Berawal dari pernikahan yang dipaksakan dan berujung rumah tangga yang di hancurkan oleh pelakor...
Apakah Anita akan menangis dan merebut kembali suaminya??
Ohh.. tidak harga diri itu penting menurut Anita jika memang suami nya lebih memilih pelakor itu yaa serahkan saja itung-itung membantu orang yang tidak mampu mencari mendamping hidupnya. Dan memberikan barang bekas nya pada orang lain selagi masih bisa di manfaatkan kenapa tidak?
Agar tak mubazir ucap Anita.
Jahat memang mulut Anita mengatakan jika suaminya adalah barang, tapi dengan begitu ia tau apa saja yang di lakukan suaminya di luaran sana.
Apalagi soal selingkuh dan KDRT yang pernah di lakukan oleh suaminya semakin membuatnya yakin untuk menyumbangkan suaminya itu kepada orang yang lebih membutuhkan.
Dan kalau dipikir selingkuh itu macam penyakit yang tak ada obatnya selain mati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EVI NOR HASANAH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 Transaksi
"iya nanti Mama bilang ke Papa mu dulu ya..." ucap Mama Amel.
"kalau bisa bujuk Papa mah yaa, aku pengen banget punya usaha sendiri" ucap Putri meyakinkan.
Mama Amel hanya tersenyum mendengar omongan anaknya tersebut.
****
"buat apa mah? Lima puluh itu banyak loh ngak sedikit" ucap Pak Adi setelah mendengar cerita istrinya.
"coba aja bikinkan dulu dan suruh pihak Bank untuk selalu mengirim bukti transaksi apa pun yang keluar dari rekening Putri nanti" ucap Mama Amel.
Pak Adi pun hanya menganggukkan kepala seolah faham atas apa yang di katakan istrinya, dengan begitu ia pun tau uang itu akan di kemanakan oleh anaknya.
Benar di buat usaha atau kah hanya suruhan Ardi.
*****
"nih rekening kamu sudah Papa bikinkan, ingat ya kamu bilang mau buat usaha jadi kamu harus tepati omongan kamu ke Mamah sama Papah" ucap Pak Adi mewanti-wanti anaknya tersebut.
Putri hanya mengangguk mengiyakan perkataan orang tuanya itu.
Setelah berpamitan pada orang tuanya Putri bergegas menjalan kan kendaraan nya untuk pulang ke rumah.
"ehh... Dari mana kamu? Keluar rumah tanpa izin suami, mau jadi istri durhaka kamu?" ucap Ardi.
Putri hanya memutar bola matanya malas, ia sudah tidak meladeni sikap tantrum Ardi. Selain rasa sakit dan bekas kekerasan Ardi kemarin masih ada, ia pun sudah lelah ia ingin segera merebahkan diri di kasur.
"kamu dapat uang dari mana? Kok bisa masak ayam? Ngambil uang ku ya kamu?" ucap Ardi.
Mendengar perkataan Ardi sedetik kemudian Putri melotot aksinya ketahuan oleh suaminya itu lalu alasan apa yang akan ia berikan.
"ng-gak aku nggak ambil uang kamu, emang kamu punya uang? Kan kamu bilang sisa gajinya kamu tabung" ucap Putri tergugup.
Mendengar cara istrinya berbicara Ardi hanya menyunggingkan senyum, ia tau arti dari perkataan istrinya itu.
Sreeeeek....
Ahhh....
"kamu nggak mau kasih tau aku kamu dapat ayam dari mana? Apa memang benar kamu ambil uang aku di dompet waktu kemaren aku mandi?" ucap Ardi sambil menjambak rambut panjang istrinya.
"aku di kasih mama, Reno yang antar tadi pagi, sudah lepas..." ucap Putri berbohong.
Ardi yang cukup puas mendengar alasan istrinya tersebut melepaskan jambakan nya dengan kasar hingga kepala Putri hampir terbentur pinggiran meja jika ia tak sigap menahan badannya.
"aku mau tanya kalau kamu mau nggak mau jawab nggak papa"ucap Putri membuka suara.
Ardi hanya menoleh sekilas.
"kamu ada ambil uang di kios? Kalau boleh tau uangnya buat apa?" tanya Putri dengan nada pelan.
Sreeeekk...
"kamu nuduh aku iya ! Aku ini suamimu yang harus kamu hormati bukan kamu tuduh seperti ini !" ucap Ardi geram hingga ia menjambak lagi rambut panjang istrinya.
"ahhh... Kan aku cuman tanya kalau memang bukan kamu ya tinggal bilang kalau bukan kamu, nggak usah jambak aku" ucap Putri dengan memegangi tangan Ardi pada rambutnya.
Ardi melepaskan tangannya dari rambut Putri.
Kluntiiingg...
Suara ponsel Ardi mengalihkan fokus keduanya untuk melihat siapa yang mengirim pesan.
"makasih udah masuk"
Sekilas isi pesan yang sempat di lihat oleh ekor mata milik Putri.
Ardi bergegas ke dapur mengambil makan tanpa mengajak Putri.
Ia menikmati makanan itu sendiri sembari mengetik sesuatu di ponsel miliknya dan sesekali terlihat menyunggingkan senyum.
Putri yang merasa pusing akibat dari perlakuan suaminya itu hanya bisa merebah kan diri di kasur, tak terasa air matanya mengalir ke bantal yang ia tiduri.
****
"pak maaf ini ada laporan tentang transaksi penarikan uang dari rekening milik Putri pak".
" oh iya terima kasih"
"tapi pak"
"kenapa?"
"transaksinya terjadi di kota C pak bukan di daerah kota Bapak"
"iya terima kasih"
Setelah mendapat telepon dari pegawai Bank Pak Adi memijat pelipisnya, ia mendapat kabar jika rekening milik Putri melakukan transaksi di daerah C.
Daerah itu cukup jauh dari rumah nya butuh waktu sekitar dua jam untuk sampai ke daerah tersebut, untuk apa anaknya berada di sana?
"kenapa pah?" tanya Mama Amel.
Pak Adi pun menceritakan informasi yang ia dapat pada istrinya tanpa ada yang di tutupi.
"lalu apa yang akan papa lakukan?"
"mungkin akan aku bekukan saja mah, tadi sempat mengirim pesan pada pegawai Bank untuk membekukan rekening milik Putri" ucap Pak Adi.
Pak Adi bingung apa yang di lakukan anaknya hingga ke daerah itu, apa yang di cari oleh anaknya?
*****
"berapa totalnya mbak"
"satu juta dua ratus mbak"
"ini pas ya makasih"
Anita sedang berbelanja kebutuhan sekolah anaknya, dari seragam, tas, sepatu hingga printilan lainnya.
Ia berbelanja sendiri jika suaminya tak bisa menemani, ia membelokkan kendaraanya tepat di depan swalayan ia ingin berbelanja di tempat berAC sekalian ngadem.
Anita mengambil perlengkapan dapur dan kamar mandi di mulai dari sabun, shampo, sikat gigi, dan bahan yang lain.
Tak lupa ia juga mengambil cemilan dan minuman kesukaannya anak dan suaminya.
Mulai dari Snack, minuman botol seperti teh, susu, minuman bersoda dan ice cream.
Setelah di rasa cukup ia bergegas ke kasir dan melanjutkan jalan pulang.
"memborong mbak ? Banyak amat, suaminya habis gajian ya?" tanya Bu Sindy.
"iya" jawab Anita singkat padat dan jelas. Sejak kejadian itu Anita hilang respek pada tetangganya itu, hanya saja Anita masih mau berlaku sopan padanya jika ia di sapa akan di jawab ala kadarnya oleh Anita.
Emangnya susah kalau sudah sakit mah, bukan dendam lebih tepatnya sulit melupakan.
Anita masuk ke dalam rumah menata barang belanjaannya ke rak yang ia bikin sendiri untuk menata barang belanjaan nya.
Setelah selesai ia beranjak untuk pergi mandi, setelahnya ia mengambil beberapa cemilan untuk menemaninya membaca novel.
Sering kali ia di marahi oleh suaminya untuk tidak terlalu sering bermain ponsel dalam waktu yang cukup lama.
Namun apa daya jika sudah hobby, apalagi jika Anita menemukan novel yang ia suka.
Ia akan membaca marathon hingga ia lelah sendiri, dan akan menghentikan bacaan novelnya.
Hingga tak terasa sudah jam empat sore ia segera menekan tombol samping ponsel nya untuk mematikan layar, menandakan bahwa ia sudah selsai dengan ponselnya.
Ia segera mengambil sapu untuk menyapu rumah, mencuci piring dan memasak menu makan malam dan tak lupa memasak nasi.
Masa iya sayur dan lauk sudah matang nasinya nggak ada?
Setelah semuanya selesai ia bergegas mandi sambil menunggu kepulangan suaminya dari bekerja.
Sedangkan Kiky menginap di rumah mbahnya di gang sebelah, butuh waktu dua puluh menitan untuk mencapai rumah orang tua Anita.
Mungkin Anita dan Diyon mau pacaran kali bulan madu gitu.
Setelah selsai mandi dan baru saja Anita keluar dari kamar mandi ia di kejutkan dengan tangan yang melingkar di perutnya, ia yang paham tak langsung berteriak malah ia membalikkan badan untuk melihat suaminya itu.
"hmm... Harum ganti sampo lagi ya? Wangi beda" ucap Diyon.
Suaminya itu selalu hapal dengan apa-apa yang ia kerjakan, apa kesukaannya dan wewangian seperti apa yang di senangi istrinya pun ia hapal.
"he he he iya nyoba shampo yang lain, udah sana mandi ntar aku ambilin handuk.
Habis mandi kita makan bareng" ucap Anita memberi perintah.
"habis makan? " tanya Ardi sambil menaik turunkan alisnya dengan pandangan mesum.
Ada yang bisa tebak habis makan mereka mau ngapain?