Rabu Kliwon
"Siapa yang melahirkan , Bu?" Tanya pak Bari yang langsung menebak kesibukan istrinya yang sudah sepuh berkemas, memilah beberapa racikan orang menyebutnya bau-bauan, biar tidak ada jin atau setan yang mendekat.
Suuut ... "Famali." Cegah Bu Inggit pada Suaminya itu sambil kembali sibuk berbenah.
"Bapak antar? Kemana?" Pak Bari bertanya lagi, tidak mungkin tega membiarkan istrinya yang sudah sepuh di tengah malam seperti ini harus keluar rumah.
Pak Bari masih sabar sembari mengikuti Bu Inggit yang sibuk mencari-cari sesuatu dari dapur lalu ke kamar lagi.
"Bu, mau kemana sih? Ibu tahu malam ini malam apa?" Pak Bari mulai bicara tentang rasa cemasnya.
Bu Inggit balik melotot ke arah Pak Bari. "Suuuttt... Jangan banyak omong!" Bantahnya lagi.
"Ibu ini udah tua, lagian udah ada bidan toh Bu, kenapa sih harus tetap berangkat?" Pak Bari semakin cemas. Apalagi malam ini adalah malam Rabu Kliwon. "Aku panggilkan si Anton ya!" Ucapnya lagi masih kekeh.
"Buat apa Pak? Aku udah mau berangkat ini." Bu Inggit benar-benar tidak bisa dihentikan saat malam itu.
"Ibu mau berangkat kemana dulu?" Pak Bari menarik tangan istrinya ketika tampak Bu Inggit sudah akan membuka pintu.
"Pak, udah tua masih saja percaya yang gituan. Udah ibu mau berangkat dulu, kasian ada yang perlu bantuan ibu Pak!" Bu Inggit menaikan nada bicaranya.
Apa boleh buat Pak Bari hanya bisa menahan mulutnya untuk bicara lagi. Benar-benar aneh, di mata Pak Bari sikap istrinya yang tak biasa itu membuat dia tidak bisa tenang.
Pak Bari duduk di kursi seperti orang linglung, dia melamun dan masih bergelut dengan rasa cemasnya itu. Pikirannya benar-benar bingung, mungkin faktor usia juga jadi dia tidak bisa cepat memutuskan tindakan yang lebih baik.
Tok... Tok... Tok
Suara pintu terdengar diketuk.
Pak Bari dikagetkan dengan suara pintu itu, dia berdiri terperanjat dan ragu-ragu mendekat.
"Pak! Buka Pak!" Terdengar suara yang tidak asing dari arah luar.
"IBU!" Ucap Pak Bari kaget sambil memburu pintu dan segera membukanya.
"Bapak udah tidur Pak? Ibu capek banget ini. Untung tadi si Anton ada nganter Ibu pulang." Istrinya terus bicara. Tapi Pak Bari masih bungkam seribu bahasa.
"Capek banget Pak, tadinya ibu mau nginep aja di rumah ibu restu, tapi gak tau kenapa kok gak tenang ya mending pulang aja." Cerita lagi Bu Inggit sambil menurunkan barang bawaannya kemudian duduk.
"Oh ia, tadi siang ibu lupa gak pamit. Tapi si Retno ada kan datang?" Tanya istrinya. Kemudian saatnya momen mata Bu Inggit menangkap keanehan dari sikap suaminya.
"Pak! PAK!" Sambil memandangi Pak Bari yang diam saja. Bu Inggit menggoyahkan tubuh Pak Bari saat itu.
"Ia Bu, ibu dari mana Bu?" Tanya Pak Bari terdengar seperti bingung.
Bu Inggit tampak menarik napas, entah jengkel. "IBU, TADI SIANG PERGI KE DESA SEBELAH PAK!" Ibu Inggit mulai jengkel. Tanpa menunggu respon suaminya dia langsung berdiri bangkit dan seperti berbenah melepaskan baju di dalam kamar.
Tanpa terlihat dan disadari oleh Bu Inggit, pak Bari dari tadi sudah tampak gemetar tak biasa menahan rasa takut karena sesuatu yang terjadi lagi di rumahnya.
"Pak! Kok di kamar berantakan?" Teriak Bu Inggit dari dalam kamar.
Pak Bari terperanjat kaget mendengar istrinya berteriak.
Tok....tkk...tok....
"Pak! PAK! PAK!" Terdengar suara lirih seperti sangat dekat sekali dari arah pintu.
Mematung mendengarnya, di luar terdengar suara istrinya els sekali, tapi di rumah istrinya juga baru saja datang.
Pak Bari yang bingung menjadi diam lagi seribu bahasa. Apa yang terjadi? Pa Bari tak bisa berkata-kata.
Selama beberapa menit berpikir panggilan di luar pun sudah tak terdengar lagi, hanya sebatas 3 kali panggilan yang terdengar kemudian diam lagi. Begitu pun suara dari dalam kamar. Pak Bari memandangi pintu kamar dengan takut, sekarang dia tidak mendengar suara istrinya yang baru saja datang. Perlahan suasana di sana sangat sepi sekali, menjadi sunyi tanpa ada suara dari siapapun yang bicara.
Pak Bari bingung tidak tahu harus bagaimana. Dalam kondisi lemah karena usianya juga sudah tua, langkah kaki Pak Bari yang sekuat tenaga kedua kakinya itu dia seret untuk melangkah ke arah kamar.
Langkah demi langkah sampai akhirnya dia tiba di depan pintu kamar.
Kedua tangannya yang gemetar mendorong pintu kamar untuk mengecek siapa yang ada di kamar, apakah istrinya masih di dalam.
Dan tanpa disangka di dalam kamar ternyata kosong tak ada siapapun. Pak Bari benar-benar setengah mati merasa takut. Sampai ada sesuatu yang bergerak keluar, seperti rambut dari bawah kolong tempat tidur. Melihatnya sekilas kedua mata Pak Bari melotot takut. Entah apa yang terlihat pada detik itupun Pak Bari langsung pingsan.
####
"Astaghfirullah, udah Ton. Lu udah ikhlas, harus ridho dengan kematian Bu Inggit. Lu udah dewasa juga." Terdengar Bu Retno yang terus bicara menenangkan Anton saat itu.
Pak Bari yang duduk melamun sedikitpun tak bereaksi saat itu menambah kesan yang sangat menyedihkan.
"Nak Anton, Ibu pamit pulang ya." Terlihat dua orang tetangga menyerahkan amplop ke tangan Anton yang masih menangis saat itu.
"Jang. Abah pamit ya! Jag bapak mu tuh!" Ucap Ki Basri sambil menunjuk ke arah Pak Bari.
Rumah Pak Bari seketika dipenuhi para tetangga. Sedangkan yang menjadi mayat di depan orang-orang adalah jasad Bu Inggit. Tadi subuh para warga menemukan jasad Bu Inggit di tengah jalan. Keadaannya sangat mengenaskan sekali, katanya Bu Inggit mati seperti orang melahirkan, ada sesuatu yang keluar dari dalam rahim Bu Inggit, tapi kata yang tahu itu adalah rahim milik Bu Inggit, terjuntai begitu saja keluar.
Naas sekali, tidak ada yang tahu juga bagaimana keadaan keluarga Pak Bari. Kemarin malam istrinya tiba-tiba ada di dalam rumah saat Pak Bari sedang tidur. Ketika bangun di tengah malam Pak Bari melihat istrinya yang sibuk mempersiapkan bekal untuk lahiran orang lain dan pamit pulang. Tak lama istrinya pulang bersama Anton anaknya.
Begitupun sesuatu yang terjadi pada Anton adalah didatangi oleh Ibunya sendiri di tengah malam dan diminta untuk diantar pulang. Anton tak sempat bertanya mengapa malam-malam ibunya itu datang ke tempat pos kamling dan harus diantar pulang, padahal jarak pos dengan rumahnya tidak begitu jauh.
Tidak ada satupun orang yang tahu tentang cerita yang menimpa keluarganya Pak Bari.
Seolah menjadi Kila-kila atau pertanda malam itu adalah memang kematian dari istrinya Pak Bari seorang dukun beranak di desa itu.
Mengenaskan sekali entah apa yang terjadi Bu Inggit meninggal dengan cara yang tragis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
BanxJeki𖤍ᴹᴿ᭄☠
Keren bikin merinding
2024-07-26
0
Nurul Hidayah
merinding parah
2024-07-05
0
オーロラ79
Sumpah!... Baru bab ini aku merinding bacanya kak... Ya Allah!😱
2024-07-04
1