NovelToon NovelToon
SI CUPU YANG TERTINDAS

SI CUPU YANG TERTINDAS

Status: tamat
Genre:Teen / Komedi / Petualangan / Tamat / perjodohan / CEO / Peningkatan diri -peningkatan kecantikan / Peningkatan diri-Perubahan dan Mengubah Takdir / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Pengganti
Popularitas:6.6M
Nilai: 4.7
Nama Author: akos

"
Suatu perkawinan pengganti, mengikatnya erat di sisinya.

Dave adalah pria yang membuat semua orang di kota ketakutan, dia kejam dan bengis, terutama membenci wanita.

Nadia adalah wanita kaya yang diintimidasi oleh orang lain, dan dia sama sengsaranya dengan Cinderella di rumah.

Awal berpikir kalau pernikahan ini akan segera berakhir, dan keduanya akan segera bercerai.

Tanpa diduga, setelah menikah, dia sangat memanjakannya!

""Apakah kamu pikir aku tidak akan tahu jika kamu menyembunyikan identitasmu? Gadis cupu.""

Nadia tampak terkejut, ""Bagaimana kamu bisa tahu?!”"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon akos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 2. AKU TIDAK BOLEH CENGENG.

BAB 2.

Pelan-pelan sekali Nadia menidurkan tubuhnya di Sofa, hingga tidak terasa dia terbawa kealam alam mimpi.

Hampir dua jam Nadia tertidur disana hingga dia harus terbangun karena dia merasa lapar.

"Kenapa sampai ketiduran disini. Ini sudah pukul berapa?," Nadia kembali melihat jam kecil yang ada di pergelangan tanganya.

Seketika itu juga matanya melotot setelah melihat jam kecil tersebut.

"Astaga ini sudah jam tujuh malam. Kenapa Aku selalai ini, jika Aku pulang, ibu pasti memarahiku habis-habisan. Baiknya Aku tinggal saja disini, dari pada harus mendapat caci maki dari beliau. Besok siang saja baru Aku pulang," ucap Nadia bangun dari atas sofa dan melangkah menuju kamar mandi.

Ada sekitar lima belas menit Nadia di dalam bilik kecil itu hingga dia keluar berbalut handuk lalu menuju kesebuah kamar yang biasa dia gunakan untuk beristirahat.

Belum juga dia menutup mata, sebuah pesan notifikanya berbunyi. Nadia menyalakan handphonenya dan mendapati sebuah pesanan kue dari ibu Melati salah satu langganan kuenya selama ini.

Nadia kemudian membalas lalu mengirimnya. Nadia meletakkan handphonenya begitu saja diatas pembaringan.

Matanya memandang keatas plapon dan kembali bayangan Ibu, mawar Ayahnya menari-nari diatas sana.

"Apa mereka benar-benar tidak ada rasa peduli padaku! Apa Aku ini memang tidak ada artinya di keluarga itu. Kenapa tak satu pun diantara mereka ada yang menghubungiku dan Menanyakan kabarku. Di mana Aku sekarang?, Setidaknya menanyakan apa Aku sudah makan apa belum?," air mata Nadia kembali menetes. Keluarga yang selama ini dia miliki benar-benar tidak ada yang peduli dengan dirinya, dia bak orang asing di keluarga itu.

Terkadang Nadia bertanya dalam hatinya, apa dia benar anak dari Rudy dan Yunita?. Kalau iya, kenapa perhatian mereka benar-benar beda dari perhatian Rudy dan Yunita pada mawar.

Sedapat mungkin Nadia mencoba untuk menghilangkan pertanyaan itu dari pikiranya tapi tetap saja pertanyaan yang sama terus muncul dari dalam pikiranya.

Lama Nadia menatap keatas plapon hingga dia tak sanggup menahan air matanya.

"Aku tidak boleh cengeng seperti ini, Aku harus kuat,".

Nadia bangun lalu menuju kearah sebuah lemari kecil dan membukanya. Ada beberapa lembar pakaian yang sengaja dia simpan sebagai pakaian ganti saat dia berada di toko itu.

Setelah berpakaian, Nadia Menuju ke dapur dan merebus beberapa mie instant dan tak lupa mengocok telur dan memasukkan dalam rebusan mie instan tadi.

Setalah dirasa sudah masak, Nadia mematikan kompor dan menuang mie instant yang sudah masak kesebuah mangkok kecil.

Nadia membawa mangkok yang berisi mie instan itu ke sebuah meja kecil yang ada di ruangan dapur.

Ada beberapa menit Nadia menikmati makan mie instant itu, hingga dia kembali berdiri dan menuju ke westafel untuk membersikah semua piring dan wajan yang telah dia gunakan.

Setelah semua sudah bersih, Nadia melangkah menuju ke kamar dan membaringkan tubuhnya diatas pembaringan.

Tidak terasa matanya kembali terpejam dan terbawa kealam mimpi.

Kicauan burung-burung pagi dan kokok ayam jantan menandakan pagi sudah tiba. Mata hari pagi yang muncul di ufuk timur menyapu semua embun yang menempel di daunan.

Nadia pelan-pelan membuka kedua kelopak matanya dan merenggangkan otot-ototnya. Sebelum bangun dari tempat tidur Nadia mengambil hendphonenya diatas kasur untuk memeriksa jangan sampai ada telepon atau setidaknya pesan singkat dari keluarganya.

Lagi dan lagi kekecewaan harus dia terima.

"Baiklah, mulai sekarang, Aku harus kuat. Sampai kapanpun mereka tidak akan pernah peduli padaku. Dan Aku tidak akan membuang air mataku lagi untuk mendapat belas kasihan dari mereka," Nadia meletakkan hanphonya kembali diatas kasur dan melangkah menuju ke kamar mandi.

Setelah melakukan ritual mandinya, Nadi bergegas menuju dapur untuk membuat pesanan kue ibu melati semalam. Wajah sudah tidak semuram kemari. Nadia sudah menetapkan hatinya untuk tidak mau bersedih lagi karena tidak dianggap.

"Ini hari baru bagiku, hari bahagia bagi seorang gadis cupu sepertiku. Ah...bukan cupu, tapi unik itu beda bukan ha ..ha .ha," Nadia tertawa senang sambari mengaduk adonan dalam loyang.

Sejak kecil Nadia membantu Bi Oda di dapur. Mulai dari memasak makanan sehari-hari sampai membuat berbagai jenis kue, baik kue kering maupun kue basah.

Inilah yang menjadi modal besar untuknya untuk bisa bertahan hidup dan membiayai karyawanya.

Tidak lama kemudian terdengar pintu terbuka. Rita membuka pintu toko dengan kunci yang selama ini dia bawa.

Alangkah terkejutnya Rita saat mencium aroma kue dari arah dapur.

"Siapa yang membuat kue sepagi ini?, Apa Nona Nadia yang melakukanya?. tetapi kok pintunya terkunci atau semalam Nona Nadia bermalam karena tidak mau terlambat seperti kemarin?," pertanyaan demi pertanyaan muncul di benak Rita sebelum melangkah masuk.

Tidak lama kemudian Rita pun melangkah menuju dapur dan mendapati Nadia sedang memasukkan kue buatanya kedalam oven.

"Apa Nona Nadia semalam menginap di sini ya?," tanya Rita sambil meletakkan tas dan kunci toko diatas meja.

"Kamu sudah datang Rit!. Iya semalam Aku menginap disini karena takut terlambat seperti kemarin-kemarin," balas Nadia sambil menutup oven kue.

"Terus kue-kue itu pesanan dari siapa?," tanya Rita lagi.

"Pesanan ibu Melati, semalam beliau mengirim pesan singkat padaku. Untuk di bikinkan kue dan harus diantar siang hari ini juga," balas Nadia.

"Oh seperti itu!, baiklah, Apa ada yang bisa Saya bantu?,"

"Tolong kamu buatlah adonan yang sama yang Aku buat tadi. Takaranya seperti sebelum-sebelumnya. Tidak kurang dan tidak lebih," balas Nadia mengeluarkan tepung terigu dan beberapa bahan kue dari dalam lemari.

"Beres Nona, biar shef Rita yang membuatnya," Rita sembari tertawa diikuti oleh Nadia.

Hampir tiga jam mereka berdua bergelut dengan adonan-adonan yang ada di dapur hingga akhirnya keduanya pun mengumpulkan beberapa loyang, piring dan alat mengaduk kue yang sempat mereka gunakan.

"Baiknya Nona Nadia yang mengemas kuenya, biar Saya yang membersihkan semua ini," ucap Rita sambil membawa loyang, piring dan alat pembuat kue menuju kearah westafel.

"Tidak apa-apa nich!, Kamu nyuci sendiri semua itu?,"

"Nona kayak tidak tahu Saya saja. Apa Nona Nadia lupa kalau sebelum Saya bekerja di sini, Saya dulunya bekerja sebagai pencuci mobil dan sepeda motor,".

"Iya juga sih!, kalau begitu terima kasih ya Rit. Kamu memang karyawan teladan. Entah apa jadinya usahaku ini tanpa dirimu," Nadia mulai memasukkan beberapa kue kedalam topleks.

"Sama-sama Nona, Nona Nadia juga begitu baik pada Saya dan wajarlah kiranya bila Saya membantu Nona. Lagian gaji Saya disini cupuk tinggi jadi Saya tidak mau Nona menganggapku makan gaji buta," balas Rita mulai membersihkan perabotan tadi.

"Hii ...kamu ini. Aku tu memberi gaji sesuai dengan kerja kerasmu. Kalau untung kita banyak ya pendapatan kamu juga banyak,".

"Saya tahu Nona makanya Saya sangat betah bekarja dengan Anda,"

Nadia sudah tak menjawab lagi, dia hanya tersenyum mendengar penuturan iklas dari Rita sembari menutup topleks yang isinya sudah di penuhi oleh kue buatan mereka.

"Rit, Aku pergi dulu mengantar kue ini, mungkin sore baru Aku balik kemari karena Aku ingin membeli bahan-bahan kue yang mulai menipis," Nadia yang saat itu menenteng kantong plastik berisi beberapa topleks.

"Baiklah Nona, hati-hati di jalan. Urusan di toko biar Saya yang urus. Bila ada pesanan kue tolong kabari biar Saya membuat segera agar pelanggan tidak menunggu lama," balas Rita.

"Oke," Nadia membulatkan jarinya membentuk hurup 0 dan bergegas meninggalkan Rita disana.

1
Chris Antono
Luar biasa
nadira ST
dasar sabun dove lebay bin alay
nadira ST
dasar somplak,
Noeng Faiq
thor jangan kebanyakan huruf h..mesra bukan mesrah, lega bukan legah
Noeng Faiq
tega bukan tegah
Lydia
Bagus
Dini Mulyati
Luar biasa
Siti Habibah
ceritanya seru agak mirip dimana gitu tapi oke kak semangat berkarya
Siti Habibah
cer
clarino quinto
😄😄😭😭
Teti Kaka Hotimah
hahahha ngakak d bab ini
kompiang sari
aku mampir thor
Chairisna
Luar biasa
Chairisna
Lumayan
Reyhan Reyhan
untuk apa menemui keluarga yang tidak menyayangi, kamu punya keahlian, dan bisa Hidup tanpa keluargamu.
Melin 2648
jodohin aja Leon sama rita 😁
Anonymous
keren
💗AR Althafunisa💗
Bugh
Venylia -
sangat bagus alur cerita mantap....keren 👍👍👍
💗AR Althafunisa💗
Yang katanya cantik Mawar yg berduri, berakhir semua lelaki cintanya untuk Nadia /Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!