Dunia Sakura atau kerap dipanggil Rara, hancur seketika saat video dia yang digerebek sedang tidur dengan bos nya tersebar. Tagar sleeping with my boss, langsung viral di dunia Maya.
Rara tak tahu kenapa malam itu dia bisa mabuk, padahal seingatnya tidak minum alkohol. Mungkinkah ada seseorang yang sengaja menjebaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 4
Rara mengabaikan puluhan panggilan dari Papanya, Abangnya, maupun jadi Fino. Dia tahu alasan apa yang membuat mereka semua meneleponnya. Orang tuanya pasti sangat malu, sedangkan Fino, dia tak yakin tunangannya itu masih mau dengannya setelah melihat video tersebut. Tidak hanya malu karena tubuhnya menjadi konsumsi umum, tapi harga dirinya juga hancur karena skandal tidur dengan bos.
Namun di antara semua panggilan itu, ada satu panggilan yang memaksa Rara menjawabnya, panggilan dari Jovan.
"Aku tunggu di luar."
Setelah memutus sambungan telepon, Rara bangkit, menyeka air mata lalu meninggalkan ruangannya. Karena ini jam kerja, dia tak banyak berpapasan dengan orang yang membuat dirinya malu. Melihat mobil Jovan di seberang kantor, dia langsung menyeberang lalu masuk ke dalam mobil.
Jovan menunjukkan rekaman CCTV apartemennya pada Rara. Disana terlihat jelas jika tak ada paksaan, dia tak mau dituduh memperkosa atau apalah.
Rara malu sekali melihat video itu. Disana, dirinya terlihat seperti wanita murahan yang mengharapkan kehangatan dari bosnya. Dan dirinyalah, yang pertama kali membuka baju.
"Kita sama-sama mabuk, Ra."
"Tapi saya gak minum alkohol," ucap Rara sambil menggeleng. "Rasanya mustahil saya tiba-tiba mabuk, Pak." Dari CCTV, terlihat keduanya sempoyongan saat masuk apartemen, seperti orang mabuk.
Flashback
"Lo gak minum, Ra?" tanya Deni yang duduk di sebelah Rara, di tangannya ada segelas minuman beralkohol rendah.
"Minum kok, ini," Rara menunjukkan botol air mineral di tangannya.
"Itu mana enak. Cobain nih, enak," Deni mendekatkan gelas minumannya ke bibir Rara.
"Ogah!" Rara mendorong gelas tersebut menjauh.
"Jangan paksa kalau gak mau," ujar Jovan yang melihat itu. Dia sendiri, sudah sedikit mabuk malam ini. Selain merayakan kesuksesan tim mendapatkan tender, malam ini juga perayaan ulang tahu Jovan. Awalnya hanya karaokean, nyanyi-nyanyi biasa, tapi makin malam, malah ada yang order alkohol, jadinya beberapa orang mulai mabuk.
"Pak Jovan teler, Ra," ucap Yuyun saat mengambil tas yang ada di sebelah Jovan. "Kamu anterin dia pulang gih."
"Kenapa gak kamu aja sih, Yun, kos kamu kan melewati apartemennya?" Rara malas sekali kalau harus mengantarkan Jovan pulang. Ini sudah hampir tengah malam, tadi dia sudah janji pada mamanya akan pulang sebelum jam 12.
"Nih, si kampret mabuk juga," Yuyun menarik lengan Agam yang duduk di lantai seperti orang hilang. "Aku mau anter dia ke kosannya."
"Halah, bilang aja kalau mau lanjut di kos," goda Weni sambil mencebikkan bibir. Semua orang memang sudah tahu jika Yuyun dan Agam pacaran dan sudah biasa melakukan hubungan layaknya suami istri.
"Den, kamu anterin Pak Jovan gih," pinta Rara. Deni tampak tak terlalu mabuk. Mungkin karena sudah terbiasa minum, jadi satu atau dua gelas, tak begitu berefek padanya.
Deni langsung menolak. "Mak gue kayak garangan, bisa dimakan gue kalau pulang di atas jam 12. Lo aja, Ra. Lagian ni ya, kode apart nya Pak Jovan, kan cuma lo yang tahu. Takutnya kalau kita yang nganter, malah gak bisa masuk. Orang teler kadang kalau ditanya suka gak nyambung."
Karena tak ada pilihan lain, akhirnya Rara mengantar Jovan pulang.
Flashback off
"Kamu terlihat seperti orang mabuk, Ra," Jovan mengulang rekaman CCTV disaat mereka masuk apartemen, berjalan sama-sama sempoyongan.
"Saya berani bersumpah, Pak, saya tidak minum alkohol disana."
"Mustahil, Ra."
Rara menunduk, air matanya luruh tanpa bisa ditahan. Dia juga bingung, kenapa dia terlihat seperti orang mabuk di rekaman CCTV, sedang dia yakin jika tidak minum alkohol. Mabuk bukanlah sesuatu yang menular, dimana saat sebelahnya mabuk, dia akan ketularan mabuk. Saat keluar dari tempat karaoke, dia merasa baik-baik saja, hanya gerah yang agak berlebihan, yang menurutnya adalah efek keluar dari ruangan ber AC. Kepalanya sedikit pusing karena bau alkohol di room karaoke tadi.
"Apa kamu yakin, tidak mencoba minuman seseorang?"
Rara menggeleng yakin, dia tidak mencicipi minuman siapapun. Selain air mineral miliknya, dia hanya meminum air mineral milik Yuyun saat akan pulang karena tenggorokannya terasa sangat kering.
"Aku dan Papa sudah mengusahakan untuk men take down video kemarin. Semoga saja tidak makin meluas," Jovan memejamkan mata sambil memijat kepalanya yang terasa pusing karena masalah ini.
"Apa Bapak tahu, siapa yang menyebarkan video itu?"
Jovan membuka mata, menoleh ke arah Rara. "Dista."
Rara tercengang mendengar nama Dista. Wanita itu adalah sahabatnya, kenapa bukannya menyelesaikan masalah ini dengan kepala dingin, namun malah menyebarkan aibnya.
"Dia sangat sakit hati."
Tak mungkin bekerja di situasi seperti ini, Jovan mengantar Rara pulang.
Memasuki rumah, tangis Rara kembali pecah melihat Mamanya duduk di sofa sambil menangis. Mamanya itu pasti sangat malu dan kecewa padanya.
"Ra... " panggil Mama Rere pelan. Matanya yang sembab, menatap ke arah putrinya yang berdiri di dekat pintu.
Dengan langkah berat, Rara menghampiri mamanya, berlutut di bawah kakinya. "Maafkan Rara, Mah, maaf. Rara sudah membuat Mama malu. Maafkan Rara, Mah."
Mama Rere tak menjawab apapun, dia hanya terus menangis. Saat ini, jiwanya masih terpukul. Rara tak pernah bikin masalah selama ini. Pergaulannya juga sehat, video itu sangat membuatnya syok.
"Rara berani bersumpah, jika ini tak seperti yang terlihat di video. Rara tak sengaja tidur dengan Pak Jovan, Mah. Rara juga gak tahu, kenapa hal itu bisa terjadi." Tak mendapat respon apapun, Rara mendongak, menatap mamanya dengan tatapan memohon. "Percaya sama Rara, Mah, ini gak seperti yang terlihat di video. Rara tidak dengan sadar melakukan itu. Mamah," dia menggenggam kedua tangan mamanya, berharap keluar sepatah kata dari bibir mamanya. "Percaya sama Rara, Mah. Rara bukan wanita murahan yang mau tidur dengan bos hanya demi jabatan."
Mama Rere mengangguk, menarik sebelah tangannya dari genggaman Rara lalu mengusap kepala putrinya itu.
"Percaya sama Rara, Mah, Rara gak sengaja tidur dengan Pak Jovan," Rara terus mengulang-ulang ucapannya.
Mama Rere kembali mengangguk, menarik kedua bahu Rara agar bangkit lalu memeluknya. Tidak dipercayai orang terdekat, hal itu sangat menyakitkan, dia pernah ada diposisi itu. Saat ini, dia memilih untuk percaya apapun yang dikatakan Rara.
"Ra... "
Rara menoleh mendengar suara papanya. Dia melepaskan pelukan mamanya lalu berlari memeluk papanya. "Rara gak kayak gitu, Pah. Rara bersumpah, semua itu terjadi diluar kemauan Rara," tangis Rara kembali pecah.
Papa Romeo mengeratkan pelukannya sambil mengecup puncak kepala Rara beberapa kali. Air matanya meleleh, hatinya sakit mendengar tangisan putrinya.
"Apa yang terlihat di video, gak kayak gitu kenyataannya, Pah. Papa harus percaya sama Rara."
"Papa percaya, Nak," Papa Romeo melepas pelukannya, mengusap air mata di pipi Rara. "Papa percaya sama Rara. Sakura, anak Papa adalah gadis baik-baik, gadis bermartabat yang tidak mungkin melakukan hal rendahan seperti itu. "
Papa Romeo merapikan rambut Rara yang berantakan, menyelipkan di belakang telinga lalu mengecup keningnya.
"Rara gak seperti itu, Pah," lirih Rara di sela-sela isakan.
"Iya, Papa tahu itu," Papa Romeo kembali mencium kening Rara, mengusap pipi putrinya yang kembali basah karena air mata. "Papa adalah orang yang akan selalu ada di pihak kamu. Jangan takut, ada Papa, Nak," ucapnya dengan air mata meleleh. "Seperti apapun dunia melihatmu, menilaimu, kamu tetap putri terbaik Papa. Papa akan menjadi orang yang berdiri paling depan untuk membelamu."
"Papa.... " Rara kembali memeluk papanya.
Papa Romeo menangis di balik punggung Rara. Sesungguhnya saat ini, dia sedang menyalahkan diri sendiri. Merasa jika apa yang terjadi pada Sakura, adalah karma atas perbuatannya dulu.
Malam harinya, rumah mereka kedatangan tamu, Fino dan keluarganya.
sana sini udah kek WC umum istri tersayang Jovan...
nikmati hasil jebakanmu Dista...
goyang gih sampe gempor 🤣🤣🤣🤣
astaghfirullah, rasain lu. malu banget dah kalau tubuh jg sdh dikonsumsi publik
kpok dista..
ganyian yg masuk perangkap fino..
kalo mau ngelayani pasti ngancam nyebarin video dista dan bastian..
bahaya punya koleksi video syur pribadi..
kalo kecopetan atau kerampokan kan bisa disebarin orang lain..