Istri yang dimanfaatkan olehnya telah tiada, meninggal dalam pelukannya. Wanita berwajah rusak yang tidak pernah lelah menunggunya.
"Bangun Foline..." gumamnya, tidak pernah mengijinkan pemakaman sang istri. Memeluk jenazah yang berada dalam peti mati dalam kamarnya.
Pemuda keji, yang menampik rasa kasih dari istrinya. Menghancurkan keluarganya, hanya demi ambisinya untuk memiliki segalanya.
"Sayang...jika aku dapat mengulangi waktu, aku tidak akan membiarkanmu menangis, tidak akan membiarkan jarimu tergores..." gumamnya hendak mengakhiri hidupnya. Kala bahkan tidak ada lagi rasa kasih dari keluarganya.
*
Namun, ada yang aneh. Otto Celdric tidak meninggal. Matanya terbuka mengamati ruangan, dirinya kembali ke masa 12 tahun lalu.
Mencari keberadaan istrinya, melindungi keluarganya, itulah yang akan dilakukan psikopat itu kali ini.
Menginjak tubuh orang-orang yang akan menghancurkan keluarganya.
"Kalian tidak ingin bermain lagi denganku?"
"Aaggh!"
"Adios!"
Dor!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salah Paham
"Konsep sudah ada. Bagaimana caranya merekrut chef terkenal? Lebih baik kita pakai orang biasa saja." Luna menghela napas.
"Tentang Chef biar aku yang merekrut. Tugasmu hanya merencanakan sistem promosi. Harus efektif, dan bertahan. Karena aku tidak ingin seperti sesuatu yang viral, hanya meledak sekali. Tapi tidak memiliki kelanjutan. Mengerti?" Instruksi dari Eric.
"Baik...tapi tentang ayah angkatku---" Luna tertunduk, menghela napas kasar.
"Sudah aku bilang, jika polisi datang katakan ayahmu dalam pengaruh alkohol dan narkotika. Menabrak tiang penyangga bangunan. Pura-puralah sedih, tentang alasan kepindahan kalian. Katakan Gilberto yang mengusir kalian karena mengajukan perceraian." Eric mengemasi laptop dan berkas yang dibawanya. Menguap beberapa kali, terlihat begitu rupawan dan manis...
Tidak terlihat berbahaya sama sekali. Hal yang membuat Luna menelan ludah berkali-kali."Eric, aku akan berbuat yang terbaik!" Janjinya pada penyelamat hidupnya.
"Bagus! Itulah karyawan ku." Eric mulai bangkit, kemudian menarik kaki Ryu Dean yang tengah tertidur.
"Bangun!" Teriaknya, tapi masih saja Ryu menggeliat.
"Almira..." Gumamnya mungkin sedang bermimpi memeluk ayang.
Luna menghela napas, berusaha terlihat begitu baik di hadapan... malaikat? Eh salah! Di hadapan anak iblis."Biar aku yang membangunkannya. Kamu pulanglah, kamu pasti lelah."
"Nanti suruh lemak jahat ini pulang." Eric pada akhirnya menyerah, melangkah pergi meninggalkan Ryu. Sedangkan Luna tersenyum bak wanita baik-baik tidak berdaya, melambaikan tangan.
Kala pintu ditutup oleh Eric maka...
Brak!
Tubuh Ryu ditendang Luna hingga terjatuh dari sofa ke lantai.
"Sial! Sakit!" Pekik Ryu bagaikan anak tiri yang mengalami penganiayaan, kala ayah kandungnya tidak di rumah.
"Bangun! Aku tidak mengerti bagaimana tuan Eric bisa memiliki keponakan gajah gemuk sepertimu!" Luna sedikit menunduk di hadapan Ryu yang terduduk di lantai.
"Bau..." Hina gadis itu.
"Aku tidak bau! Awas kamu! Aku akan mengatakannya pada paman! Kamu orang kasar yang tidak beradab." Ryu mengusap-usap p*ntatnya kemudian berusaha untuk bangkit dari lantai.
"Kamu hanya kotoran yang ada di kulit halus Eric. Kamu seperti ulat buluk yang menempel pada bunga mawar (Eric)." Komat-kamit Luna mengucapkan keluhannya.
"Kamu menyukai paman?" Ryu Dean menyipitkan matanya.
"Bagaimana pun aku, aku adalah karyawan kepercayaan Eric. Jadi, jangan pernah membuat masalah untuk pamanmu." Tegas Luna, membuat Ryu tidak dapat berkata-kata.
Pemuda berberat badan 100,5 kg itu hendak melangkah pergi. Menghela napas kasar."Karena wanita culas sepertimu, mimpiku menikah dengan Almira terpotong. Dasar nenek sihir!"
Brak!
Pintu apartemen ditutup dengan cepat oleh Ryu. Tidak ingin penyihir kurang ajar ini kembali mengomel.
"Dasar timbunan lemak sial!" Benar saja, omelan Luna terdengar.
*
Ada beberapa orang dalam daftar list yang dibawa oleh Otto Celdric. Setelah beberapa kali berdiskusi dengan ayahnya melalui sambungan telepon. Benar! Kali ini dirinya tidak ingin menangis seorang diri. Seperti sebelum waktu terulang.
Pembuat resep, pengatur keuangan, marketing, segalanya telah difikirkan olehnya.
Libur musim dingin akan berlangsung satu minggu dari sekarang. Namun, hujan salju telah turun dari beberapa hari lalu.
Menyetir mobil seorang diri melewati jalanan sepi menembus hutan pinus. Namun, seperti sudah diduga, Alex tidak akan membiarkannya lepas begitu saja.
Dor!
Dor!
Dor!
Suara tembakan terdengar. Jangan lupa ayah dari Alex adalah seorang bandar narkotika yang memiliki banyak anak buah.
Akan dibunuh? Itu sudah pasti bukan?
"Ini menyebalkan..." Gumam Eric kala ban mobilnya kempes, akibat tembakan.
Dor!
Dor!
Dor!
Prang!
Jendela mobil pecah, bersamaan dengan beberapa orang yang bersembunyi, keluar dari tempat persembunyiannya. Salah satunya, Miller (Ayah Alex).
Pria yang diikuti beberapa anak buahnya. Kali ini Miller akan balas dendam atas pelecehan yang dialami oleh putranya. Hanya menghancurkan satu orang bukan? Cukup mudah bagi Miller.
Eric mengangkat tangannya, menelan ludah bagaikan orang polos dan bodoh keluar dari mobil."A...ada apa ya?"
Kerah pakaiannya ditarik, menepuk-nepuk pipi Eric menggunakan senjata api, itulah yang dilakukan Miller."Kamu yang membuat Alex seperti ini? Berani-beraninya hanya sampah sepertimu, membuat putraku mengalami trauma. Alex bahkan memerlukan bantuan psikiater!"
"Paman, a...aku tidak mengerti. Memangnya Alex kenapa? Dia teman terbaikku. Paman boleh tanyakan pada orang-orang di kampus, bagaimana Alex begitu menghargaiku, bagaikan adiknya sendiri." Eric terlihat gugup ketakutan. Bagaikan kelinci kecil tidak berdaya.
"Jangan berbohong! Kamu fikir aku tidak tau!? Alex sudah menceritakan semuanya padaku! Br*ngsek! Kamu memukulinya di tempat GYM, mempermalukannya di pesta ulang tahun Veronica. Bahkan kamu membuatnya dilecehkan." Geram Miller menarik pelatuk senjata api.
Orang ini harus mati, itulah yang ada dalam fikirannya. Berani-beraninya menginjak-injak tubuh putra seorang Miller.
Tubuh Eric gemetar, air matanya mengalir."Aku hanya tinggal dengan keponakanku di negara ini. Hanya Alex teman kebanggaan dan panutanku. Tidak mungkin aku berbuat begitu."
Miller tidak menurunkan kewaspadaannya sedikit pun. Tapi orang ini terlihat bagaikan tidak berbohong. Menelan ludah, tubuh yang tidak lebih besar dibandingkan dengan tubuh Alex. Orang yang tidak berasal dari negara ini, bagaimana dapat menganiaya Alex?
Tidak mungkin.
Dor!
Dor!
Dor!
Kala perhatian Miller teralih saat beberapa anak buahnya tertembak. Saat itu juga Eric menjegal kakinya, mengeluarkan pisau kecil, menggores pergelangan tangan guna Miller merebut senjata api.
Kini keadaan berbalik, Miller terjatuh duduk di atas salju. Sedangkan Eric tersenyum menodongkan senjata api tepat di tempurung kepalanya.
Para penembak jitu yang menjaga Eric akhirnya terlihat, dari bagian atas tebing dan balik pepohonan. Seperti kata Enric, seorang ayah yang selalu mencemaskan putranya.
"Paman aku ingin bermain denganmu lebih banyak. Tapi ayahku ingin bicara." Eric tersenyum, menggunakan load speaker pada handphonenya. Suara seseorang terdengar dari sana.
"Selamat siang..." Ucap seseorang di seberang sana lebih tepatnya ayah Eric yang kini masih tinggal di Jepang."Maaf, jika putraku menyakiti hati putramu. Tapi bukankah anak laki-laki biasanya begitu? Terkadang begitu ceroboh ketika bermain."
"Putramu membuat putraku mengalami pelecehan! Dia bahkan membuat Alex mengalami cidera! Berani-beraninya!" Teriak Miller.
"Lalu? Putramu membuat putraku harus mengigit tulang sapi mentah, berkeliling mengelilingi rumahnya sendiri seperti seekor anj*ng. Putramu menjadikan wajah putraku sebagai alat sedot toilet, hampir setiap hari. Berapa kali Eric kecilku yang malang harus membohongi ayahnya, mengatakan baik-baik saja. Padahal seluruh tubuhnya kesakitan dipukuli. Haruskah aku membalasnya? Karena ini bahkan tidak bisa ditebus hanya dengan nyawamu dan putramu. Apa mungkin kita dapat menganggap ini sebagai permainan anak-anak?"
Kalimat demi kalimat, yang hanya memiliki dua arti. Miller ingin terlibat kemudian mati bersama putranya. Atau membiarkan Eric.
Eric tersenyum, ayahnya pria yang paling hangat. Seseorang yang memangku nya ketika kecil. Mengajarkan segala kebaikan, ternyata menyimpan sisi yang lebih keji dari iblis. Hal yang tidak diketahuinya sebelum waktu terulang.