Dokter Heni Widyastuti, janda tanpa anak sudah bertekad menutup hati dari yang namanya cinta. Pergi ke tapal batas berniat menghabiskan sisa hidupnya untuk mengabdi pada Bumi Pertiwi. Namun takdir berkata lain.
Bertemu seorang komandan batalyon Mayor Seno Pradipta Pamungkas yang antipati pada wanita dan cinta. Luka masa lalu atas perselingkuhan mantan istri dengan komandannya sendiri, membuat hatinya beku laksana es di kutub. Ayah dari dua anak tersebut tak menyangka pertemuan keduanya dengan Dokter Heni justru membawa mereka menjadi sepasang suami istri.
Aku terluka kembali karena cinta. Aku berusaha mencintainya sederas hujan namun dia memilih berteduh untuk menghindar~Dokter Heni.
Bagiku pertemuan denganmu bukanlah sebuah kesalahan tapi anugerah. Awalnya aku tak berharap cinta dan kamu hadir dalam hidupku. Tapi sekarang, kamu adalah orang yang tidak ku harapkan pergi. Aku mohon, jangan tinggalkan aku dan anak-anak. Kami sangat membutuhkanmu~Mayor Seno.
Bagian dari Novel: Bening
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 - Pikiran Masing-Masing
"Bunda enggak kenapa-kenapa kok, sayang. Kebetulan tadi karena enggak bisa tidur, jadinya Bunda nonton tv di ruang tamu. Acaranya kebanyakan drama sedih jadi Bunda ikutan mewek deh. Huhu..." ucap Dokter Heni terpaksa berbohong seraya memperagakan adegan sedih usai menonton acara di televisi. Ia tak mau Aya sampai bersedih hati jika tahu duduk permasalahan yang sebenarnya.
Di kediaman rumah dinas Mayor Seno di tapal batas hanya ada dua buah televisi yakni di ruang tamu dan kamar utama saja. Dirinya ingin kedua buah hatinya fokus untuk belajar.
"Oh, begitu. Ayo bobo Bun," ajak Aya.
Dokter Heni pun merebahkan tubuhnya dan tidur di samping Aya. Keduanya tidur saling memeluk. Seakan saling takut kehilangan satu sama lain. Bahkan Aya mendusel-duselkan kepalanya pada ceruk leher Dokter Heni. Entah mengapa Aya begitu menyukai aroma Bundanya yang selalu wangi.
Dokter Heni memang selalu memakai parfum aroma stroberi musk setiap sebelum tidur malam. Aroma musk ini memang cukup khas dan memiliki daya pikat tersendiri. Terlebih jika seorang pria mengendus aroma ini dari tubuh pasangannya. Dipastikan gairahnya akan terpantik.
Ia mengelus lembut punggung Aya hingga tak lama terdengar dengkuran halus yang menandakan putri sambungnya itu sudah tertidur pulas. Dokter Heni menatap lekat-lekat wajah Aya dan membenahi anak-anak rambut yang berjatuhan lalu ia letakkan di belakang telinga.
Walaupun ia baru bertemu Aya beberapa kali, baginya gadis cantik berbulu mata lentik ini memiliki magnet tersendiri di hatinya. Ia sudah menganggap Aya seperti anak kandungnya sendiri. Walaupun Aya tak lahir dari rahimnya, tetapi Aya adalah putri yang lahir dari cinta di hatinya. Seakan ia sudah punya rasa ketergantungan bersama Aya.
Tak tahu biduk rumah tangganya dengan Seno nantinya ke depan seperti apa. Akan tetapi, ia tetap berharap tak terpisahkan kecuali maut. Walaupun seumur hidup harus tinggal satu atap tanpa cinta dengan Seno, baginya tak masalah. Selama sumber kebahagiaannya yakni Aya berada di sampingnya, itu sudah lebih dari cukup baginya.
Malam kian larut. Namun ketiga orang yang tinggal dalam satu atap ini tetapi berada di kamar yang berbeda, nyatanya belum bisa tidur dengan nyenyak.
Ya, Mayor Seno, Dokter Heni dan Aldo hingga pukul dua dini hari masih setia terjaga. Ketiganya kompak menatap langit-langit kamar. Tetapi dengan pikiran yang berbeda-beda.
"Pras, apa kabarmu? Apa kamu sudah bahagia sama Embun di sana?" batin Dokter Heni.
Entah mengapa mendadak malam ini dirinya justru merindukan sosok Pras, cinta pertamanya yang telah kembali ke pangkuan Sang Pencipta.
Lalu ia berusaha pelan-pelan melepaskan pelukan Aya dari tubuhnya. Ia tak ingin gerakan tubuhnya membangunkan putri kecilnya ini. Tangannya terulur perlahan pada tas ransel miliknya yang ia letakkan di samping ranjang tempat dirinya berada saat ini. Ia membuka salah satu resletingnya dan mengeluarkan sebuah bangau pink yang terbuat dari kertas lipat di mana benda itu berada dalam sebuah botol kaca berukuran kecil.
Ia terus memandangi bangau pink pemberian mendiang Jenderal Prasetyo Pambudi padanya di waktu lampau. Hingga sekarang benda itu masih tersimpan rapi oleh Dokter Heni. Sebab, hingga detik ini di hatinya masih tersimpan cinta untuk seorang Prasetyo Pambudi sebagai cinta pertamanya yang tak lekang oleh waktu dan belum tergantikan oleh siapa pun. Bahkan mendiang suaminya yakni Wisnu yang ia nikahi karena perjodohan, juga belum mampu menggeser nama ayah kandung Bening itu di hatinya.
☘️☘️
Sedangkan di kamar Aldo, putra sulung Mayor Seno ini tengah memikirkan Dokter Heni yang tidur satu kamar dengan Aya.
"Apa pemikiranku tentangnya keliru? Aya enggak mudah dekat sama orang asing. Kenapa Aya izinkan wanita asing itu masuk, bahkan tidur di kamarnya?" gumam Aldo.
Seketika tubuhnya bergulir resah ke sana kemari mengusak sprei ranjangnya hingga nyaris kusut. Sebab, ia sangat tahu karakter adiknya. Bahkan pada ibu kandung mereka yakni Manda yang tiga tahun silam bertemu dan bertatap muka secara singkat, Aya seakan ketakutan dan memilih menyembunyikan diri pada tubuh Papanya.
Aya tak tahu perselingkuhan Manda dengan Gani secara detail karena ia masih sangat kecil. Hanya saja sikap adiknya itu memang tak dekat dengan Manda sejak dahulu. Aya memiliki sifat lebih perasa pada siapa pun. Sehingga Aya lebih terkesan diam jika bertemu Manda dan terkadang menunjukkan gestur tubuhnya bahwa ia takut.
"Besok aku harus tanya Aya lebih lanjut. Ya, aku harus menyidangnya."
Di kamar utama, Mayor Seno juga belum bisa memejamkan mata. Dirinya memikirkan seorang wanita yang baru saja berstatus sebagai istrinya, Dokter Heni.
"Maaf, jika ucapan dan sikap putraku menyakitimu." Mayor Seno hanya mampu berucap dalam hatinya saja.
Ia hanya teringat ucapan dan sikap Aldo yang menyakiti Dokter Heni. Namun tak sadar jika belum ada sehari menjadi suami, dirinya juga telah menyakiti hati istri barunya itu.
Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak.
Pepatah ini mengandung arti bahwa kesalahan atau kekurangan orang lain, walau sekecil apapun toh kelihatan jelas sekali. Namun kesalahan atau kekurangan diri sendiri, meskipun besar tidak kelihatan. Selalu merasa dirinya benar.
☘️☘️
Di sebuah kamar di apartemen yang terbilang cukup mewah, sepasang suami istri baru saja selesai dari acara berbagi keringat di atas ranjang. Acara tersebut bukan lagi disebut bercinta melainkan hanya berbagi keringat.
Sebab jika bercinta maka keduanya saling menikmati dan merasakan puncak kenikmatan. Namun faktanya saat ini yang terjadi si pria mendapatkan kenikmatan sedangkan si wanita tidak.
Kini si pria yang masih dalam kondisi polos tengah mendengkur, tergolek lemas dan tertidur pulas di atas ranjang. Sedangkan si wanita yang sudah memakai gaun tidurnya kembali, menatap tajam suami sirinya tersebut dari sofa kamar.
Batinnya tengah dongkol pada laki-laki yang usianya sudah setengah abad lebih dan beberapa tahun lagi mendekati masa pensiun, namun tak kunjung menikahinya secara resmi. Dirinya hanya berstatus sebagai istri siri tanpa anak selama pernikahan mereka yang sudah berjalan hampir lima tahun ini.
Kepuasan batin yang dahulu keduanya lakukan secara bergelora dan penuh gairah, sudah tak dirasakannya lagi. Entah mengapa semenjak perceraiannya yang lalu dengan mantan suaminya, ia tak pernah mendapatkan pelepasan serta puncak kenikmatan bercinta dengan selingkuhannya yang sudah berstatus suami sirinya.
Si prianya ini selalu menyemburkan es krim vanilanya lebih awal padahal mereka baru bermain belum ada tiga menit. Saat dirinya sedang mengejar puncak kenikmatan bercinta, seketika harus terjun bebas tatkala rahimnya terasa hangat oleh semburan benih-benih dari milik suaminya tersebut. Lalu ia ditinggal tidur dengan alasan mengantuk dan capek. Tak ada kecupan hangat maupun ucapan sayang atau terima kasih seperti dahulu.
"Dasar tua bangka! Maunya nyenengin ularnya saja tapi istrinya enggak dipikirin sudah enak apa belum. Huft !! Dasar loyo!" batinnya dongkol.
Seketika ia teringat dengan mantan suami dan kedua buah hatinya dari pernikahan sebelumnya. Lama dirinya tak berjumpa atau berkomunikasi dengan mereka terutama anak-anaknya.
"Kabarnya Aldo sudah masuk asrama Akmil di Magelang. Apa aku tengok putraku saja ke sana?"
"Siapa tahu Aldo mau memaafkanku. Setelah itu mendekati Aya dan terakhir aku bisa rujuk dengan Mas Seno. Ah, aku sudah enggak sabar pengin ngerasain lagi keper*kasaan ular Mas Seno. Beda banget sama punya tua bangka satu ini yang hobinya molor," batinnya yang tengah memikirkan sebuah rencana untuk kembali ke pangkuan mantan suami dan anak-anaknya.
Tak sadar bahwa tingkah polahnya terdahulu telah menorehkan luka mendalam bagi ketiga orang tersebut yang hingga kini masih membekas dengan jelas dan belum bisa disembuhkan.
Bersambung...
🍁🍁🍁
eh salah hamil maksudnya