa seperti nak Andre!" Pak ustad merasa bangga.
Andre hanya merasa malu, seingatnya dia juga sudah lalai dalam urusan kewajiban. Tapi untuk sekarang Andre sudah bertekad akan memperbaikinya.
Pak ustad menatap ke arah Citra dengan tatapan penuh harap. "Apakah sudah bisa mengunjungi pasien?" Pak ustad bertanya pada Andre. Andre bertanya-tanya maksud pak ustad. "Saya harus bicara dengan neng Citra. Sudah saatnya dia beribadah dan melakukan kewajibannya!" Ucap Pak ustad.
"Tentu saja, perawat sudah memberitahu saya dari kemarin agar terus mengajak citra bicara sampai dia bisa merespon." Andre bersemangat karena dia juga tak sabar ingin berbicara dengan citra.
"Biar saya yang masuk sendirian. Tolong untuk tahan pintu untuk saya! Apapun yang terjadi jangan biarkan saya keluar sampai sekitar 30 menit ini!" Pak ustad rupanya mempunyai sebuah tindakan yang hanya dia dan citra saja. Andre tampak menimbang bingung, tapi dia tetap saja pada akhirnya menganggukkan kepala tanda setuju.
"Semua yang di luar tolong untuk berdoa dan mengaji!" Pinta pak ustad, tanpa menjelaskan yang lainnya lagi pak ustad langsung mendekat ke arah pintu dan masuk ke dalam ruangan itu, meskipun begitu gorden dari jendelanya dibiarkan terbuka agar Andre bisa melihat.
Pak ustad melangkahkan kakinya semakin dekat dengan Citra. Meski tahu dengan kedatangan Pak Ustad namun Citra masih tak bergeming.
Pak ustad menatap Citra semakin penasaran. Hatinya juga bertanya-tanya mengapa Citra tidak bisa pulih seperti seharusnya, padahal jin yang mengganggunya juga sudah dikeluarkan karena ikhtiar ruqyah pertama.
"Assalamualaikum... Habib Muhamad Yusuf..." Seketika membuat tercengang. Suara Citra terdengar lain, setelah mengucapkan salam wajah Citra akhirnya menoleh ke arah Pak Ustad. dengan cara bicara Citra membuat Pak ustad terkejut, panggilan itu, suaranya persis seperti yang dia dengar dengan mendiang ayahnya. Namanya Yusuf Ali tapi ayahnya selalu memanggil Habib.
Saking terkejutnya Pak Ustad sampai tidak bicara dan membalas salam. Citra menoleh dan langsung nyengir dengan senyuman itu.
Hi....hi...hi...hiiii..
Suara tertawa cempreng yang khas membuat Pak ustad langsung terhenyak kaget.
"Astaghfirullah..." Pak ustad sampai terkecoh sendiri. Dia lupa jika untuk yang meninggal maka semua rohnya sudah pergi kepada sang pencipta.
Kini tatapan pak ustad berubah nanar. Melihat jin yang selalu ikut campur dan menyesatkan pikiran manusia adalah musuh terbesar semuanya. Pak ustad tak akan mengenal ampun jin yang sudah berbalik datang lagi.
"Ampun Kang Mas! Saya hanya melihat jiwa anak ini kosong. Saya datang untuk menyapa saja!" Suara citra terdengar lain lagi. "Habib Yusuf... Apakah kau sudah pantas dipanggil seperti itu?" Suaranya berubah lagi menjadi khas laki-laki.
Pak ustad tak menunggu lama dia langsung membacakan doa ruqyah dan berusaha mengeluarkan semua yang mengganggu Citra dan berusaha menguasai dirinya.
"Citra! Jika kau ingin hidup dan melihat masa depan orang tua mu, maka hiduplah dengan layak. Tapi jika kau sudah tidak ingin membuat masa depan untuk orang tua mu kau boleh seperti ini seterusnya!" Ucap Pak Ustad berharap citra benar-benar bisa meresponnya. "Kau hidup karena ibumu menginginkannya. Jika kau sudah tak menginginkan Ibumu kau bisa mati!" Pak ustad terus memancing agar bisa menggerakkan hati citra. "Kau sendirian, lebih baik menyedihkan seperti ini saja! Lupakan Andre yang sudah mengetahui semuanya tapi dia tetap diam dan menjaganya untuk mu. Lupakan saja!" Teriak Pak ustad setengah memaki Citra. Pak ustad juga tampak sudah putus asa, sebenarnya mengapa hati citra masih tidak tergerak juga.
Detik-detik terakhir pak ustad selesai membacakan doa, tiba-tiba bola mata citra mulai bergerak dan menatap lurus ke arah Pak Ustad. Tatapannya dalam dan penuh makna.