Memiliki Kakak tiri dengan segudang pesonanya membuat Neira berperang dengan perasaannya.!
Bagaimana bisa Neira harus menahan dirinya untuk tidak menyukai Kakak tirinya dengan semua perhatian yang dia dapatkan juga semua perlakuan manis darinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Encha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Selalu Manis
Senyuman mengembang di wajah cantik Neira pagi ini mengingat bagaimana Gevan membelanya bahkan hingga menang dari taruhannya bersama Alex.
Marah memang Neira karena dia dijadikan bahan taruhan namun dia tau jika Gevan menerimanya karena dia tidak mau Alex yang terus mengganggunya.
Uh, jadi Baper akut Neira saat Gevan bilang tidak akan membiarkannya kembali pada Alex.
Melting gue..
Ah Kak Gevan bikin meleleh.
"Ehem"
"Eh-
Neira menoleh dan terlihat Gevan yang bersandar di pintu dengan kedua tangan yang di masukkan ke dalam saku celana.
"Kenapa senyum-senyum?"
"Hah, engga siapa ya senyum-senyum." Ucap Neira malu.
Duh, danger gak ya pas gue ngemudel sendiri tadi.
malu banget gue..
"Kalo terus melamun Lo bisa telat."
"Astaghfirullah..
Neira langsung menyambar tasnya dan berlari.
Duk..
"Mama"
Gevan menggeleng dengan tingkah Neira yang selalu ceroboh bagaimana bisa dia berlari dan terus terjatuh karena sepatunya menginjak karpet.
"Gak usah lari-lari Bocil."
Neira mengusap lututnya yang tampak merah.
"Sakit?"
Neira mengangguk dengan bibir yang melengkung ke bawah.
"Gak usah nangis."
"Siapa yang nangis."
Gevan mengacak gemas rambut Neira dan membantunya bangun.
"Nanti sembuh, sekarang sarapan terus gue antar Lo sekolah."
Gevan benar-benar seperti seorang Ayah yang sedang memberitahu anaknya.
Mereka duduk dan mulai menikmati sarapannya tanpa bicara apapun.
"Oya, gue ada kelas siang nanti tunggu gue jangan pulang dulu."
"Eum, kalau Kakak sibuk Nei pulang sendiri aja."
"Gak usah, tunggu gue tapi jangan di halte tunggu di pos satpam."
Neira mengangguk dengan mulut yang penuh, Gevan menggeleng dan mengusap ujung bibir Neira yang kotor karena saos strawberry - nya.
"Belepotan."
Blush. Merona sudah kedua pipi Neira dengan sikap manis Gevan setiap harinya.
"Sudah."
Gevan mengangguk dan meneguk susunya.
Mereka berjalan keluar menuju motor yang sudah terparkir di halaman rumah.
Neira terdiam saat Gevan tiba-tiba memakaikan helm di kepalanya.
Ceklik.
"Ayo Naik"
"Hah iya"
Gevan menjulurkan tangannya untuk membantu Neira naik.
Setelah merasa Neira sudah duduk benar, dia lantas melajukan motornya keluar halaman rumah.
Neira hanya diam dan menundukkan wajahnya diatas bahu Gevan.
Gevan sendiri tersenyum menatap tangan mungil yang memeluk erat di perutnya.
Apa benar jika gue memang mencintai Neira adik tiri gue sendiri.
Gevan tersenyum di balik helm full face nya.
Motor berhenti tepat di depan Gerbang sekolah, beberapa siswa/si tanpak baru saja datang.
"Sini" Ucap Gevan kembali membuka pengait Helm Neira.
"Makasih Kak."
"Belajar yang Bener, Kasih tau gue kalo cowok itu deketin Lo lagi."
"Eum, kakak juga hati-hati. Belajar jangan pacaran."
"Pacaran."
Neira mengangguk membuat Gevan mengacak rambutnya gemas.
"Nanti berantakan."
"Masih cantik."
Neira tersenyum dan menundukkan wajahnya malu, kenapa dengan Kakaknya ini. Bakal tidak aman jantungnya jika Gevan terus berucap manis kepadanya.
"Nei masuk dulu Kak, Bye Kak Gevan."
Gevan tersenyum dan mengangguk.
Setelah memastikan Neira masuk dia kembali akan menyalakan mesin motornya namun tatapan matanya bertemu dengan Alex yang baru saja datang namun dia tidak sendiri tapi berboncengan dengan Elisa.
ya benar sekarang Gevan sudah mengenali Elisa.
Kedua mata mereka saling bertemu dan saling tatap, Elisa yang melihat adanya Gevan di sana langsung melepas tangan yang melingkar di perut Alex.
Gevan mengabaikannya dan melajukan motornya melewati Alex yang masih terus menatapnya.
******
-Ghanessa Universitas-
Motor Gevan terparkir mulus di parkiran berjejer dengan tiga motor besar milik teman-temannya. Ya mereka sudah lebih dulu sampai.
"Kak Gevan."
Gevan mengerutkan keningnya saat seseorang memanggilnya bahkan Gevan tidak mengenalinya sepertinya Dia adalah Maba di kampusnya karena Gevan baru melihat wajahnya.
"Maaf Kak, ini buat Kakak." Ucapnya memberikan kotak makan.
"Apa ini."
"Tolong di terima ya kak, ini ucapan terimakasih dari aku karena Kakak sudah tolong aku waktu di Bandung."
Gevan teringat dengan gadis di hadapannya itu.
Benar dia adalah Maba di kampusnya. Dia saat di Bandung Gevan menolongnya saat dia terjatuh dalam perlombaan.
"Gue yang siapin bekal ini, jadi tolong Kakak terima ya."
"Thanks" Ucap Gevan menerimanya membuat semburat senyum terukir di wajah gadis itu.
Gevan berjalan meninggalkannya dengan membawa kotak bekal berwarna biru muda itu.
Sementara gadis itu menyangkup wajahnya, dia senang karena Gevan menerimanya.
Gue yakin kalau Kak Gevan ada klik sama gue, buktinya saat di Bandung dia langsung tolong gue wajahnya juga terlihat panik saat gue jatuh.
Dan tadi, dia mau terima bekal dari Gue.
Ah, seneng banget gue.
Gevan masuk ke dalam ruang BEM dimana teman-teman sudah berada di sana.
"Tumben Lo bawa bekal Ge, Lu belum sarapan.?" Ucap Alfar.
"Widih sandwich, enak kayaknya" Ucap Panji yang entah sejak kapan sudah membuka kotak makannya.
"Makan aja."
"Lo serius? Tapi Lo belum-
"Gue udah sarapan."
"Lah terus ini"
"Gue di kasih sama Maba."
"Siapa?"
Gevan mengangkat bahunya, dia memang tidak mengenal gadis itu. Dia hanya mengingat karena telah menolongnya.
"Waw, Ketua Kita memang banyak fans."
Gevan tidak menghiraukannya dan lebih memilih menatap buku yang ada di depannya.
"Proposal untuk acara bulan depan. Semua sudah terinci di sana dan juga ada beberapa nama Panti Asuhan yang akan kita beri santunan." Ucap Alfar selalu wakil BEM.
Gevan mengangguk dan membacanya.
Ghanessa Universitas memang sering mengadakan bakti sosial terhadap Panti Asuhan, Panti Jompo bahkan memberikan bantuan jika ada musibah. Dan mereka selalu rutin di setiap bulannya.
Ceklek.
Pintu terbuka dan terlihat Rose masuk bersama Meli.
Rose yang melihat kursi kosong di samping Gevan langsung duduk di sana.
"Lo baca apa Ge"
Gevan menoleh,
namun kembali membacanya dia sedang melihat Panti asuhan mana saja yang akan mereka datangi.
"Pasti soal Bansos bulan depan ya, sudah deal buat Panti asuhannya?"
"Ada beberapa tempat, kita bisa survei dulu karena lihat mana yang lebih membutuhkan." bukan Gevan namun Alfar yang menjawabnya.
"Gue gak tanya Lo Al."
"Ye, sama aja kali lagian Alfar juga wakil BEM sah-sah saja kalau dia yang jawab." Romi mengangguk saat Panji membela Alfar.
"Gaje banget Lo."
"Mending juga lihat lokasinya deh, strategis atau engga. Jangan kaya bulan kemarin kita harus jalan lumayan jauh karena jalanan yang gak bisa buat mobil lewat." Ucap Meli mengingat bagaimana mereka saat harus berjalan dan melewati jalanan becek karena Panti Asuhannya cukup jauh dari jalan dan hanya jalan setapak saja untuk bisa melaluinya.
"Kalau bantu orang tuh gak pilih-pilih juga, mereka yang seperti itu yang harus kita bantu." Alfar menjelaskan membuat Meli terdiam.
semangat untuk karya novel lainya dan ehem jangan Lupa thor EXTRA PARTNYA YAA