Apa yang kau harapkan dari seseorang yang pergi tanpa pamit?Tidak menyangka Naura bertemu kembali dengan sang mantan suami. Ardan,
saat anaknya menceritakan seorang pria baik yang ia kenal. Namun, di balik kemarahannya pada Ardan, ada perasaan yang sulit di mengerti oleh Naura.
memutuskan untuk menghilang tetapi takdir selalu mempertemukan. Meski masih tidak suka dengan kelakuan Ardan. Rasa bersalah yang di tunjukkan Ardan, membuat Naura mencoba memaafkan kembali.
Dan Ardan juga mencari tahu alasan pergi tanpa pamit yang di lakukan oleh Naura.
Ketika keduanya sudah mendapatkan jawabannya. Apakah dunia akan setuju bahwa itu adalah hal yang tepat?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ylfrna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Harus Tetap Di Sisiku
Minggu pagi sekitar jam empat subuh, Ardan kembali ke rumah. Naura mencium bau alkohol yang menyengat dari tubuh suaminya. Naura tidak akan mengerti dengan kehidupan bebas Ardan.
Ardan terlihat mabuk, ia berjalan sempoyongan dan Naura tidak peduli. Naura menarik selimut dan kembali memejamkan matanya.
"Kau ingin punya anak dariku?" tanya Ardan membuka selimut yang menutupi tubuh Naura
"Apa yang ingin kau lakukan?" tanya Naura, menyadari wajah Ardan sudah sangat dekat dengan bibirnya.
Ardan membuang nafas "Haah! Sangat menjijikkan menyentuh tubuhmu!" ujar Ardan sudah keterlaluan
Naura mendorong tubuh Ardan sehingga lelaki itu jatuh ke lantai. Ardan tidak bergerak, matanya terpejam. Beberapa menit kemudian Naura menyadarinya. Karena takut Naura memeriksa kondisi Ardan
Baru ingin berjongkok, tangan Ardan menarik Naura, kepala Naura langsung di sambut oleh dada bidang Ardan. Naura ingin lepas. Namun, tangan Ardan mencengkeram bahunya sangat kuat.
Bau alkohol yang kuat membuat Naura sedikit pusing menciumnya
"Katamu, menyentuhku sangat menjijikan" tutur Naura
Ardan membuka mata kemudian tersenyum "Kenapa kau mau di jodohkan denganku?"
"Karena kau kaya" jawaban menohok dari Naura
"Haa! Aku tahu itu, lalu apa lagi?" tanya Ardan masih di pengaruhi alkohol
"Karena kau memiliki segalanya"
"Jika aku tidak kaya, apa kau masih mau di jodohkan denganku?"
"Aku bersyukur jika kau tidak kaya"
"Kenapa?"
"Karena pasti kau lebih bisa menghargaiku sebagai istrimu"
Ardan tertawa cukup keras
"Apa kau benar-benar akan menghilang setelah memiliki anak?"
"Ya tentu"
"Kalau begitu aku tidak akan membiarkan kau memiliki anak"
"Kenapa?"
"Biar kau tetap di sisiku!"
Naura terdiam mendengar perkataan Ardan. Naura ingin percaya tetapi Ardan sedang mabuk berat.
"Aku tidak ingin kau pergi Naura!" katanya sekali lagi
"Bukankah kau menginginkan aku menghilang?"
"Tidak, itu tidak dari hati"
"Kenapa? Kau mencintaiku?"
Ardan terdiam memandangi wajah nan cantik itu
"Aku hanya ingin kau tetap di sisiku!"
Tiba-tiba Ardan menutup mata, dia sudah tidur, Naura mencoba membangunkan agar lelaki itu pindah ke ranjang tidur, tetapi sudah tidak ada jawaban.
Naura menopang kepala Ardan dengan bantal kemudian ia menyelimuti Ardan, kini, Naura membiarkan Ardan tidur di lantai yang dingin.
Pukul tiga sore Ardan keluar dari kamar. Tentu saja dia sudah mandi. Bau alkohol sudah menghilang dari tubuhnya, walaupun rambutnya berantakan tidak mengurangi sisi tampannya.
Naura sudah menyiapkan makan siang, tanpa menunggu, Ardan langsung menyantap apa yang tersaji di meja makan.
"Aku ingin keluar sebentar" kata Naura yang kini tengah berdiri di sisi kubikel dapur
"Kau lupa lagi?" tanya Ardan
"Aku ingin berbelanja kebutuhan rumah tangga bukan kemana-mana"
"Tidak boleh, sekarang bisa belanja online"
"Ardan please"
"Kau tidak mengerti ucapanku?"
"Kalau tidak boleh sendiri, antar aku"
"Aku sibuk"
Mendengar berbagai alasan dari Ardan. Naura langsung menuju ke lantai dua. Mengurung diri di kamar. Hanya itu yang bisa di lakukan saat ini. Naura duduk di balkon lantai dua, air mata kembali turun. Naura mengasihani dirinya. Ia hidup seperti orang yang menderita penyakit serius.
Di kurung dan di tawan. Semesta kapan bahagia itu datang.
Ardan mengintip dari balik sekat kaca, jika dalam keadaan normal. Ardan kembali kasar dan bertindak sesuka hatinya. Namun, hari ini hatinya sedikit luluh melihat Naura menangis.
"Mari saya antar ke supermarket" tutur Ardan tiba-tiba
Naura menoleh ke arah lelaki itu kemudian ia tersenyum manis "Iya dan terimakasih"
Jangan berharap Ardan akan membawa Naura ke supermarket yang berada di mall. Ia membawa Naura ke supermarket yang masih berada di kompleks perumahan.
Ardan ikut turun, seakan Naura adalah sandera yang tidak boleh kabur.
"Cepat pilih, agar cepat pulang" bisik Ardan
"Iya"
Naura mulai mendorong troli ke arah perbumbuan dapur, memilih berbagai sayuran dan lauk pauk untuk di bikin stok sehari-hari.
Ardan meninggalkan Naura, ia juga terlihat memilih beberapa buah segar.
Tiba-tiba seorang pria menyapa Naura dengan berani "Naura"
"Hi" sapa Naura sembari mengingat siapa lelaki itu
"Apa kau sudah melupakan aku?"
Naura tersenyum
"Karin?"
"Aaa temannya Karin waktu kuliah dulu?" ucap Naura Mengingat jika lelaki itu pernah menjadi teman kencannya
"Ya, kau tinggal di kompleks sini?"
"Iya, bagaimana denganmu?"
"Iya, apa kabar Karin sekarang?" tanya Naura, sebenarnya dia lupa siapa nama lelaki itu saat ini
"Baik seperti biasa"
"Hmph" Ardan berdeham ketika melihat istrinya asyik mengobrol dengan pria lain
"Eh Ben ini suamiku?" Naura memperkenalkan dengan bangga
"Kalau begitu aku permisi ya"
Lelaki itu kebingungan kenapa Naura memanggilnya Ben, sedangkan namanya adalah Doni
"Jadi ini niat kau ingin keluar?"
"Bukan, ketemu juga tidak sengaja"
"Tapi senang bisa mengobrol dengan lelaki lain?"
"Apaaan sih!!" balas Naura mulai muak dengan tuduhan yang tidak mendasar
"Bayar ini dan cepat pulang"
Naura hanya menghela napas kasar, melawan Ardan tidak akan ada habisnya. Setelah membayar di kasir. Ardan membiarkan Naura menenteng belanjaan sebanyak itu.
"Eh anak muda bantuin istrinya itu?" ucap seorang ibu melihat Naura keteteran
"Dia asisten rumah tangga, sudah seharusnya membawa ini"
Naura menghentikan langkahnya ketika mendengar perkataan Ardan. Naura terdiam sekarang ia mengerti kenapa di rumah itu tidak ada pembantu sama sekali. Sekarang ia mengerti kenapa Ardan melihatnya dengan jijik. Karena pada dasarnya Naura hanya di anggap pembantu tidak lebih.
"Cepat!" teriak Ardan membuyarkan lamunan Naura
Naura tersadar dan kembali berlari mengejar langkah Ardan. Bahkan ketika sampai di mobil. Ardan juga tidak menolongnya. Naura membuka pintu belakang kemudi dan lagi-lagi ia di marahi
"Kau pikir saya sopir pribadimu? Pindah ke depan"
Naura hanya diam dan mematuhi ucapan. Sepanjang perjalanan menuju rumah Naura merenung, lalu.
"Apa baiknya aku tidur di kamar tamu saja?" tanya Naura, Ardan tidak menanggapi sama sekali
"Rasanya tidak pantas seorang asisten rumah tangga sekamar dengan majikan"
"Diam!" suruh Ardan
Naura menangis karena perkataan Ardan yang sangat menyakitkan "Aku ingin pulang ke rumah orang tuaku" pinta Naura
"Kau lupa orangtuamu sudah menjual anaknya kepada keluarga Cakrawangsa"
"Aku tahu tetapi aku ingin pulang"
"Silahkan dengan syarat bayar hutang keluargamu"
"Bagaimana aku bisa membayarnya jika bekerja saja tidak boleh"
"Sekarang kau lagi bekerja, sebagai pembantu di rumahku!"
Tangisan Naura semakin sesak, ia menyandarkan kepalanya di kaca mobil. Naura tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
"Hallo" Ardan mendapatkan panggilan masuk
"Hallo bro, nanti malam jangan lupa datang ke pesta Veronika"
"Siap!"
"Jangan lupa bawa pasangan"
"Tentu, saya sudah mempersiapkan seorang wanita dengan kemewahannya?"
"Siapa? Amora?"
"Tentunya"
Panggilan telepon itu sudah terputus, dengan gaya hedonnya, Ardan banyak memiliki wanita cantik disisinya
"Nanti malam tidak usah menungguku pulang"
"Bukankah sudah biasa? Jangan khawatirkan aku, seorang pembantu ini sudah tahu tempatnya dimana!" tutur Naura, keluar dari mobil dan mengambil belanjaannya. Ardan terdiam memandangi Naura yang sedang menenteng dua kantong tas yang terisi penuh.
siapa yg mo daftar lagi masih dibuka nih😌