Berawal dari sebuah mitos yang diceritakan dari mulut ke mulut cerita itu mulai menjadi kenyataan. Satu persatu warga meninggal, mereka dibunuh, darah mereka diambil untuk kelangsungan hidup entitas lain yang mengancam kehidupan.
Beberapa remaja desa mulai mencari tahu tentang makhluk tersebut demi menghentikan tragedi mengerikan.
Makhluk itu ada diantara mereka, dia menyamar untuk memangsa.
*
Cerita ini karya orisinil author, mohon untuk tidak melakukan plagiat. Mari kita saling menghargai dan mendukung.
Jangan lupa ikuti ig @aca_0325
Terimakasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Kondisi di dalam rumah cukup gelap, rumah yang terbuat dari batu itu hanya ada ventilasi kecil yang tidak cukup untuk menarik banyak cahaya dari luar. Melati merogoh kantong rok sekolahnya, mengambil ponselnya lalu menghidupkan senter dan mulai mencari kamar nomor tiga. Ada banyak pintu-pintu yang berjejer, semuanya nampak sama. Ada sekitar delapan pintu yang sepertinya harus di periksa satu persatu.
Tak punya pilihan Melati harus memeriksa seluruhnya.
"Eh, bukannya lebih baik aku hitung mulai dari pintu masuk ya? kayaknya urutannya gitu deh," gumam Melati.
Ia mulai menghitung kamar yang berjejer, setelah menemukannya ia segera masuk kesana.
...*...
Nia mulai mencari kamar nomor tiga yang dikatakan oleh Asep. Tapi, memasuki rumah serba hitam dengan pencahayaan minim membuat bulu kuduknya meremang, tangannya tanpa sadar menarik ujung seragamnya. Matanya berpendar ke sana kemari, rumah ini tidak memiliki perabotan, hanya ada beberapa kamar dengan kain hitam sebagai daun pintunya.
Gadis itu melangkah pelan kearah pintu ketiga dari jejeran pintu-pintu tersebut, tangannya menyibak pelan kain hitam tersebut lalu masuk kedalam ruangan itu dengan cemas.
Ruangan berbentuk persegi itu diterangi oleh satu lampu minyak yang diletakkan di sudut ruangan, ada ranjang terbuat dari batu di letakkan menempel pada dinding. Nia mendekat, setelah dilihat lebih dekat ternyata diatas ranjang tersebut ada gaun berwarna hitam, tangan Nia terulur untuk mengambilnya.
Gaun berlengan panjang dengan belahan dada sedikit rendah. Apa ini gaun pengantin yang dikatakan Asep?
"Nia!!"
Nia menoleh ke pintu, dilihatnya melati mengenakan seragam sekolah berdiri disana dengan nafas memburu.
"Kak mel, ngapain disini?" Tanya Nia heran, sedetik kemudian ia tersenyum, barangkali Melati di minta Asep datang kesini sebagai pendamping pengantin. Memikirkan hal itu suasana hatinya menjadi baik, ia tersenyum ceria lalu sambil memegang gaun menghampiri Melati.
"ayo, pulang!" Melati menarik tangan Nia hendak membawanya keluar.
"Tapi, kan kata bang Asep kami akan menikah disini."
"Tidak ada pernikahan, Nia. Sadarlah, bang Asep nggak akan mau menikahi kamu," kata Melati. Ia mungkin bukan orang yang berpengalaman dalam hubungan percintaan, tetapi, ia masih bisa membedakan orang yang mencintai kekasihnya tulus dengan orang yang hanya menjalin hubungan dengan seseorang untuk tujuan tertentu.
" Apaan sih, kak. Bang Asep akan menikahiku, dia sedang menyiapkan pernikahan kami."
Melati mengusap wajahnya kasar, matanya melirik pada gaun yang dipegang Nia.
"Itu gaun pengantinnya?"
Nia mengangguk antusias.
"kamu nggak ngerasa aneh? Biasanya gaun pernikahan identik dengan warna putih atau warna lainnya yang lebih cerah," Melati merasa aneh dengan gaun tersebut, kalaupun ada orang yang ingin menikah dengan tema gelap, harusnya warna gaunnya tidak hitam kosong seperti itu. Gaun tanpa ornamen apapun, tanpa tambahan perna-pernik, gaun itu hanya polos dengang warna sepekat malam.
Apalagi gaun itu mengingatkan Melati pada orang misterius yang selama ini masih berada di desa Agrosari.
"Aku nggak peduli kak. Aku akan menunggu bang Asep disini, sebentar lagi dia pasti akan datang." Ucap Nia tetap kekeuh dengan pendiriannya.
"Ya, sudah, aku temanin." Tidak tega dengan gadis itu akhirnya Melati memutuskan untuk menemaninya. Ia kemudian duduk diatas kursi batu yang ada di dekat ranjang.
"Aku akan memakai gaunnya," ucap Nia lalu ia segera melepaskan seragam sekolahnya dan mengenakan gaun yang ternyata pas sekali di tubuhnya.
"Bagaimana kak?" Tanya Nia berputar di depan Melati.
Melati tertegun sebentar, Nia tampak cantik dalam balutan gaun serba hitam itu namun tetap saja ada perasaan tidak nyaman melihatnya.
"C-cantik kok," kata melati.
Gadis itu tersenyum lebih lebar, Asep pasti akan terpesona melihatnya. Ia hanya perlu menunggu sebentar lagi kemudian bisa memiliki pria idamannya itu seutuhnya.
Waktu perlahan berlalu, tidak terasa hampir dua jam Sultan menunggu diluar. Namun, orang yang ditunggu tak kunjung datang, pria itu dengan cemas berjalan mondar-mandir di dekat pintu sambil berpikir apakah ia harus masuk sekarang atau menunggu sebentar lagi.
tap...
tap...
derap langkah terdengar dari luar halaman tak lama kemudian terlihat seorang pria dewasa memakai jas hitam serta blankon berjalan melewati gerbang batu. dari derap langkahnya, Sultan bisa mengetahui kalau orang itu memakai sepatu pantofel, aneh sekali ada orang yang datang ke tempat ini dengan setelan seperti itu.
Ah, aku tidak boleh berburuk sangka. siapa tahu dia adalah pemilik rumah ini sekaligus orang yang akan menikahkan Nia dengan bang Asep. Batin Sultan mencoba menenangkan hatinya yang risau. Ia tersenyum lalu menghampiri orang yang baru datang.
"Selamat sore, paman." Sapa Sultan, dengan sopan menundukkan sedikit kepala sebagai penghormatan untuk orang yang lebih tua.
Pria itu tidak menjawab, matanya memperhatikan Sultan dari atas sampai ke bawah. Sementara kedua tangannya tersembunyi dibelakang tubuhnya, dia terlihat tenang juga berwibawa.
"Ada apa?" Suara orang itu keras sekali meskipun dia hanya berbicara santai.
" Saya Sultan, paman."Sultan mengenalkan diri,
"Saya Anzan," Pria bernama Anzan itu lagi-lagi memperhatikan sekujur tubuh Sultan seakan ingin menguliti, "Ada keperluan apa?" Tanyanya lagi.
"Saya tadi datang bersama teman saya, dia ada didalam sedang memakai gaun pengantin." Kata Sultan.
" Begitu? Baiklah, mari kita masuk kedalam menemuinya."Anzan yang sedari tadi berwajah datar langsung tersenyum, dia mengajak Sultan untuk masuk.
Sifat pria itu berubah menjadi sangat ramah, hal itu tentu membuat Sultan semakin tidak tenang. Apalagi dengan cuaca yang mendung sejak tadi membuatnya merasa kian tidak nyaman.
Sial. Tidak ada sinyal lagi. Sultan menggerutu dalam hati ketika melihat ponselnya yang tidak ada sinyal sama sekali.
"Kenapa? kamu nggak mau masuk?" Tanya Anzan yang sudah membuka pintu rumah.
"Oh, iya," Sultan segera mengikuti Anzan yang sudah lebih dulu masuk.
"Jangan masuk kedalam!" Seseorang meraih pergelangan tangan Sultan dan menghentikannya tepat di depan pintu.
"Alisa?" Ada keterkejutan di wajah Sultan melihat adik kelasnya itu tiba-tiba ada disini. Alisa juga masih memakai seragam sekolah, rambutnya yang selalu tergerai menjuntai sampai sebatas punggung serta bola mata emerald yang membuat gadis itu terlihat semakin misterius.
"Jangan masuk," Alisa menarik Sultan ke samping rumah.
"Aku harus masuk kedalam. Melati dan Nia ada didalam, Al." Kata Sultan, ia tentu hanya mengkhawatirkan Melati, karena gadis itu adalah orang yang paling dekat dengannya.
"Nggak bisa,"
"kenapa?"
"Aku tidak bisa menjelaskan. Tapi, kau tidak bisa masuk kedalam sana."
"Melati ada didalam. Aku tidak akan membiarkan dia berada dalam bahaya," Sentak Sultan kemudian tanpa mempedulikan Alisa, ia segera masuk kedalam.
Alisa berdecak kesal, tangannya terkepal erat hingga memerah. Matanya berkilat tajam, kemudian ia juga ikut masuk kedalam rumah itu. Bodo amat jika ayahnya marah, ia sudah tidak peduli lagi.
...***...
jangan lupa vote, komen dan subscribe yaa
follow IG @aca_0325
kenapa Nia tdk dibangkitkan seperti Dewi?
apakah Baron yg culik bayi sbg syarat buat hidupin Nia?
apakah mereka dr awal sdh mentargetkan melati?
desa ini, benarkah ada manusia nya?
selain Mahendra dan sultan, sekarang pun aku curiga melati jg sebenarnya bagian dr makhluk kegelapan, hanya blm.menyadari... Krn keluarga melati sendiri bagiku memcurigakan...
dan lagi Krn liat Baron dg mudah membangkitkan sosok yg dah terkubur demi membangkitkan kembali Nia...
knp hanya orang tua yg tau...
apakah Asep yg minta makhluk kegelapan buat bunuh manusia tp utk apa? merusak perjanjian?
tp siapa yg udah bawa Hendra ke pesta waktu itu ya?
kl melati dan sultan kan diajak sama Alisa..
ada rahasia apa di buku itu?
klpun ada yg nyulik apakah Asep ato suruhan Gideon buat mancing melati... hmmm🤔
btw, knp melati bs jd incaran Gideon jg ya selain Arion 🤔