Lingga Sari tercipta sebagai makluk dalam dua wujud, bisa menjelma menjadi perempuan yang cantik jelita namun juga dalam wujud kera putih yang besar.
Lingga Sari jatuh hati pada Wanandi, pemuda desa manusia biasa, cinta terbalas, kebahagiaan mereka lengkap dengan hadirnya sang buah hati..
Akan tetapi kebahagiaan itu sirna saat Wanandi mulai tidak kerasan tinggal di kerajaan alam astral.
Kehancuran Lingga Sari semakin parah di saat dia dijadikan abdi oleh dukun sakti..
Suatu ketika Lingga Sari berhasil lepas dari dukun sakti dia lari sembunyi di hutan yang lebat dan bertemu dengan seseorang di hutan lebat itu, siapa dia akan mencelakakan atau membantu Lingga Sari?
Bagaimana perjuangan Lingga Sari untuk meraih lagi kebahagiaan nya, apakah dia bisa bersatu lagi dengan suami dan buah hatinya di alam astral atau di alam nyata????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 14.
“Benar benar retak, hmm mungkin monyet ini mau keluar, sulur putih putih di dalam akik ini bergerak gerak. Gawat lama lama bisa keluar juga dia dari akik ku ini.” Gumam Ki Selo Marto di dalam hati sambil melihat batu akik nya.
Ki Selo Marto lalu menatap tajam ke arah batu akik itu.
“Hei monyet aku akan keluarkan kamu tapi awas kalau kamu pergi. Tidak ada ampun buat kamu kalau kamu coba coba pergi. Dan kamu harus membantu ku agar aku semakin terkenal dan banyak uang, agar pasien ku semakin banyak.“
“Baik saya akan bantu, tapi dengan syarat jangan ada yang menyentuh tubuh saya.” Suara Lingga Sari yang didengar oleh Ki Selo Marto saja, Agus yang masih berdiri di dalam kamar itu tidak mendengar suara Lingga Sari yang ada di dalam cincin.
“Ha... ha... ha... siapa juga yang akan menyentuh kamu monyet.. tenang saja aku tidak akan menyentuh kamu..” Ucap Ki Selo Marto yang belum pernah melihat sosok cantik Lingga Sari.
“Baik, tapi saya hanya bisa bantu untuk menyembuhkan makluk yang sakit. Saya mendapat larangan dari leluhur saya agar tidak membuat sakit makluk lain yang tidak menyakiti saya..” Suara Lingga Sari lagi karena Ki Selo Marto belum juga mengeluarkan tubuh nya.
“Ha... ha... ha... ha... cocok itu keahlian kamu benar benar sangat aku butuhkan.” Suara Ki Selo Marto sambil tertawa senang dan semakin tidak ingin melepaskan Lingga Sari dari nya.
“Tolong cepat keluarkan saya..” ucap Lingga Sari lagi.
“Iya iya akan aku keluarkan kamu, tapi kalau kamu tidak nurut aku dan coba coba akan pergi, aku bakar kamu hidup hidup dan sebelum nya aku beri kamu garam garam ku agar seluruh tubuh kamu perih kesakitan.” Ucap Ki Selo Marto dengan tegas sambil menatap batu akik nya.
Ki Selo Marto lalu meniup batu akik nya itu.. terlihat asap putih keluar dari dalam akik itu sedikit demi sedikit dan lama lama semakin menjadi banyak.. dan tidak lama kemudian.
Muncul sosok Lingga Sari dalam wujud kera putih yang besar di dalam kamar itu..
Agus tampak kaget dan berdebar debar jantung nya dia mundur ke belakang hingga tubuhnya menempel pada dinding tembok.
Lingga Sari yang sudah ke luar dari batu akik itu tampak lega, dia mengusap usap tangannya sendiri.
“Hmm yang penting aku sudah ke luar dari batu akik itu. Benar benar tubuhku terasa sangat sakit..” gumam Lingga Sari di dalam hati.
“Gus antar dia ke kamar belakang dan kunci pintunya, kamu kasih dia pisang buat makan.” Perintah Ki Selo Marto pada Agus.
“Baik Ki.” Ucap Agus lalu mengajak Lingga Sari yang dalam wujud kera putih besar itu ke luar dari kamar Ki Selo Marto untuk dibawa ke kamar belakang.
Sesaat kemudian Lingga Sari sudah berada di dalam kamar kecil yang gelap dan pengap tidak ada tempat tidur atau meja di dalam kamar itu..
CEKLEK
Agus sudah mengunci pintu kamar itu..
“Akan aku coba pergi dari tempat ini dengan kekuatan ku.. Aku sudah sangat rindu dengan Windy, dia pasti sangat sedih dan gelisah karena Ayahnya baru saja meninggal dan Aku pun tidak ada di sisi nya..” gumam Lingga Sari di dalam hati.. Dia pun segera mengerahkan energi nya..
Namun tiba tiba...
BRUUUUUKKK
Tubuh Lingga Sari jatuh terhempas di lantai.
“Addduuuuhhhhh...” teriak Lingga Sari, dia tidak bisa CLING menghilang tetapi justru tubuhnya terasa menabrak benda keras dan membuat tubuhnya terasa panas dan perih bagai terbakar..
“Sial, dukun itu sudah membuat pagar mistis.” Umpat Lingga Sari..
Tidak lama kemudian..
Pintu kamar itu terbuka, Agus datang dengan membawa satu tandan pisang, juga bunga tabur dalam nampan di taruh di dalam kamar Lingga Sari itu.
“Makanlah, kalau kamu nurut pada Ki Selo Marto dia akan menyayangi kamu. Kamu akan mendapat banyak makanan kesukaan kamu dan tempat yang bagus kalau kamu sudah menghasilkan uang buat Ki Selo Marto. “ ucap Agus lalu setelahnya dia menutup pintu kamar itu.
Lingga Sari yang sudah lapar pun lalu dia makan pisang yang ada. Lingga Sari tidak mau makan bunga bunga itu karena dia lebih suka buah buahan dari pada bunga tabur.
Detik berganti detik, menit berganti menit, jam hari berganti hari minggu berganti minggu bulan berganti bulan.. satu tahun pun telah berlalu.. Meski pun Lingga Sari terus mencoba untuk melepaskan diri tetapi masih saja dia selalu gagal. Belum bisa menerobos pagar mistis Ki Selo Marto.
Lingga Sari pun untuk sementara waktu harus menerima kenyataan, dia menjadi abdi Ki Selo Marto memberikan ramuan ramuan pada pasien Ki Selo Marto yang datang karena penyakit.
Ki Selo Marto semakin terkenal sebagai dukun sakti dengan segala macam keahlian nya, uang Ki Selo Marto pun semakin banyak. Dan benar Lingga Sari kini sudah tidak dikurung di kamar yang gelap dan pengap, dia sudah diberi kamar yang layak bahkan kamar tidak lagi dikunci dari luar, Lingga Sari pun juga sering ke dapur belakang untuk membuat ramuan obat. Lingga Sari masih terus dalam wujud kera putih yang besar agar manusia manusia pada umumnya tidak melihat dirinya, karena di rumah Ki Selo Marto sering kedatangan tamu tamu.
Sementara itu di lain tempat di alam astral di Kerajaan Sang Ratu. Windy meskipun tidak melupakan Sang Ayah dan Sang ibu, tetapi dia kini sudah tidak lagi terlalu bersedih, karena teman temannya selalu menghiburnya.. Dia pun agar tidak kesepian di rumah sering numpang tidur di rumah teman teman nya, dan lebih sering menginap di rumah Gotri yang dekat dengan rumah nya.
“Wind, kata bapak ku besok kita harus turun ke bumi, diperintah oleh Pangeran untuk bantu bantu bawa tanaman bunga lili dari kerajaan untuk di bawa ke bumi yang jauh di sana...” suara Gotri sambil membentangkan tikar untuk tempat tidur dia dan Windy.
“Kakak Gotri pasti kita akan capek banget ya.. kita bawa bawa barang untuk dibawa ke tempat yang jauh...” suara imut Windy sambil sambil membantu menaruh bantal di atas tikar.
“Iya Wind, dan pasti harus cepat cepat dan bolak balik karena kata Bapak ku sebelum langit mulai terang harus selesai kebun bunga lili untuk calon istri Pangeran Dewa Anum..” ucap Gotri lalu membaringkan tubuhnya di atas tikar.
“Tapi tak apalah besok siapa tahu aku akan bertemu Ibu ku yang belum juga pulang pulang..” suara imut Windy lalu juga membaringkan tubuh mungilnya di samping Gotri.
“Benar Wind, semoga kamu bisa bertemu Ibu kamu di tempat yang jauh besok...” ucap Gotri memberi semangat pada Windy.