Started on Agustus 2024
Tinggal di kota membuatnya memiliki hubungan yang bebas dengan sang kekasih hingga akhirnya menghadirkan sesuatu dalam dirinya. Lantas bagaimana jika sang kekasih menolak untuk bertanggung jawab dan memintanya untuk menggugurkan kandungannya.
"Gugurkan kandungan itu dan kamu akan tetap menjadi pacarku." ucap Gavin Biantara Ryszard
"Tidak! Aku tak akan pernah menggugurkannya, cukup ia hadir karena kesalahan." lirih Arista Xaviera Exelyn
Entah Arista harus bersyukur atau justru sedih karena kesalahannya tersebut menghadirkan anugrah indah di dalam hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon matchaneedz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PART 15. Hamil?
"Vin, mungkin untuk beberapa hari ke depan aku tidak bisa kembali ke apartemen ini."
Gavin menghentikan suapannya, saat ini mereka sedang duduk bersama dimeja makan dan menikmati sarapan yang telah Arista siapkan sebelumnya. "Kenapa?"
"Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan sesegera mungkin, jadi aku akan sering lembur."
"Tak masalah, bukankah apartemen ku lebih dekat dibandingkan dengan rumahmu? Lebih baik kau tetep kembali kesini."
"Tapi Vin, a-"
Gavin berdiri dari duduknya dan meletakan sendok dengan keras. "Sudahlah, aku tidak ingin mendengar apapun."
Tanpa mengatakan apapun lagi, pria itu segera keluar meninggalkan Arista yang masih diam ditempatnya. Tak ada yang bisa wanita itu lakukan selain menuruti keinginan Gavin karena kekasihnya itu bisa melakukan apa saja keinginannya.
"Pagi ini, kita minum susu sedikit terlambat ya Nak. Bunda harus pergi ke suatu tempat terlebih dahulu.." Lirih Arista pelan, tangannya beberapa kali mengusap perutnya yang masih rata.
Saat ini Arista memang sedang mengandung, hal yang baru diketahuinya setelah pulang dari rumah sang Bibi waktu itu.
Flashback on
"Nduk, kamu gendutan gini bikin Bibi jadi inget ibumu pas hamil kamu loh."
DEG
Jantung Arista seperti diremas tangan tak kasat mata kala mendengar ungkapan dari bibinya itu. Hampir dua tahun dia menjalani hubungan bebas dengan Sang kekasih, bagaimana bisa dia tidak pernah memikirkan kemungkinan tersebut. Otaknya berusaha mengingat kapan terakhir kali dia mendapatkan tamu bulanannya karena dia ingat sekali beberapa minggu terakhir ini dia tak pernah absen berhubungan dengan Gavin.
Aku bahkan lupa kapan terakhir kali aku datang bulan. Arista
"Kamu kenapa diem aja nduk?" Tanya Bi Rena ketika Arista hanya diam termenung.
"Bi... Apa Bibi akan marah jika aku melakukan sesuatu di luar batas?"
Setelah memantapkan hatinya, dia berniat untuk jujur pada Bi Rena tentang kelakuannya selama ini. Tentang bagaimana cara dia berpacaran dan tentang kebohongannya terkait kost-kostan.
"Dalam hal apa?"
Cukup lama Arista terdiam, "Aku ingin jujur pada Bibi. Maaf selama ini aku hanya bisa membohongi dan mengecewakan Bibi. Aku benar-benar minta maaf."
Mata gadis itu berkaca-kaca menahan rasa bersalah yang selama ini menumpuk didalam dadanya. Dia sudah terlalu jauh membohongi Bi Rena selama ini.
"Katakan, tak apa. Bibi tidak akan menghakimi mu, katakan sejujurnya.."
"Aku tidak pernah menyewa kost ataupun apartemen selama ini Bi... Aku selalu bermalam di apartemen kekasihku..." Lirih Arista dengan nada pelan sarat akan penyesalan. Bukan, dia bukan menyesal karena sering menghabiskan malam dengan sang kekasih tetapi dia menyesal karena berbohong dengan Bibinya.
Bi Rena hanya diam, tangannya terus bergerak mengusap pelan rambut keponakannya itu. Anak dari kakak laki-laki satu-satunya yang dia miliki dan kini gadis itu telah menjadi satu²nya keluarga yang dia miliki. Hatinya kecewa mendengar penuturan dari Arista, dia merasa gagal untuk menjaga amanat yang diberikan kepadanya.
"Bibi tahu."
Dua kata yang keluar dari mulut Bi Rena itu membuat Arista tersentak dan bangkit dari posisinya. Gadis itu menatap tak percaya pada Bi Rena, bagaimana bisa dia tau tentang hal tersebut. Sedangkan wanita itu hanya bekerja di tempat saja, jadi kemungkinan untuk bertemu sangat minim.
"Sudah sejak lama Ta, waktu itu Bibi tak sengaja melihatmu ada di gedung apartemen mewah itu. Bibi bertanya pada petugas di sana dan mereka mengatakan kamu memang tinggal di sana bersama kekasihmu."
"Kenapa Bibi diam saja dan tidak mengatakan apapun padaku?"
"Untuk apa Ta? Kamu sudah dewasa, Bibi rasa kamu bisa menentukan mana yang baik dan mana yang bukan untukmu. Disini Bibi hanya akan berdiri dan mendukungmu. Saat kamu jatuh berbalik lah karena Bibi akan selalu membantumu untuk bangkit kembali." Ucap Bi Rena, tangannya terulur mengusap air mata yang mengalir di kedua pipi keponakannya itu.
Tak ada jawaban dari Arista, dia hanya bisa menangis sesenggukan mendengar jawaban dari bibinya itu. Keterkejutannya semakin bertambah tatkala tangan Bi Rena terulur dan mengusap perutnya beberapa kali. "Sudah berapa bulan, nduk?"
"Bi..." lirih Arista, tangisnya semakin terdengar menyayat hati. Di peluknya tubuh Bi Rena tanpa meredakan tangisnya.
"Sudah nduk, tak apa. Kalian melakukan sama-sama mau kan, kita minta pertanggungjawaban dari kekasihmu ya. Anak ini harus memiliki status yang jelas." Tangan Bi Rena terus bergerak mengusap punggung Arista berusaha menenangkan gadis itu.
"Aku tidak tau Bi..."
"Apa maksudmu?"
"Ntah kenapa aku merasa tidak melihat masa depan di mata kekasihku Bi..." Lirih Arista dengan kepala tertunduk. Kini dua sudah melepaskan pelukan keduanya.
"Dia tak pernah membahas pernikahan denganku Bi, gimana kalau dia tidak mau bertanggung jawab. Apa aku akan sanggup melakukannya sendiri Bi?"
Bi Rena menatap Arista intens, "Kamu tidak akan pernah tau kalau belum mencobanya. Dan kamu tidak pernah sendiri Ta, Bibi akan ikut membesarkannya."
"Sudah nduk jangan nangis lagi yaa, kasihan bayimu loh. Apa kamu tidak pernah dengar kalau bayi itu bisa merasakan perasaan sang ibu? Sudah yaa."
Bi Rena mengusap pipi Arista lagi, kali ini menggunakan itu untuk mengeringkan pipi gadis itu. Setelahnya dia bangkit dan menuju dapur untuk mengambil sesuatu yang sekira bisa meredakan kesedihan keponakannya itu.
"Nduk, minumlah ini dulu agar kamu sedikit tenang. Lalu kita akan bicara lagi yaa."
Tak banyak bicara Arista segera menerima air yang diulurkan oleh Bi Rena nang menebaknya hingga tandas. "Bi.. Sebenarnya aku belum tau apakah aku hamil atau tidak, aku belum mengeceknya. Bahkan tidak pernah terpikir olehku sebelum ini."
"Sebentar, sepertinya Bibi ada persediaan testpack." Ujar Bi Rena segera bangkit dan berjalan ke arah kamarnya.
Tak lama Bi Rena kembali dengan beberapa bungkus testpack ditangannya.
"Untuk apa Bibi menyimpan ini?"
"Atasan Bibi yang memberikannya saat beliau hamil beberapa bulan yang lalu. Dia beli terlalu banyak katanya. Cobalah besok pagi saat kau bangun tidur, apapun hasilnya jangan buat keputusan yang salah."
...----------------...
To be Continued
Terima kasih sudah membaca guysss, jangan lupa tinggalin jejak dibawah sini yaaaa🥰
semoga hari kalian menyenangkan guysss luv uu🌹