Hantu Penghisap Darah
Hari itu awal januari 2024, dua orang remaja putra dan satu orang remaja putri sedang duduk di balai desa Agrosari. Ketiganya sedang bermain domino dengan sangat akrab dalam pondokan yang terbuat dari kayu, tempat itu memang sering dijadikan sebagai tempat nongkrong.
Melati devani adalah nama gadis yang duduk diantara dua remaja pria itu. Ia memiliki rambut lurus sebahu yang diikat kuncir kuda, berkulit kuning langsat seperti gadis desa pada umumnya. Melati juga memiliki bola mata cokelat madu yang indah, wajahnya berbentuk oval dengan hidung mancung kecil. Ia sebenarnya adalah gadis yang cantik, namun, karena penampilan urakan yang mirip pria membuatnya tidak terlalu dianggap sebagai wanita.
Mahendra anggara remaja pria berusia delapan belas tahun, dia satu tahun diatas melati. Pria itu memiliki potongan rambut cepak dengan fitur wajah agak panjang, wajahnya tidak terlalu ganteng tetapi lebih memancarkan aura maskulin ditambah dengan tinggi badannya yang diatas rata-rata anak desa lainnya.
Yang terakhir diantara remaja itu adalah Sultan Afkar juanda, anak kota yang baru tinggal didesa selama dua tahun. Ayahnya memiliki lahan lumayan luas didesa Agrosari.
"Psttt.. " Sultan memberi isyarat agar kedua temannya mendekat, mereka baru saja selesai main domino.
" kenapa? " Melati celingukan melihat sekeliling balai desa, barangkali ada seseorang yang datang. Tapi, tidak ada, padahal baru jam setengah lima sore tetapi desa sudah lumayan sunyi, tidak banyak orang yang berkeliaran.
" Bener ngga sih rumor hantu penghisap darah itu?" Tanya Sultan hampir berbisik.
" Enggaklah, ya kali beneran ada. " Sahut Mahendra. Anak dari adik kepala desa itu memang tidak mempercayai sesuatu yang berbau mistis padahal ayahnya masih keturunan dari orang yang mempunyai kemampuan supranatural.
" Kalau aku sih yakin ada. " kata melati menimpali.
" Itu cuma mitos yang dibuat keluarga Nek ijah untuk menakut-nakuti, mel. Mana ada hantu yang minum darah. " Ujar Mahendra menambahkan dengan pemikiran logisnya.
" kata siapa mitos? Kamu enggak lihat mayat Rosiana?" Melati menarik kepala kedua temannya lebih mendekat, "katanya ada bekas gigitan di lehernya. Nek ijah yang memandikan jenazahnya, beliau bercerita terdapat tiga bekas gigi di leher Rosiana. "
Angin berhembus kencang menerbangkan beberapa dedaunan kering di halaman. Langit berubah kelabu pertanda sebentar lagi akan turun hujan. Ketiga remaja itu mengbrol cukup serius mengabaikan suasana yang mendadak semakin sunyi.
" Selama dua tahun tinggal disini baru kali ini aku mendengar ceritanya, "Ucap Sultan sambil mulai merenung, ia seakan sudah masuk kedalam cerita yang disampaikan Melati.
" Halah, jangan percaya, tan. Lagipula tidak pernah ada bukti yang valid. Itu rumor kembali mencuat karena cucu Nek ijah sendiri yang sering menceritakan nya. Pendapatku sih keluarga itu halu, menceritakan yang nggak benar untuk menarik perhatian warga." Kata Mahendra sembari menyulut rokok yang ia ambil secara diam-diam saat ayahnya sedang tidur tadi malam.
" Warga ketakutan. Enggak ada yang berani keluar malam, nakutin aja si Tina itu. " Mahendra menggerutu. Tina yang ia sebut adalah cucu Nek ijah, seorang wanita yang sudah lanjut usia yang tinggal di ujung desa. Tina juga dikenal sebagai biang gosip didesa mereka, perempuan dua puluh tahun itu memang suka sekali bercerita kesana kemari tentang hantu penghisap kepala.
Menurut tetua desa juga awalnya cerita tentang hantu itu memang dari buyut Nek ijah jadilah cerita itu diceritakan terus dari generasi ke generasi di desa Agrosari.
" Kalau beneran gimana? "
" Kalau emang itu hantu beneran ada, kukabulkan apapun permintaan mu, mel. " Kata Mahendra lagi.
Saat mereka tengah mengobrol serius orang yang sempat mereka bicarakan lewat. Tina berjalan lumayan cepat, dia seperti terburu-buru kearah ujung desa, rumah neneknya.
" Aku pulang duluan yaa. " Pamit Sultan. Kedua temannya mengangguk.
Sultan setengah berlari menyusul Tina, gadis itu terus berjalan kearah ujung desa.
" Mbak Tina! " Panggil Sultan mensejajari langkahnya dengan Tina.
" Panggil Tina saja." Suara Tina lembut, rambut panjangnya yang dikepang dua terkadang menguarkan aroma vanila.
" Kamu mau pulang kan? "
Tina mengangguk.
"Saya antarkan, " Meskipun sudah tinggal lumayan lama didesa Agrosari, sultan tidak terlalu akrab dengan gadis yang tengah berjalan beriringan dengannya sekarang. Ia sejak datang kesini hanya sering berkumpul dengan Mahendra dan melati.
" Aku bisa pulang sendiri, tetapi kalau kamu memaksa, ya sudah kamu bisa mengantarkanku. " kata Tina mengulum senyum.
Sultan balas tersenyum canggung. Ia melirik Tina, wajahnya manis, ada lubang dangkal dipipi sebelah kirinya saat tersenyum dan tertawa.
" Hantu penghisap kepala, apa makhluk itu beneran ada?" Akhirnya Sultan memberanikan diri menanyakan pertanyaan yang membuatnya sangat penasaran.
" Tentu saja ada. "Jawab Tina, suaranya mengalun lembut seperti suara piano yang dulu sering Sultan mainkan.
" Kamu pernah melihatnya? "
Tina menggeleng, rumah sederhana milik Nek ijah sudah kelihatan. Itu artinya sebentar lagi mereka akan sampai.
" Terus darimana kamu yakin kalau dia ada dan nyata? "
" Aku memang tidak pernah melihatnya disini, tapi, aku tahu dimana mereka tinggal."
"Mereka? Maksudmu mereka lebih dari satu? " Sultan menghentikan langkahnya sejenak.
" Dia beneran ada, sultan. " Tina ikut berhenti, sekarang mereka saling berhadapan. " Dia bukan makhluk halus seperti yang kamu pikirkan. Dia adalah entitas lain yang lebih menakutkan. " Tina menatap lurus ke ujung desa, hari sudah rembang petang, sepertinya ia harus secepatnya pulang dan membantu neneknya menyiapkan makanan.
"Terimakasih sudah mengantarku. " Ucap Tina.
Sultan mengangguk, dilihatnya Tina setengah berlari menuju rumahnya.
Setelah memastikan gadis itu masuk kedalam rumah, ia juga berbalik pergi dan pulang ke rumahnya yang terletak ditengah desa.
Makhluk itu ada.
Dia bukan makhluk halus, dia lebih mengerikan.
Perkataan Tina terus terngiang dikepala Sultan. Bahkan setelah memasuki rumah dan melewati ayahnya yang duduk diruang keluarga, kata-kata masih ia pikirkan.
" Kalau bukan hantu kenapa dinamakan hantu penghisap darah? Apa karena dia minum darah?" Monolog Sultan sembari membaringkan diri diatas ranjang.
" Ah, sepertinya aku harus bertanya pada melati. Dia mungkin lebih tahu, kalau Hendra kan dia tidak percaya. " Sultan mengambil ponsel nya dan menghubungi melati.
" Hallo, tan. Kenapa? " Terdengar grasak grusuk diseberang telepon, melati sepertinya sedang mengerjakan sesuatu.
"Sibuk mel? "
"Apaan sih, kayak sama siapa saja. Mau ngapain emang? " Suara melati agak menjauh tapi masih terdengar jelas.
Trang... Shkk.. Tangg..
Beberapa saat masih terdengar suara grasak-grusuk. Lalu...
Hening.
Mungkin melati menghentikan sementara pekerjaannya.
" Kalau sibuk nanti aku telepon lagi. " Sultan tak enak hati.
" Gak apa-apa, aku sudah selesai. "
" Mel-"
"Yaa... "
" Tadi aku mengobrol sebentar sama Tina. Kata dia, makhluk itu beneran ada. Dia juga bilang kalau hantu penghisap darah itu bukan makhluk halus. "
"Lah terus makhluk apaan?!! "
Sultan sedikit menjauhkan ponsel dari telinga, suara Melati kalau sudah berteriak menggelegar sekali.
" katanya lebih mengerikan dari hantu, mel. Aku mau dengar dong apa aja yang kamu tahu tentang han-"
" Kerumah aja, tan, aku ceritakan disini saja." potong Melati.
Setelah setuju untuk mengobrol dirumah melati, sultan segera mandi dan berganti pakaian kemudian pergi kerumah melati yang hanya berjarak sekitar tiga rumah dari rumahnya.
*
Melati mengajak Sultan duduk di teras belakang, sudah hampir jam enam sekarang.
" Yang pernah aku dengar, hantu penghisap darah itu meminum darah manusia. Kamu tahu kan Rosiana? "
Sultan mengangguk, ia beberapa kali berpapasan dengan gadis itu dijalan sebelum dia kuliah di kota.
" Nah, dia itu enggak ada sakit. Tiba-tiba saja meninggal, dileher nya ada bekas gigitan. Banyak orang percaya kalau dia meninggal karena kehabisan darah. " jelas Melati.
Sultan memang tidak pergi melayat ke rumah rosiana karena saat itu dia pergi ke kota bersama ayahnya. Ia baru pulang dua hari lalu, sementara Rosiana meninggal tiga hari sebelumnya.
" Kedengarannya mirip dengan vampir. "Kata Sultan.
" Asal usulnya cukup ngeri, " kata Melati hampir berbisik, ia melirik ibunya yang sedang memasak, ia menghela nafas lega kala perempuan paruh baya itu tidak menoleh sama sekali.
" Aku lumayan dekat sama kak Tina. Dia mengatakan kalau hantu penghisap darah sebenernya mayat hidup, aku tidak tahu kebenarannya sampai sekarang. Tapi, aku yakin kak Tina tidak mungkin berbohong. " Melati melanjutkan.
Bulu kuduk Sultan langsung berdiri mendengarnya, matanya awas menatap sekitar, khawatir kalau tiba-tiba makhluk yang mereka bicarakan akan muncul.
" Dia tahu dimana tempat tinggal makhluk itu, mel."
Sang surya sudah sepenuhnya terbenam di ufuk barat, perlahan kegelapan mulai melaksanakan tugasnya menggantikan siang.
"Mel, Sultan, masuk kedalam! Sudah maghrib, " Ibu melati berteriak dari dapur.
"Iyaaa, bu, " Sahut Melati lalu mengajak Sultan masuk.
Krakk....
Patahan rating cukup keras terdengar di bawah pohon mangga milik ayah melati. Keduanya kompak menoleh kebelakang,
Krak....
Krakk...
Kembali terdengar suara ranting patah,
"Sepertinya dari belakang pohon mangga. Ayo kita kesana, " Melati mengajak Sultan untuk memeriksa. Barangkali ada orang yang menguping pembicaraan mereka dari tadi.
" Mel, masuk sekarang!! " Suara ibu kembali terdengar.
Mengabaikan ibunya, melati berjalan dengan suara sepelan mungkin kearah pohon mangga.
Keduanya sekarang berdiri dibagian depan, melati mendorong bahu Sultan pelan memintanya untuk memeriksa terlebih dahulu apa yang ada dibelakangnya.
Sultan mengintip sebentar. Tidak ada apa-apa. Menoleh kearah melati lalu memberi gelengan singkat, " cuma ranting jatuh mungkin, " jawaban yang terdengar ambigu.
"Masa sih? Sampai tiga kali gitu, keras lagi suaranya. " Tidak yakin, melati dengan cepat berpindah kebelakang pohon mangga. Memang tidak ada. Tidak ada orang seperti yang melati pikirkan, juga tidak ada rating yang jatuh dan patah seperti yang mereka asumsikan.
" Ayo masuk, ibu sudah teriak dari tadi. "
Namun saat ingin beranjak melati melihat benda putih kecil diantara dedaunan kering. Ia tidak menyadari Sultan sudah masuk kedalam rumah, perlahan ia berjongkok, tangannya meraih benda tersebut.
"Aelah, cuma gigi. Siapa sih yang buang giginya kesini. " Gerutu Melati kemudian melemparkan benda tersebut dengan jijik. Ia segera masuk dan bersiap untuk mendengarkan omelan ibunya.
...***...
Haaiii...Terimakasih sudah mampir dan baca cerita aku. Jangan lupa vote, komen dan subscribe ya😉
Follow IG aku @aca_0325
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ 𝐀⃝🥀kikyᴳ᯳ᷢ ʰᶦᵃᵗ
kayanya beneran vampir deh, tpi masa ada 3 bekas gigitannya, hm! jadi ini makhluk apaan dah? aish bingung
2024-07-08
0
Husein
apa ini cerita vampir?
kok ada gigi yg jatuh...?
ihhh penasaran...
2024-07-02
0