Dasar dari sebuah pernikahan adalah kejujuran
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pramita rosiani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Melihat isi surat itu membuat Arumi menjadi bingung dan juga bertanya-tanya
"Apa maksudnya ini ibu?? Kapan ayah lalai dalam mengurus ku??" Tanya Arumi dengan tegas kepada sang ibu.
"Kamu bertanya kapan?? Tentu saja ketika ayahmu memberikan ijin untuk kamu pergi ke Singapura, padahal hal itu tidak boleh dilakukan" tegas sang ibu yang membuat Arumi tidak habis pikir karena sang ibu hanya memikirkan perasannya saja tanpa memperdulikan perasaan anaknya.
"Ibu,, masalah aku pergi ke Singapura tidak ada hubungannya dengan ayah. Semuanya murni karena aku yang ingin pergi ke sana, jadi berhenti mempermasalahkan hal kecil seperti ini" ucap Arumi dan membuat sang ibu memukul meja karena tidak terima dengan ucapan dari Arumi.
"Tidak bisa begitu!!! Kamu ini adalah putri ibu dan keputusan masa depan kamu ada tangan ibu"
"Cukup ibu!! aku bukan anak kecil lagi, aku bisa menentukan hal yang terbaik untuk diri Rara. Jadi berhenti ikut campur, dan untuk masalah hak asuh aku memutuskan untuk tidak ikut siapapun karena aku sudah berumur lebih dari 18 tahun dan sesuai hukum aku bisa bertanggung jawab untuk diriku sendiri" ucap tegas Arumi dan memutuskan pergi dari sana karena tidak mau menjadi tontonan orang-orang di sana. Saat hendak pergi, Arumi dihentikan oleh sang ibu dengan menggenggam tangannya dengan kuat.
"Tidak,, tidak. Kamu tidak bisa melakukan hal ini kepada ibu, ibu hanya mau yang terbaik untuk kamu. Jadi ibu mohon jangan tinggalkan ibu" ucap sang ibu dengan memohon sambil menggenggam erat tangan Rara dan tidak membiarkannya pergi, dan tentu hal itu menjadi tontonan dari semua orang yang berada di kafe itu
"Ibu!!! aku mohon jangan bersikap seperti ini,, malu di lihat orang banyak" ucap Arumi yang memohon agar sang ibu melepaskan tangannya, tapi dia juga tidak bertindak kasar kepada sang ibu. Jadi Rara terus memohon agar sang ibu mengentikan perilakunya yang membuat nya terlihat jahat dimata orang lain, orang-orang berpikir jika Arumi telah bertindak tidak menghargai orang tua.
Padahal pada kenyataannya Arumi sangat menyayangi sang ibu dan tidak ingin semua ini terjadi.
Saat situasi yang sulit untuk dikendalikan, tiba-tiba Cakra datang dan membantu Arumi untuk lepas dari sang ibu. Setelah itu Cakra meminta kepadanya untuk pergi dari sana, Arumi pun mendengarkan perintah sang kakak dan pergi dari kafe itu walaupun sang ibu terus berteriak memanggil namanya dan menyuruhnya agar tidak pergi. Untungnya Cakra dapat mengatasi kondisi sang ibu dan membawa masuk dalam mobil dan menyuruh sopir untuk membawa sang ibu pulang ke rumah.
Sementara dirinya memutuskan untuk pergi menemui Arumi, karena dia yakin adik kecilnya itu pasti belum jauh pergi. Dan benar saja, terlihat Arumi yang duduk termenung sendiri di kursi taman dekat dengan asramanya. Dia terlihat menundukkan kepalanya, Cakra yang melihat itu langsung menghampirinya dan memegang kepala sang adik hingga Arumi menoleh ke atas. Saat mengetahui yang memegang kepalanya adalah sang kakak, dia langsung berdiri dan memeluk kakaknya dengan erat sambil menangis.
"Kakak!!!!" Ucap Arumi sambil menangis di pelukan Cakra, dan Cakra semakin mengeratkan pelukannya kepada adik kecilnya itu dan sesekali mencium kepala sang adik untuk menyalurkan kasih sayang yang tulus.
"Maafkan Kakak karena datang terlambat" ucap Cakra sambil menyudahi pelukan itu dan beralih mengusap air mata Arumi yang membuat wajahnya terlihat sangat buruk.
"Kenapa??,, Kenapa kak, kenapa ibu kita tidak seperti ibu orang lain yang dapat mendukung keputusan anaknya??" Ucap Arumi yang terus meneteskan air matanya.
Cakra yang mendengar perkataan adiknya itu langsung berusaha menenangkan dengan mengajaknya duduk di kursi taman lalu merangkulnya dan Arumi bersandar pada dirinya.
"Kamu tidak usah memikirkan perkataan ibu tadi, ibu hanya khawatir denganmu" ucap Cakra yang berusaha menenangkan adiknya.
"Tapi aku hanya ingin ibu biasa yang memberikan kasih sayang yang sederhana untuk anaknya. Aku tidak perlu ibu yang sibuk setiap hari"
Mendengar hal itu Cakra mengeratkan rangkulannya dan menggenggam tangan adiknya. "Kakak mengerti perasaanmu dik, kakak juga tidak ingin semua ini terjadi pada keluarga kita".
Setelah sedikit tenang, Arumi terdiam sejenak untuk menstabilkan emosinya yang tidak beraturan.
"Apa kamu sudah merasa baikan??" Tanya Cakra kepada adiknya
"emm, iya kak. aku sudah merasa lebih baik".
"Kak,, bagaimana kamu bisa ada disana tepat waktu??" Tanya Arumi kepada Cakra karena Cakra yang muncul dengan tiba-tiba di kafe itu.
"Oh tadi Luna menelepon kakak dan mengatakan jika kamu akan bertemu dengan ibu, karena merasa khawatir jadi kakak datang kesini. Untungnya kakak datang tepat waktu dan mengatasi permasalah tadi".
"Emm tidak disangka, Luna akan bertindak sejauh ini karena khawatir denganku".
Cakra yang mendengar adiknya itu langsung mengelus kepala sang adik "Iya Luna memang teman kamu yang sangat baik, jadi kamu harus menjaga persahabatan kalian"
"Tapi kak,, bagaimana dengan Ibu??. Aku khawatir ibu akan membenci ku karena tidak menuruti kemauannya" ucap Arumi dengan nada bicara yang khawatir.
"Kamu tidak usah khawatir, kakak akan berusaha berbicara dengan ibu. Kamu fokus saja untuk pergi ke Singapura". Ucap Cakra yang berusaha menenangkan sang adik karena tidak mau adiknya terus hidup dengan rasa khawatir, dia mau adiknya tumbuh bebas tanpa terpengaruh masalah keluarga.
Saat sedang mengobrol, tiba-tiba Bintara datang dengan tergesa-gesa dan dengan raut wajah khawatir. Saat dia menemukan keberadaan Arumi, dia langsung menghampirinya
"Rumi!!, Apa kamu baik-baik saja?? Kata Luna kamu bertemu dengan ibu hari ini apa itu benar??" Tanya Bintara tanpa memperdulikan Cakra yang sedari tadi menatapnya dengan tajam "emm iya kak, aku bertemu dengan ibu tadi"
"Lalu bagaimana keadaanmu?? Apa ibu bertindak kasar padamu??" Tanya Bintara sekali lagi dengan nada bicara khawatir.
"Tidak kak,, ibu tidak bertindak seperti itu, ibu hanya ingin berbicara denganku. Ya walaupun pembicaraan kami tidak berakhir dengan baik, tapi untungnya kak Cakra datang tepat waktu dan mengatasinya"
Bintara yang langsung tersadar akan adanya Cakra disana langsung memandang ke arah Cakra dan berubah ekspresi menjadi bad mood. Tapi Bintara tidak mau jika Arumi menyadari hubungannya dengan Cakra yang tidak akur, dia takut membuat Rara menjadi kepikiran.
"Syukurlah jika kak Cakra datang tepat waktu, dan maafkan Kakak yang datang terlambat. Tadi saat Luna menelepon kakak masih ada rapat dan tidak mendengar suara telepon jadi tidak bisa datang tepat waktu kesini"
"Tidak apa-apa kak, justru Arumi sangat bahagia hari ini karena kita bertiga bisa berkumpul disini. Sudah cukup lama kita tidak berkumpul seperti saat ini, jadi sebelum aku berangkat besok. Aku ingin menghabiskan waktu bersama kalian berdua hari ini untuk melupakan semua masalah tadi. Kalian mau kan??" Tanya Arumi kepada kedua kakaknya dengan penuh harap dan mata yang berbinar-binar. Sebelum mereka menjawab, Bintara dan Cakra saling menatap satu sama lain, dalam hati mereka masing-masing padahal ingin pergi dan tidak mau saling bertemu. Tapi mengingat itu adalah keinginan dari adik kecil kesayangan mereka, jadi tidak ada pilihan lain selain mengiyakan permintaan Arumi.
Bersambung...