.
.
.
Queen Adena Sasikirana Arundati,
seorang gadis cantik hidup di desa, tidak ada yang tau identitas sebenarnya kecuali sang ibu kandungnya saja (Dewi mustika), misteri kisah Dewi itu disimpan serapat-rapatnya.
mereka bahagia hidup di desa terpencil, berteman dengan binatang buas dan bergaul dengan alam.
suatu hari terjadi masalah yang membuat Nana harus ke Kota dan tujuan utama Nana adalah mencari tau siapa Papa kandungnya, Nana tidak suka konspirasi yang membuat hidup Mamanya menderita, mudah bagi gadis itu menemukan identitas Ayah kandungnya.
gadis yang tangguh, siapa Pria yang tidak akan jatuh hati padanya? Tuan Muda Arkatama jatuh cinta pada Gadis itu terlebih lagi saat tau identitas gadis tersembunyi di desa itu.
Nana kembali ingin membalas orang yang berani menyakiti hati Mamanya, Nana adalah gadis Ceria dan periang tapi jika dirinya sudah diusik, dendam !! Nana gadis yang sangat pendendam hingga bertekad untuk membalas perbuatan orang yang menyakiti ibu nya.
.
.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sucii Amidasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
terlambat
.
.
.
Pagi-pagi
Nana pergi ke Rumah Sakit dan mengambil surat hasil tes DNA nya dengan Yardan.
"99,99 % sudah aku tebak dia memang Papaku". senyum lebar Nana mendapatkan hasil yang memuaskan.
Nana menyimpan lembaran kertasnya dan ia terpekik kaget saat orang-orang disekitarnya menjerit memanggil dokter karna ada yang pingsan di lorong Rumah Sakit.
"aduhh, memangnya sakit apa sih sampai menjerit seperti itu". gerutu Nana berlari ke arah orang yang menjerit histeris.
Nana duduk memegang kepala Wanita paruh baya yang sedang kejang-kejang itu,
"siapa kamu?? jangan menyentuh ibuku..! ". teriak wanita yang menjerit tadi
"diamlah..! aku sedang berusaha memeriksa keadaan Ibumu, jangan pecahkan konsentrasiku". tatap tajam Nana
"oh.. kamu dokter". wanita itu pun tidak berteriak lagi hanya duduk memperhatikan Nana yang memeriksa Ibunya.
"huuh...! merepotkan sekali...! dia punya penyakit saraf kejepit". batin Nana
Nana memejamkan matanya memeriksa keadaan wanita itu dan ternyata apa yang ia pikirkan memang benar.
"bantu aku membalikkan tubuhnya". pinta Nana serius
"i.. iya". jawab wanita yang berteriak tadi.
Nana mengeluarkan tas ranselnya dan mengambil sebuah kotak kecil dan panjang lalu membukanya, betapa terkejutnya beberapa orang yang melihatnya ternyata isinya jarum.
"i.. itu? ". Wanita yang menjerit tadi membelalak melihat panjangnya jarum yang Nana pegang.
"pegang baik-baik...! jika kau bergerak sedikit saja maka ibumu tidak akan selamat". titah Nana
"eeeh..? i.. iya". jawab Wanita itu malah gemetaran melihat arah lain
Nana berdecak, "tolong siapa yang bisa membantuku..! sepertinya anak ibu ini tidak bisa melihat jarum".
"ba.. baik". salah satu pengunjung Rumah Sakit yang melihat aksi Nana pun segera membantu
benar saja wanita yang menjerit itu menekuk kedua tangannya yang gemetaran, "t.. tolong selamatkan ibuku".
"karna aku ingin menyelamatkan ibumu maka nya aku meminta orang lain membantuku..! jika aku tetap mempertahankanmu sama saja aku membunuhnya". gerutu Nana
"i.. iya.. ak.. aku memang takut jarum". cicitnya menundukkan kepala
"pegang yang benar..! saraf terdalamnya terjepit dan untuk itu aku harus membenarkannya tapi kau harus pegang dengan benar karna jika jarum ini berbelok walau hanya setengah centi saja nyawanya tidak akan selamat". ucap Nana ke Pria yang membantunya
"iya". jawab Pria itu singkat memegang erat kepala wanita paruh baya yang masih kejang-kejang itu hingga terdiam saking kuatnya pegangan Pria itu.
Nana tersenyum tipis, ia langsung menancapkan jarum akupunturnya sampai tak terlihat lagi, bebeberapa orang yang melihatnya malah memekik melihat arah lain, jarum sepanjang itu seperti masuk ke tubuh wanita itu siapa yang tidak ngeri.
Nana memeriksa denyut nadi wanita itu lalu tersenyum tipis, "kerja bagus...! kamu bisa diandalkan". senyum tipis Nana ke Pria yang membantunya.
DeG..!!
Pria itu bisa melihat dengan jelas wajah Nana yang tadinya tertutup topi, sangat cantik! itulah kata-kata yang bisa ia ucapkan dari dalam hatinya.
"kenapa melamun? pegang dia yang benar..! aku harus membiarkan jarum ini diam di tubuhnya supaya sarafnya kembali normal". bentak Nana hingga Pria itu tersadar
Jika dibawa ke dokter Ibu itu akan dioperasi dan pasti jarang selamat karna letaknya sangatlah dalam untuk dibedah tapi jika di lakukan dengan jarum akupuntur tentu kedalaman itu bisa ditembus.
Nana melihat jam tangan kecilnya walau norak tapi masih berfungsi karna jam tangan itu milik ibunya 20 tahun yang lalu, Nana sering memperbaikinya sendiri jika jam tangannya rusak.
"berhasil..! ". Nana tersenyum lega menekan-nekan leher ibu itu lalu jarum sepanjang 10 cm itu pun keluar tubuh ibu itu.
"eeeh..? darah..? ". heboh yang lainnya hingga anak wanita tua itu pun memberanikan diri melihat aksi Nana.
"tidak apa..! ini karna sarafnya sudah aku benarkan tentu berdarah, tapi tidak sebanding jika dioperasi". jawab Nana mengelap jarumnya yang kotor lalu menyimpannya kembali dalam kotak.
tak berapa lama Nana memanggil perawat, dan ibu itu dipindahkan ke Brankar.
"tolong periksa keadaan ibu ini setelah dia sadar ya mbak! ". pinta Nana ke Suster
"baik Nona". jawab suster itu sopan sebab ia melihat aksi hebat Nana.
anak dari wanita itu memberikan kartu namanya pada Nana, "ini...! datanglah ke alamat ini supaya aku bisa balas budi". kata perempuan itu dengan khawatir melihat brankar yang ada ibunya telah didorong oleh para suster.
"iya..! pergilah..!". senyum manis Nana menurunkan topinya
"terimakasih banyak". ucap perempuan itu berlari mengejar ibunya
Nana melihat kartu nama milik perempuan itu, "dia seorang pengusaha? ". gumam Nana tersenyum lebar.
"kenalkan namaku Celvin". Pria yang membantu Nana tadi pun mengulurkan tangannya
Nana melihat Pria itu lalu menurunkan topinya hingga Celvin tersenyum, "aku sudah melihat wajahmu". ucapnya serius.
Nana melenggang pergi meninggalkan Celvin tanpa berbicara sepatah katapun.
Celvin hendak mengejar Nana tapi panggilan seseorang membuatnya terdiam ditempat,
"Tuan Celvin?? Kakek anda sudah mencari". teriak pria muda yang merupakan asisten Celvin.
.
Nana langsung pergi ke Perusahaan Vano dan ia terlambat.
"kau pekerja baru dan sudah terlambat? ". marah manager kebersihan di Perusahaan Vano.
"maaf Bu". ucap Nana
"aku tidak tau orang dalam mana yang kau banggakan tapi disini kau bekerja dibawah pengawasanku, jadi jangan bertingkah !! jika besok kau terlambat lagi aku akan potong gajimu". ancam manager itu dengan marah
"iya bu". jawab Nana
Nana diberikan seragam baru, dengan cepat ia berganti pakaian tapi tetap memakai topi.
"huuh...! gara-gara menolong ibu itu aku jadi terlambat". batin Nana menghela nafas panjang.
Nana bekerja di hari pertama menjadi OG, ia diajari sekali saja langsung faham.
"hei.. siapa sebenarnya orang yang telah memasukkkanmu hah? aku dengar tadi kau tidak punya ijazah". sindir wanita menor yang Nana tebak karyawan Perusahaan Vano.
di Perusahaan Arkatama Group seorang OG atau OB itu adalah pekerjaan yang paling rendah dan berada di kasta terbawah jadi wajar direndahkan oleh orang lain termasuk karyawan Perusahaan Arkatama.
"aku punya Ijazah hanya saja terbakar bersama rumahku". jawab Nana tenang sambil fokus dengan pekerjaannya mengepel lantai.
"sama saja kau tidak punya, jangan bilang kau menggunakan jalan pintu belakang? iya? katakan siapa orang yang membantumu". bentak karyawan wanita itu dengan berang.
Nana yang mulai jengah melempar kain pelnya ke arah wanita itu.
"aaahhhh". jerit wanita itu seketika.
"awwwh.. maaf..! sudah aku bilang jangan dekat-dekat nanti terkena kain pel ku yang kotor ini, aduh gimana make up mu? luntur tidak? ". cecar Nana pura-pura tidak sengaja
beberapa karyawan yang keluar melihat wanita itu pun tertawa terbahak-bahak melihat wajah wanita itu sudah belepotan karna make upnya luntur ditambah bajunya basah karna terkena kain pel Nana kotor dan masih basah.
"awas kau ya...! " ancam wanita itu dengan geram meninggalkan Nana yang seolah berlagak menjadi gadis polos
"aku tidak tau kesalahanku". gumam Nana dengan sedih.
"tidak apa..! kamu kembali saja bekerja, dia memang seperti itu". kata salah satu Karyawan Perusahaan Vano yang terlihat baik dan sopan tidak memandang rendah pekerjaan Nana.
.
.
.