Suami Berondongku Ternyata CEO
"Let.... " sapaan mommy Vita masuk ke dalam telinga Letta.
Dengan senyum manis Letta menatap mommy nya yang duduk di depannya menemaninya sarapan.
"Daddy belum bangun mom?" tanya Letta sengaja memotong ucapan mommy nya Letta sudah tebak arahnya.
"Daddy udah keluar jalan pagi, um.... Let, kamu jadi kan mau ngenalin mommy dengan pacar kamu?" Mau seberapapun Letta menghindar pasti pertanyaan itu lagi yang diajukan mommy kepadanya.
Dengan nafas sengaja ditahan, tak mungkin kan Letta menggusah nafas kasar di depan mommy yang begitu ia hormati.
Sudah nasib sebagai anak pertama yang belum menikah pasti orang tuanya ingin ia segera menyusul adeknya yang telah lebih dulu menemukan pendamping.
Padahal umur Letta juga masih dua puluh lima tahun, untuk kebanyakan anak sekarang, umur segitu itu belum terlalu tua untuk dikejar menikah.
Tapi mau bagaimana lagi Letta harus sadar kalau mommy nya benar-benar khawatir dengan nasibnya, apalagi mommy itu orang Jawa yang merasa bahwa kakak perempuan itu pamali apabila didahului menikah oleh adiknya, apalagi adiknya laki-laki.
Letta bukannya jomblo, Letta punya pacar, hanya saja pacarnya itu berada di kota lain dan belum bisa datang untuk berkenalan dengan kedua orang tuanya.
"Profesor Herlambang kemarin mau ngejo... " Mommy Vita belum selesai bicara tapi Letta lebih dulu memotong kalimatnya.
"Maaf mom, aku pagi ini ada Meeting dengan jajaran direksi yang lain, aku pamit dulu ya." Letta menyambar tas nya tak lupa memcium pipi mommy Vita dan pergi menghambur keluar.
Di pintu keluar Letta berpapasan dengan daddy Mamat, mencium pipi pria itu lalu buru-buru pergi dengan mobil mininya.
"Yang... " panggil Mamat pelan, melihat Vita sedang terbengong di meja makan, Mamat bisa menebak kenapa anak gadisnya memilih kabur dari hadapan sang istri.
Mamat mengambil duduk disebelah Vita dan mengelus kepala yang telah ditumbuhi rambut putih itu dengan sayang.
"Jangan diburu-buru hmmm, kasihan Letta," tegur Mamat lembut.
"Kamu tahu nggak sih yang aku pikirin? Aku tuh takut Hun, gimana kalo Letta.... " kalimat kekhawatiran Vita itu hanya bisa tersangkut di tenggorokan.
"Nggak bakalan kenapa-napa, itu hanya mitos, kita doain yang terbaik untuk anak-anak kita." Mamat mengecup pipi Vita dengan sayang.
Untung Mamat itu selalu bisa meredakan apa yang menjadi kegelisahan Vita tentang banyak hal, termasuk ketakutan Vita kalau Letta akan jadi perawan tua karena Vetsa sudah menikah duluan.
"Mending ngurusin kebun hidroponik kamu, aku pengen dimasakin tumis kangkung," lanjut Mamat pelan.
Dan ya pada akhirnya Vita membuang jauh-jauh pikiran buruknya.
Di sisi lain, Letta yang sedang bad mood karena pagi-pagi sudah ditanya macem-macem sama mommy nya, hanya bisa menelan kemarahannya di dalam dada saja.
Ini tak enaknya masih tinggal satu atap dengan orang tua, siap menerima ocehan, siap menerima tekanan, siap apa saja deh pokoknya.
Letta juga tahu bahwa orang tuanya begitu berharap dia segera menikah, tapi.... menikah itu kan tidak semudah membalikkan tangan, apalagi pacarnya belum siap bertemu mommy dan daddy.
Apalagi alasannya kalau bukan minder. Minder karena dari keluarga sederhana, minder karena jabatannya di bawah Letta, minder karena dari kampung..... padahal orang tuanya bukan orang yang gila harta, asal mereka saling cinta dan mau berjuang bersama itu udah cukup.
Sampai di kantor, Letta langsung menghubungi Febianto, pacar sekaligus anak buahnya yang menjabat manager di resort milik Mamat di Tawangmangu sana.
"Halo Yang," sapa Letta setelah panggilan telepon nya diterima Febian.
"Halo babe, tumben pagi-pagi udah telpon aku?" Suara berat nan seksi khas cowok itu menyapa Letta, membuat perasaan gundahnya tiba-tiba menguar.
"Aku lagi kesel!" Letta mengadu, memang bukan hal aneh untuk Letta menyampaikan keluh kesahnya kepada sang pacar yang usianya lebih tua dua tahun itu darinya, karena Febian itu dewasa sekali cara berpikirnya.
"Kenapa hmm?" Tuh kan suara itu begitu lembut dan menenangkan jiwa.
"Kamu kapan mau ke Jakarta yang, aku risih setiap hari ditanyain mommy terus."
Yang disana terdiam, tak bisa menjanjikan apa-apa, Febian begitu mencintai Letta tapi mengingat siapa Letta, jujur Febian takut dan minder untuk meminta gadis itu kepada orang tuanya.
Berulang kali diyakinkan oleh Letta bahwa orang tuanya tak pernah mempermasalahkan pangkat, harta kedudukan or whatever the name is, tapi Febian tetap tak bisa melangkah lebih.
Dengan menghela nafas panjang akhirnya Febian berkata."Sabtu ini aku mau Ke Jakarta, aku pengen ngobrol sama kamu."
Satu kalimat pendek yang begitu Letta nantikan akhirnya ia dengar juga.
"Bener?" tanya Letta memastikan.
"Iya."
***
Letta menunggu Febian di pintu keluar stasiun Gambir, rasa rindu yang teramat dalam kepada sosok sang kekasih itu membuat Letta tak sabar untuk segera bertemu.
Satu hal yang membuat Letta semakin cinta dengan Febian adalah.... cowok itu tak pernah mau menerima fasilitas yang ditawarkan oleh Letta, dia tak pernah memanfaatkan kekayaan Letta demi ambisinya semata.
Cowok ganteng dengan kulit sawo matang itu tampak keluar dari pintu kedatangan.
Dengan sedikit berlari Letta menghampiri lalu menubruk tubuh jangkung itu dan memeluknya erat.
"Aku kangen," bisik Letta parau.
Febian tampak mengusap punggung Letta lembut.
"Malu diliatin orang Let." Febian mengurai tangan Letta lembut.
Letta sempat mengeryit mendengar Febian memanggilnya tanpa embel-embel 'Yang' seperti biasa.
"Langsung ke hotel aja atau makan dulu?" tanya Letta lembut seraya menggandeng tangan Febian menuju mobilnya.
"Makan aja," jawab Febian, karena rencananya Febian tidak akan berlama-lama di Jakarta.
Ia harus menyampaikan sesuatu kepada Letta dan rencananya nanti malam langsung kembali ke Solo lagi menggunakan kereta malam.
Letta membawa Febian menuju ke resto yang banyak bertebaran di sekitaran Sabang, sudah sore dan terlalu memakan waktu kalau mereka mencari lokasi lain.
Setelah memesan menu, dengan mata berbinar Letta menatap sang pujaan hati yang sialnya terlihat keren dan macho meskipun hanya memakai kaos lengan pendek.
Mereka menikmati makan siang mereka yang ketelatan itu sambil sesekali berbincang menanyakan kabar masing-masing.
Makanan mereka sudah tandas, tanpa Letta sadari Febian terlihat sering salah tingkah dan menatap Letta dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Lett..... " Here we go, saatnya semua diungkapkan.
"Hmm." Letta yang sedang mennyedot minumannya mendongakkan kepala, menatap wajah Febian yang terlihat salah tingkah.
"Ayo kita akhiri aja hubungan ini." Satu kalimat Febian mampu membungkam dan menusuk jantung Letta hingga berhenti berdetak.
"Kenapa?" Hanya satu kata yang bisa keluar dari bibir Letta.
"Anggap aja aku cowok brengsek yang nggak pantas mendampingi kamu," jawab Febian dengan suara lirih.
Letta menatap tajam Febian, dia bukan tipe perempuan yang menghiba kepada seorang lelaki hanya untuk mengemis cinta dan mempertanyakan alasan sang pria yang ingin pergi.
Letta menghela nafas sekali lalu berkata,"Baik aku terima keputusanmu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
🍁Angela❣️
kalo di tempat ku umur 25 kalo blm nikah di katain perawan tua
2024-08-16
1
Anonymous
kenapa
2024-08-15
0
Johan
....
2024-08-13
0