Unwanted Bride (Pengantin yang tak diinginkan)
Nazila Faradisa adalah seorang gadis dari keluarga broken home. Karena itulah ia menutup hatinya rapat dan bertekad takkan pernah membuka hatinya untuk siapapun apalagi menjalani biduk pernikahan. Hingga suatu hari, ia terlibat one night stand dengan atasannya yang seminggu lagi akan menyelenggarakan pesta pernikahannya. Atas desakan orang tua, Noran Malik Ashauqi pun terpaksa menikahi Nazila sebagai bentuk pertanggungjawaban. Pesta pernikahan yang seharusnya dilangsungkannya dengan sang kekasih justru kini harus berganti pengantin dengan Nazila sebagai pengantinnya.
Bagaimanakah kehidupan Nazila sang pengantin yang tidak diinginkan selanjutnya?
Akankah Noran benar-benar menerima Nazila sebagai seorang istri dan melepaskan kekasihnya ataukah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.35
Waktu berganti begitu cepat. Hari ini Noran telah kembali ke Jakarta. Sepulangnya dari Bali, ia dijemput Jay yang kemudian langsung mengantarkannya pulang ke apartemen.
Masuk ke apartemen, Noran disambut dengan kegelapan padahal jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah 9 malam, tapi apartemen itu begitu gelap tanpa satupun sumber pencahayaan yang menyala.
"Kemana dia? Apa dia sudah tidur?" gumam Noran bertanya-tanya.
Noran pun segera menuju ke sakelar dan menyalakan lampu. Karena merasa harus, Noran mengambil gelas lalu menuangkan air dingin ke dalam gelas kemudian meminumnya.
Setelah minum, ia pun menyeret kopernya menuju kamar kemudian segera membersihkan diri. Ia sudah tak sabar ingin merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Tak sampai 10 menit, Noran telah keluar dari kamar mandi kemudian memakai pakaiannya yang tersusun rapi di dalam almari.
Ya, Noran akui, Nazila melakukan pekerjaannya sebagai seorang istri dengan baik terlepas dari hubungan mereka yang kian memburuk. Bahkan pakaiannya selalu tertata rapi, bersih, dan wangi. Apartemen selalu bersih. Makanan pun selalu terhidang. Walaupun hanya masakan sederhana tapi cukup memanjakan ludahnya.
"Ah, kenapa aku jadi merindukan masakan Nazila! Selama di Bali napsu makanku buruk sekali." gumamnya tanpa sadar sembari mengusap rambutnya dengan handuk agar lebih cepat kering.
Noran meletakkan handuk di tempatnya kemudian berjalan menuju dapur. Ia berharap bisa menemukan masakan Nazila, entah itu sisa siang tadi ataupun yang malam ini.
Tapi Noran harus menelan kekecewaannya sebab ia tak menemukan satupun makanan baik di meja makan maupun di dalam kulkas. Bahkan penanak nasi pun kosong dengan kabel yang tercabut. Noran sampai berpikir, apakah Nazila tidak makan di rumah beberapa hari ini sehingga ia tidak memasak sama sekali.
Dipandanginya dapur itu yang entah kenapa terlihat berbeda. Seperti telah lama tidak mengalami sentuhan seseorang.
Karena kecewa, Noran pun hendak kembali ke kamarnya. Namun entah mengapa, tiba-tiba ia justru berhenti di depan kamar Nazila. Ingin rasanya ia mengetuk pintu itu tapi ia urungkan. Mungkin Nazila sudah tidur pikirnya.
keesokan harinya,
Ting tung ...
Ting tung ...
Ting tung ...
"Arrgh, siapa sih yang gangguin aku tidur! Perempuan itu dimana juga kenapa nggak segera bukain pintu?" gumamnya dari balik selimut. Noran mengambil ponselnya untuk melihat jam, ternyata sudah jam 10 pagi. Noran sampai membelalakkan matanya terkejut, ini pertama kalinya ia bangun sesiang itu.
"Pantas saja. Mungkin dia sudah pergi kerja." gumam Noran. Ia pikir Nazila telah berangkat kerja karena itu tidak bisa membukakan pintu.
Noran pun bergegas membuka pintu dan terkejut saat melihat kedatangan mamanya.
"Mama, ngapain ke sini?" tanya Noran. Lalu ia melihat seseorang yang berdiri di samping sang mama. Wajahnya terlihat begitu panik membuat Noran bingung.
"Kenapa ma?" tanya Noran bingung seraya mempersilahkan keduanya masuk .
"Kamu kemana beberapa hari ini? Kenapa ponsel kamu nggak aktif?" cecar Diana.
"Aku ada proyek di Bali jadi aku ke sana. Ini aja baru semalam pulang, emang kenapa? Oh ya, aku emang sengaja nggak aktifin nomor biar bisa berkonsentrasi dengan pekerjaan Noran," ucap Noran santai.
Diana mendadak berang pun seseorang yang juga duduk di samping Diana. Ia menatap Noran dengan amarah yang membuncah.
Diana pun segera berdiri lalu menampar pipi Noran hingga menimbulkan bunyi yang nyaring.
plakk ...
"Dasar anak nggak punya perasaan kamu! Kamu tahu, beberapa hari yang lalu ibu Nazila meninggal lalu kamu bukannya mendampingi, kau justru meninggalkannya sendirian di sini. Dimana hati nurani kamu, Noran! Ya, ampuuun, Nazila, maafkan mama. Bahkan mama dan papa pun tidak datang juga menemanimu." Diana terisak saat mengetahui Noran memang tidak menemani Nazila sama sekali di saat-saat terpuruknya.
"A-apa? Apa mama serius?" tanya Noran terkejut dengan mata membola.
"Sudah, tak perlu berbasa-basi apalagi bersandiwara. Telan saja penyesalan bodoh kalian! Katakan, dimana Nazila? Sudah beberapa hari ponselnya tidak aktif. Dia adakan?" tanya bi Arum membuat Noran membelalakkan matanya pun ibunya.
Mereka pun bergegas menuju kamar Nazila. Namun, setibanya di sana, hanya kekosongan dan kehampaan yang menyambut kedatangan mereka bertiga. Tidak ada tanda-tanda keberadaan orang di dalam sana membuat ketiga orang itu khawatir seketika.