✍🏻 Spin-off Dearest Mr Vallian 👇🏻
Cinta itu buta, tapi bagaimana jika kau menemukan cinta saat kau memang benar-benar buta? Itulah yang di alami Claire, gadis berusia 25 tahun itu menemukan tambatan hatinya meskipun dengan kekurangannya.
Jalinan cinta Claire berjalan dengan baik, Grey adalah pria pertama yang mampu menyentuh hati Claire. Namun kenyataan pahit datang ketika Claire kembali mendapatkan penglihatannya. Karena di saat itu juga, Claire kehilangan cintanya.
"Aku gagal melupakanmu, aku gagal menghapus bayang-bayangmu, aku tidak bisa berhenti merindukanmu. Datanglah padaku, temuinaku sekali saja dan katakan jika kau tidak menginginkanku lagi." Claire memejamkan matanya mencoba merasakan kembali kehadiran kekasih hatinya yang tiba-tiba menghilang entah kemana.
📝Novel ini alurnya maju mundur ya, harap perhatikan setiap tanda baca yang author sematkan disetiap paragraf 🙂
Bantu support dengan cara like, subscribe, vote, dan komen.
Follow FB author : Maria U Mudjiono
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Starry Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 14
Hari yang aku tunggu akhirnya tiba, sejak tadi malam aku gelisah tidak bisa tidur nyenyak karena ingin segera bertemu dengan gadisku. Jangan terkejut karena aku menyebutnya gadisku, sebab hatiku kali ini benar-benar ingin memilikinya meskipun aku belum tahu apapun tentang dia.
Aku kembali memastikan penampilanku sempurna, meskipun dia tidak bisa melihatku, tapi aku ingin terlihat tampan tanpa kekurangan suatu apapun saat bersamanya. Sentuhan terakhir adalah parfum, aku menyemprotkan parfum Ben kesluruh tubuhku.
"Ben! Ben, parfum mu habis. Dimana kau menaruh stok nya?" teriakku dari dalam kamar.
"Habis?" Ben masuk ke kamar dan melihat botol parfum nya yang sudah kosong. Lalu mendekatiku dan mengendus-endus seperti anak anjing.
"Grey, parfum ku memang tinggal sedikit, tapi setidaknya masih cukup untuk beberapa kali pakai." aku mengedikkan bahuku. "Kau menghabiskannya?" tuduh Ben.
"Aku hanya memakainya sedikit,"
"Satu botol ini juga hanya sedikit versimu," kata Ben geram.
"Jadi kau tidak punya stok nya?"
"Tidak!"
"Baiklah, tidak perlu marah. Aku hanya bertanya," kataku, Ben keluar dan membanting pintu. "Dasar kekanakan," kataku sambil bercermin menata rambutku.
"Perfect," gumamku tersenyum melihat wajah tampanku dalam pantulan kaca. Hidung mancung, alis tebal, mata almond yang indah, bibir berisi, rahang tegas, tinggi, gagah, dan satu yang pasti tidak akan ada wanita yang mampu menolak pesona seorang Grey Anderson.
"Kau bahkan sepuluh kali lipat lebih tampan dari pada Ken si plastik itu." aku memuji diri sendiri.
"Ben, aku mau berkencan." Aku mencari Ben yang sedang memperbaiki mobil.
"Pergilah,"
"Ben aku tidak punya uang."
"Sial!" umpat Ben dari bawah kolong mobil.
"Dengar Grey, tidak akan ada wanita yang mau berkencan dengan pria pengangguran. Setelah ini sebaiknya kau cari kerja." kata Ben menatapku dengan tajam.
"Akan aku pikirkan. Sekarang berikan dulu aku uang," Ben mendesah pelan, tapi aku tidak perduli. Karena aku adalah parasit dalam hidup Ben.
"Pergilah dan jangan menggangguku!" Ben melemparkan segepok uang dan kembali memperbaiki mobil pelanggan.
"Kau tahu, Ben? Kau adalah saudara terbaik ku, aku tidak akan melupakan jasa mu." aku mengambil kunci mobil dan meninggalkan bengkel Ben.
...
Di taman, aku datang satu jam lebih cepat dari waktu yang aku janjikan dengan gadis itu. Tapi tak apa, aku bisa menunggunya, aku sangat tidak sabar bertemu dengannya. Meskipun udara terasa semakin dingin karena salju sudah mulai turun.
"Bukankah ini waktu yang sangat sempurna? Salju dan gadis cantik, hubungan yang dimulai saat salju turun akan bertahan sangat lama. Bahkan selamanya," aku menggelengkan kepalaku membayangkan banyak hal-hal baru yang akan aku lakukan bersama gadis itu.
Setelah menunggu lumayan lama, akhirnya gadis yang mengusik pikiranku selama seminggu ini datang. Dia memakai pakaian berwarna merah, terlihat segar diantara hamparan salju putih.
"Kau terlambat dua menit," kataku saat dia baru saja duduk di kursi. Dari wajahnya, gadis itu terlihat terkejut mendengar suaraku.
"Tapi aku memaafkan mu, kau pasti membutuhkan banyak waktu untuk berdandan secantik ini," pujiku, wajahnya merona. Membuatnya terlihat semakin cantik di mataku, oh rasanya aku ingin menciumnya.
Tak ingin membuang banyak waktu, aku segera mengajak gadis itu kesebuah restoran. Meskipun dia menolak dan terlihat ketakutan, tapi aku berhasil membawanya tanpa banyak drama yang menarik perhatian orang-orang sekitar.
Aku mengatakan jika ini adalah kencan pertama kami, dan tentu saja perkataan ku membuatnya terkejut bukan main. Bahkan dia mengatakan jika aku ini pria tidak waras, andai saja dia tahu jika aku menjadi tidak waras setelah bertemu dengannya.
Meskipun wajahnya memperlihatkan ketakutan, tapi pancaran matanya terlihat sangat tenang. Aku sangat suka melihat ketenangan didalamnya matanya, seolah tidak ada beban sama sekali, padahal dunianya hanya gelap.
Setelah selesai makan, aku membawanya kesebuah taman indoor karena cuaca sangat dingin. Di taman itu ada berbagai macam koleksi tanaman tropis dan hewan eksotis, meskipun dia tidak bisa melihat, tapi aku yakin dia bisa merasakan suasana taman ini.
Itu terlihat dari senyum yang tidak pernah pindah dari bibir seksinya, sepertinya dia sudah tidak takut bersamaku dan aku sedikit lega. Melihat gadis itu tersenyum membuatku merasa bahagia, hatiku tenang seolah aku berada di dunia baru. Aku semakin penasaran dengannya dan ingin mengenalnya lebih dekat, untung saja tadi aku mengatakan jika kami berkencan.
Secara teknis, dia sudah menjadi kekasihku meskipun aku belum tahu namanya.
Setelah cukup lama berada di taman, aku mengantarkannya kembali ke tempat dimana kami bertemu. Akhirnya dia setuju jadi kekasihku setelah aku membujuknya, salahku juga karena mengaku sebagai pencuri, tentu saja membuat dia takut dan ragu.
Claire, namanya Claire. Nama yang sangat indah, sesuai dengan orangnya, terang, cerah dan bercahaya. Untuk pertama kalinya, aku benar-benar tertarik dengan wanita, meskipun Claire buta, tapi bagiku Claire sangat istimewa.
Claire mengatakan jika aku harus bilang padanya saat aku sudah bosan bersamanya, sangat aneh memang. Dia adalah wanita pertama yang sangat aku inginkan, bagaimana aku bisa bosan padanya?.
Karena Claire tidak mau aku antar sampai rumah, aku terpaksa mengikutinya. Aku akan memastikan jika wanita ku sampai dirumah dengan aman dan selamat, walaupun aku bukan kategori pria baik, tapi aku pria yang sangat bertanggung jawab.
Ternyata Claire tinggal disebuah rumah sederhana, rumah itu tampak rapih dan indah, ada sebuah ruko kecil dan rumah kaca. Aku belum tahu pasti bagaimana dalamnya, tapi aku pastikan jika aku akan segera tahu. Setelah memastikan Claire masuk dalam rumah, aku kembali ke bengkel Ben.
"Ben, mulai besok aku akan menjadi karyawan mu." kataku yang baru saja sampai di bengkel Ben.
"Aku tidak punya cukup uang untuk menggaji seorang Tuan muda Anderson." sahut Ben sambil mengawasi beberapa montir-montir nya.
"Tidak perlu membayar ku dengan mahal, cukup seperti yang biasa kau berikan padaku."
"Kau pikir aku hanya menggaji mu?"
"Ayolah, Ben. Aku sangat sungkan jika tidak melakukan apapun seperti ini."
"Tidak perlu sungkan, tetaplah hidup layaknya Tuan muda Anderson dan jangan mengganggu pekerjaanku. Karena dengan begitu kau sudah sangat membantuku,"
"Benarkah? Ben, aku sungguh bisa melakukan pekerjaan seperti yang mereka lakukan." Ben melirikku.
"Setidaknya aku ingin mentraktir kekasihku dengan uang hasil kerjaku," Ben langsung mendekati ku.
"Jadi kau benar-benar mendapatkan nya? Dia itu?" jiwa ingin tahu Ben kembali menyala.
"Hemm, namanya Claire. Cantik bukan?" pujiku sambil membayangkan wanitaku.
"Oh...Claire," Ben mengangguk-angguk paham.
"Kapan kau akan mengenalkan ku dengan-nya?"
"Entahlah, seperti aku tidak ingin mengenalkan mu dengan Claire."
"Apa kau takut Claire akan jatuh cinta padaku, saat Claire melihat wajah tampanku?" kata Ben dengan percaya diri.
"Claire bukan gadis seperti itu," meskipun aku belum tahu sepenuhnya tentang Claire, aku yakin Claire bukan gadis yang akan gampang jatuh cinta.
"Lagi pula, Claire tidak akan bisa melihatmu." Ben tertawa mendengar ku.
"Bagaimana tidak bisa melihatku? Apa Claire itu buta?" tanya Ben masih sambil tertawa. Tapi aku menatap Ben tak suka.
"Wait, kanapa kau?" Ben berhenti tertawa begitu menyadari tatapanku.
"Grey, aku tidak bermaksud...." aku langsung meninggalkan Ben tanpa sepatah kata.
"Grey! Sorry! Grey...!" teriak Ben, tapi aku tidak perduli. Memang kenapa kalau kekasihku buta? Kenapa Ben sampai tertawa seperti itu? Memang ada yang lucu?.
*
*
*
*
*
TBC
Harry merasa tak bisa menempatkan diri, padahal Nick sudah menganggap Harry seperti sahabatnya. Gua rasa Sara Dan Nick bs menerima nya..