Evelyn hanya seorang gadis desa yang pergi merantau ke kota untuk mencari pekerjaan. Beruntung sekali karena dia mendapat pekerjaan di Mansion Revelton, keluarga kaya nomor satu di Spanyol.
Namun siapa sangka ternyata kedatangannya malah membawa petaka untuk dirinya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MeNickname, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31
Eve mengambil ponsel yang sedang mengganggur di hadapannya lalu mengotak-atik ponselnya dan mencari nomor Keineer.
"Kenapa dia menamai nomornya 'Kekasihku'?"
Eve sampai menggelengkan kepala karena merasa tidak habis pikir, wanita itu diam-diam tersenyum sendiri.
"Kirim pesan atau telepon?"
Setelah banyak menimbang akhirnya Eve menekan gambar gagang telepon. Dia memutuskan untuk menelepon saja.
"Merindukanku, Darling?"
Eve menahan tawanya ketika suara Keineer menyapa indera pendengarannya setelah panggilan terhubung. Kenapa pria satu ini sangat pede sekali?
... ---...
"Apa anda sibuk?" Eve berbicara sesopan mungkin.
"Ada apa? Kau ingin aku datang? Aku bisa kesana sekarang." balas Keineer bersemangat.
"Ti-tidak bukan begitu, ada yang ingin saya tanyakan."
Kening Keineer tampak mengkerut di seberang sana, "Tanyakanlah!"
"Saya tidak bertemu Carol seharian ini, apa dia baik-baik saja?" cicit Eve saat mengingat kejadian semalam.
Keineer terdengar mendengus di ujung telepon. Dia pikir Eve-nya menelepon karena merindukannya ternyata hanya karena Carol.
"Dia sedang sibuk untuk sementara tidak akan menemanimu dulu."
"Ah begitu, jika begitu saya akan menutup panggilannya."
"What? Hanya begitu?"
"Maaf jika mengganggu waktu anda."
"Ck, dasar tidak peka!"
Eve terlihat berpikir sejenak, "Kalau begitu semangat bekerjanya, Tuan Keineer!"
"Tuan? Mana ada kekasih memanggil kekasihnya seperti itu."
"Sebenarnya ada dan itu saya."
"Itu berarti kau sudah mengakui bahwa aku ini kekasihmu?"
"Maaf, saya tutup panggilannya."
Tut
Eve menyimpan kembali ponselnya lalu dengan kedua tangan yang langsung memegang dada.
"Astaga apa-apaan ini kenapa jantungku berdebar begini?" Eve segera menggeleng dan kembali meminum jus jeruknya dengan sedikit rakus. Gadis itu sampai terengah-engah karena meneguknya sampai tandas tak bersisa.
Eve mencoba mengalihkan perhatiannya, dia mengambil kembali ponselnya dan tampak membuka case ponselnya. Eve mengeluarkan sesuatu dari dalam sana.
Sebuah kartu nama yang diberikan oleh pria asing pagi tadi. Eve memperhatikan kartu nama tersebut dengan teliti.
Cedric Mousoun.
CEO of Mousoun Group.
Di kartu nama tersebut tertera nama jabatan nomor telepon pria berkulit putih pucat dan pemilik senyum manis itu.
"Jadi pria itu bernama Cedric Mousoun. Nama yang sedikit asing mungkin dia bukan dari sekitar sini."
"Mousoun Group, aku juga baru mendengarnya."
"Aku harus menyimpan kartu nama ini dengan baik. Siapa tahu saja suatu saat aku membutuhkannya. Entah kenapa aku merasa akan sangat membutuhkan bantuannya."
Eve buru-buru masuk ke dalam kamar dan menyembunyikan kartu nama tersebut ke dalam tumpukan baju di lemari. Menurutnya disana adalah tempat paling aman karena Keineer juga tidak akan repot-repot menggeledah isi lemari Eve lagipula Keineer lebih suka Eve tidak memakai baju.
...---...
Sementara itu Keineer sedang berada di dalam lift, sejak keluar dari ruangannya pria itu tidak henti-hentinya tersenyum. Entah apa yang membuatnya seperti itu. Keineer sampai mengetuk-ngetuk sepatunya pada lantai lift karena dia merasa lift berjalan sangat lambat. Padahal dia ingin cepat-cepat menemui Eve. Dia juga sudah menyerahkan semua pekerjaannya pada Lucio.
Ting
Lift telah sampai di lantai bawah dan pintu lift baru saja terbuka. Tapi senyum Keineer seketika luntur ketika melihat sosok istrinya di depan pintu lift. Clara tampak sedang menatap suaminya dengan tatapan sendu.
"Sh*t, jika begini aku tidak bisa menemui Eve!" batin Keineer.