Skuel Terra The Best Mother
Lanjutan kisah dari Terra kini berganti dengan. tiga adik yang ia angkat jadi anak-anaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PESONA RION
Usai drama penyerangan di markas WhiteFox. Piere dipulangkan Virgou ke dalam peti mati. Tentu, pria itu belumlah meninggal dunia.
Pria dengan sejuta pesona itu membius Piere hingga tak sadarkan diri. Peti tetap diberi lubang cukup banyak agar Piere masih mendapatkan udara ketika ia sadar.
Virgou menerbangkan peti itu dengan jet pribadinya. Gomesh, Juan, Juno dan Hendra mengawal peti itu.
Logan yang mendengar klannya di Asia tenggara hancur karena ulah BlackAngel hanya bisa terduduk lemas. Ia kehilangan banyak harta akibat markasnya di sana hancur tak tersisa.
"Aku sudah katakan padamu Piere ... Feeling ku kuat jika BlackAngel ikut andil jika Dougher Young diusik. Darah lebih kental dari air," ujarnya penuh sesal.
Pagi buta. Gomesh dan lainnya sampai. Mereka membawa peti di sebuah mobil jenazah khusus warna hitam. Sedang di dalam peti. Piere sudah sadarkan diri.
"Aku di mana?" ujarnya ketika matanya mengerjap.
Ia masih belum sadar, hingga ketika ia terkejut jika sudah dalam peti mati. Piere pun berteriak untuk minta tolong.
"Hei ... jangan kubur aku ... aku masih hidup!"
Tentu tak ada yang mendengar teriakannya. Piere harus menghemat tenaganya. Pria itu berusaha mendengar di mana ia berada sekarang.
Gomesh mengemudikan mobil hitam khusus itu ke dunia hitam. Lambang BlackStar D'Young ada di bamper depan mobil.
Tak ada yang berani mengusik atau mengehentikan mobil itu. Gomesh menekan pedal rem ketika sampai di sebuah markas besar.
Banyak anggota bersiap dengan senjata mereka. Kaca mobil terbuka. Hendra sudah menyiapkan basoka ukuran sendang.
Shuuttt ... duaarr!" ledakan keras terjadi setelah Hendra melucurkan basokanya. Semua orang panik dan ketakutan. Banyak yang terluka dan kemungkinan tewas.
"Kita turun dan siapkan senjata!" titah Gomesh.
Juan, Juno dan Hendra melepas kunci senjata. Mereka keluar dan langsung menembaki lawan yang masih bisa memberi perlawanan.
Logan yang juga sudah bersiap semenjak markasnya dibasoka. Pria itu menodongkan senjata.
"Aku membawa peti mati berisi Piere. Hanya menyerahkan itu lalu pergi!" teriak Gomesh.
Hendra membuka pintu belakang mobil. Peti diturunkan melalui hidrolik.
"Tahan tembakan!" teriak Logan.
Semua tak ada yang menembak. Peti, didorong keras ke arah para anak buah WhiteFox.
"Pierre!" ratap Logan histeris.
"Kalian harus mati!" teriak salah satu anak buahnya.
Dor! Pria yang baru berteriak tadi roboh dengan darah bersimbah di bahu kirinya. Juno menatap dingin pria yang kini mengerang kesakitan. Tak ada yang berani bergerak, bahkan Logan yang penguasa juga gemetar ketakutan.
"Masih ada yang mau berteriak lagi?" tanya Gomesh dengan siratan tatapan membunuh.
Keempat pria bertubuh tegap itu pun pergi dengan langkah tegap. Tak ada yang berani bermain trik menyerang dari belakang. Mereka sangat tahu kecepatan dan kekuatan BlackStar D'Young atau BlackAngel, terutama pria raksasa berkulit coklat gelap itu.
Gomesh dan lainnya menaiki mobil yang mengantar peti mati. Terdengar raungan Logan meratapi Piere yang sebenarnya masih hidup.
"Kita langsung pulang," ajak Gomesh.
Ketiga pria lain mengangguk. Mereka mengikuti atasannya. Tak peduli dengan keadaan Piere dan Logan selanjutnya.
Sedang di Indonesia, Rion sedang asik memeriksa beberapa berkas. Kemarin ia baru saja mendatangi Kapolri, untuk kembali menggaungkan hukuman mati bagi koruptor.
Setelah ia kembali menyuarakan hal tersebut. Banyak teror yang remaja itu dapatkan dari berbagai pihak. Selain Terror. Pemuda itu juga mendapat ancaman pembunuhan.
"Ck ... susah ya jadi orang yang menyuarakan kebaikan?" keluhnya.
Terdengar pintu di ketuk dari luar. Bobby membuka pintu. Sosok cantik dengan balutan sedikit ketat masuk dan membawa beberapa berkas.
"Tuan Muda. Ini adalah berkas dari beberapa perusahaan yang kemarin dan hari ini datang. Sebagian adalah revisi neraca bulan lalu dan laporan hasil rapat kemarin," jelas wanita itu dengan suara seksi.
Rion mengangguk. Berkas diletakkan di atas meja kerjanya. Wina sengaja menunduk dengan sangat rendah agar memperlihatkan belahan dadanya.
Rion bukanlah bayi seumuran Fathiyya yang tak tahu apa-apa. Pemuda itu seakan menikmati suguhan di depannya.
"Apa kau berniat melecehkan dirimu, Wina?"
Wanita itu langsung menegakkan badannya.
"Ti ... tidak tuan muda!" cicitnya takut. Rion menatapnya dengan kilatan sadis. Sungguh ia ingin melempar wanita di depannya itu dengan berkas.
"Aku bersumpah Win. Jika besok kau masih memakai baju seperti ini ...." Rion menggantung kalimatnya.
Wina langsung mengerti. Ia menunduk dengan tangan memeluk dadanya sendiri.
"Saya tidak akan seperti itu mulai sekarang, tuan!” sumpahnya.
Hanya dengan gerakan jari. Wanita itu setengah berlari keluar ruangan. Rion berdecak kesal.
"Anda harus terbiasa, tuan. Wina masih dibatas wajar," sahut Bobby menenangkan pemuda yang kini seperti mau meledak.
"Dia nggak pake BH, om!" sela pemuda itu gusar.
Bobby membelalak. Ia sepertinya harus membuat aturan di kantor untuk masalah baju yang dipakai karyawan.
"Saya akan memperbaikinya, tuan!"
Rion menghela napas panjang. Perlahan ia menatap benda yang dikatakan akan berereksi ketika melihat hal-hal seksi.
"Kok nggak bangun ya?" gumamnya bingung.
"Apa tuan?" tanya Bobby yang tak mendengar perkataan atasannya.
"Tidak apa-apa om ... kita lanjutkan lagi pekerjaan," titah pemuda itu.
Kini dua pria beda usia itu kembali berkutat dengan tumpukan berkas. Haidar berada di perusahaan utama PT Hovert Group Co. Kini, pria itu ditemani Al, putranya. Haidar membutuhkan bantuan dari putranya tersebut untuk menangani semua pekerjaan.
Waktu istirahat makan siang. Rion turun menuju kantin di perusahaan itu. Semua kaum hawa memandangnya dengan tatapan penuh dan mulut terbuka lebar.
Rion menyugar rambutnya ke belakang, membuka dasi dan dua kancing bajunya. Ia melepas jasnya dan ia sampirkan di bahunya. Satu tangannya ia masukkan ke saku celananya.
Perbuatannya itu membuat banyak gadis histeris tertahan.
"Mashaallah ... tampannya," puji salah satu cleaning servis berjenis kelamin perempuan.
Rion hanya menyungging senyuman tipis yang membuat kadar ketampanannya sangat sempurna.
Pria itu memesan makanan langsung.
"Saya ada di meja itu ya," ujarnya sambil menunjuk.
"Iya, tuan," sahut sang pelayan kantin.
Semua heboh dengan ketampanan Rion. Pemuda itu duduk dekat jendela. Ia rindu masa kecil di mana banyak gadis yang menawarinya bekal makanan.
"Apa di sini nggak ada yang bawa bekal ya?" gumamnya lalu terkekeh.
"Ya Allah ... senyumnya indah banget," puji seorang gadis dengan termehek-mehek.
Seorang wanita paruh baya membawa nampan berisi pesanan. Rion tersenyum lalu mengucap terima kasih.
"Sama-sama, den ... aden ganteng banget," sahut wanita itu memuji.
Rion hanya tersenyum ramah pada wanita itu. Setelah ia pergi. Barulah Rion menyantap makanannya.
Usai makan ia kembali menatap jendela di depannya. Memandang beberapa pasang kekasih yang berjalan bergandengan tangan.
"Aku nggak iri ... tapi, kok ngenes ya ... ganteng-ganteng jomlo."
bersambung.
kasihan baby ....
next?