Sequel The Mantans dan Merried by Order
Valleta Atria Praja anak pertama pasangan Vita dan Mamat berusia dua puluh lima tahun, cantik, pintar dan juga mapan. Diusianya yang sekarang Letta dituntut oleh mommynya untuk segera menikah karena sang mommy yang sudah berusia senja itu takut tak bisa menyaksikan dirinya menikah, apalagi dia sudah dilangkahi oleh adik lelaki satu-satunya yang sudah duluan menikah. Disaat kondisi seperti ini sayangnya Letta baru putus cinta dengan sang pacar karena sang pacar minder dengan status sosialnya. Disaat dia sedang frustasi karena ditinggal oleh pacar dan dituntut menikah itu, justru ia dipertemukan dengan Devano anak Gelsey dan Satria, cowok yang berusia jauh lebih muda darinya, mereka di tangkap basah saat tengah malam Letta berduaan dengan Devano di rumah cowok karena baju Letta yang basah kuyup karena hujan yang tiba-tiba mengguyur deras di daerah itu. Dan mereka akhirnya dipaksa menikah oleh warga disana.
Ikuti IG ku 16_rens
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rens16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 : Cemburunya Devano
"Coba ulangi tadi yang kamu bilang?" ucap Devano dengan kedua tangannya memegang tangan Letta ke atas kepala.
"Nggak ada kata pengulangan," sahut Letta sambil melengos karena bibir Devano hanya berjarak beberapa centi dari bibirnya.
"Aku nggak denger mbak, coba ulangi!" perintah Devano dengan nada dingin, cemburu? Iyalah dia cemburu Letta bertemu mantan pacarnya, ya meskipun Letta tampak biasa saja tetap saja Devano kudu waspada.
"Kan cuman mantan Dev, namanya mantan itu adanya di belakang nggak perlu diinget-inget, mending dikaretin terus cemplungin ke sampah," ucap Letta dengan nada dimanis-manisin, biar Devano tidak semakin marah.
"Oh jadi kedemenan kamu itu yang culun-culun gitu ya? Pantesan kamu dapetin aku kok kayaknya bangga banget gitu," ledek Devano sekedar untuk menyembunyikan rasa panas di hatinya.
"Dih..... belagu banget sih!" ketus Letta kesal.
Iya sih Febian itu ganteng, tapi ya ganteng yang culun gitu, dulu Letta bisa suka kan karena Febian itu pinter dan pekerja keras.
"Lho emang Devano Rayandra Danuarta itu seganteng dan semenawan ini kok, mau ngeles kamu mbak!" ketus Devano sambil melepaskan tangan Letta.
Kesempatan itu tak dibuang-buang oleh Letta, rasanya tuh sesek banget dari tadi ditiban badan gede Devano gini.
"Eh... eh mau kemana?!" omel Devano.
"Sesek Dev," rengek Letta kesal.
"Karena kamu udah bohong sama suami, kamu harus dihukum!"
"Bohong apaan sih?" tanya Letta kesal masa lalunya buat perdebatan seperti ini, sementara Letta sendiri sudah menenggelamkan ke dasar lautan kisah asmaranya bersama Febian.
"Ya bohong, pura-pura nggak ada hubungan sama cowok tadi," jawab Devano ketus.
Letta ketawa."Uluh-uluh suami aku cemburu tho ternyata?"
"Ngeledek ya kamu!" teriak Devano pura-pura kesal.
"Hahaha." Tawa Letta terdengar keras.
"Karena kamu sudah melakukan pelanggaran dua kali jadi hukumannya harus dua kali!" kata Devano langsung menerjang bibir Letta dengan rakus.
"Hfttttt..... duya kayi apya?" tanya Letta sambil menghindari cium*n Devano yang sedikit memaksa.
Tak menjawab pertanyaan Letta, karena Devano lebih memilih menikmati bibir tipis itu yang begitu menggoda di matanya.
Akhirnya Letta mengalah, membiarkan suaminya melakukan apapun kepadanya, Letta maklum apabila Devano ketagihan melakukan hal itu, karena Letta pun ikut ketagihan.
Kedua manusia berlainan jenis itu mereguk kembali manisnya madu pernikahannya, paham kan namanya juga darah muda, sekali mencicip ya pasti keterusan.
***
Libur tengah semester segera berakhir, Letta semakin bergerak cepat dengan mengurai satu persatu masalah yang menimpa perusahaan papa mertua.
Gelsey dan Devano sudah mengeluarkan banyak uang untuk menambal kerugian yang disebabkan penurunan omset beberapa bulan belakangan ini dan juga untuk menambah modal untuk mengambil harga bahan baku yang lebih tinggi dari harga yang diberikan Atmaja corp.
Apa boleh buat ini semua dilakukan agar perusahaan tidak bangkrut dan restauran bisa menyediakan menu makanan seperti sebelumnya.
"Mbak.... jadi gimana nih?" tanya Devano sambil mengancingkan kancing bajunya.
"Supply untuk seminggu kedepan aman sih Dev, tapi tetap kita harus punya cadangan bahan baku minimal dua mingguan, hari ini rencananya aku mau ke kantor Aurora buat ngobrol sama Vetsa sekalian mau tanda tangan dokumen yang mesti aku acc," jawab Letta sambil mengikat rambutnya tinggi.
Devano mengeryit melihat leher jenjang Letta terpampang karena rambutnya dikuncir tinggi begitu.
Dengan langkah pelan Devano menarik karet rambut Letta dan membuangnya sembarangan.
"Kenapa sih Dev?" rengek Letta.
"Nggak ada acara iket rambut kalo nggak sama aku!" tegas Devano.
"Kenapa sih?! Kan gerah!" gerutu Letta.
"Nekat? Ya nggak papa, tinggal aku hukum kayak semalem," ucap Devano santai.
"Dasar mesum!" Letta menghentakkan kaki lalu menyambar tas kerjanya dan pergi keluar kamar.
Devano mengulas senyum simpul, ia tak kan rela bila leher indah Letta bisa dinikmati oleh pria lain di luar sana, jangan harap Devano ikhlas membiarkan Letta keluar dengan dandanan seperti itu.
Setelah sarapan dan berpamitan dengan Gelsey, mereka berangkat barengan ke kantor, rencananya Devano akan menurunkan Letta di gedung Aurora, lalu dia melajukan mobilnya menuju ke Cakrawala.
Mereka memakai mobil Satria, kebetulan mobil papanya itu ada dibarisan belakang setelah tadi pagi diisi bensin oleh supir yang bekerja di rumah orang tuanya.
"Nanti ke Cakrawala nya aku jemput aja mbak, sekalian kita keluar buat makan siang," ucap Devano setelah mereka tiba di lobby kantor Aurora group.
"Kenapa kita nggak makan di restoran hotel daddy aja Dev, kebetulan aku pengen banget makan kari sama roti prata yang dimasak sama chef Amir," sambung Letta.
"Ya udah ayo aja, mau makan dimana juga oke buat aku, asal makan siangnya sama kamu, apalagi kalo ditawarin makan kamu," goda Devano sambil menaik turunkan alisnya.
"Devano ih, mesum mulu!" ketus Letta lalu keluar dari dalam mobilnya itu setelah mencium punggung tangan suami.
Devano membunyikan klakson lalu pergi dari sana, hari ini adalah hari terakhir libur tengah semesternya, besok Devano sudah mulai masuk ke sekolah, jadi dia harus memaksimalkan waktu yang ada untuk membantu Letta mengurangi permasalahan kantor yang mereka hadapi saat ini.
Pekerjaan menenggelamkan keduanya hingga lupa waktu, hingga jam makan siangpun terlewatkan.
Devano menjemput Letta di kantor Aurora setelah sebelumnya menginformasikan terlebih dulu dengan istrinya itu.
Mereka menuju ke hotel milik daddy nya Letta untuk makan siang dengan sajian makanan India yang tersedia sebagai salah satu menunya.
Devano menggenggam erat tangan Letta sambil berjalan menuju resto, sesekali Letta membalas sapaan karyawannya yang menyapa ramah dirinya.
Tak malu digandeng suami seperti ini karena Devano yang ganteng itu menarik perhatian hampir semua orang yang mengenal Letta, siapa yang tidak bangga kan?
Dengan pakaian bebas seperti ini usia Letta dan Devano terlihat sama, Letta tetap terlihat imut dan seumuran dengan sang suami.
Resepsionis di depan meja penerima tamu mengangguk hormat kepada Letta, lalu mempersilakan Letta dan Devano masuk.
Sosok Febian yang berdiri tak jauh dari mereka dengan menggunakan jas manager di hotel ini, membuat Letta bingung, pasalnya dia tidak tahu bahwa ada rotasi jabatan di hotel ini.
Tapi Letta hanya mengedikkan bahu lalu menghampiri chef Amir yang sedang berdiri di balik stan makanan India.
"Hai miss Letta," sapa Amir ramah, siapa yang tak kenal Letta kan, anak pemilik hotel sekaligus petinggi di perusahaan ini.
"Hai sir, kangen makan masakan chef nih," balas Letta mengambil roti prata dan kari ayam yang menggugah selera.
Tak lama Devano datang mendekat, ia meletakkan tangannya di pinggang Letta.
"Emang ini enak Yang?" tanya Devano melihat penampakan makanan di piring Letta.
Letta terjengkit sesaat lalu menjawab,"Juara!" sahut Letta sambil mengacungkan jempolnya, membuat chef Amir tertawa.
"Tunangan saya sir." Letta memperkenalkan Devano ke chef Amir.
"Hai sir, nice to meet you," sapa Amir ramah.
"Nice to meet you too sir," balas Devano sambil tersenyum lebar.
Tak berminat menikmati makanan yang diinginkan oleh Letta, Devano melipir ke stan makanan Indonesia.
Devano memaksa Letta mendampinginya saat ia mengambil makanan, Letta sempat mengeryit bingung, pasalnya setahu Letta Devano itu cowok yang mandiri, tidak perlu harus selalu dilayani.
Letta baru mengerti ketika Devano melirik tajam ke arah Febian yang selalu mencuri pandang ke arahnya.
'Mulutnya nggak berani ngomong cemburu, hahahaha, ternyata kalo dia cemburu selucu ini'
_____
Hai guys.... maaf aku updatenya telat, kemarin nggak sempet banget buat nulis, thanks banget buat yang setia nunggu up dari aku..... sarang heo semuaaahhh 💕
